Postingan kali ini melanjutkan materi sebelumnya, yaitu membahas antara shalat dan kepemimpinan. Tentu saja kami tidak mampu membahas tuntas masalah tersebut karena keterbatasan ilmu kami. Ini hanya secuil upaya untuk mengetuk hati para pemimpin agar mereka benar-benar memperjuangkan kesejahteraan rakyat, bukan hanya kesejahteraan dirinya dan kelompoknya. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas masalah wudhu' dan niat sebelum shalat. Apa saja yang dapati ditauladani dari prosesi ibadah tersebut. To the point saj, mari kita mulai saja :
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa sebelum
melakukan shalat iman dan makmum harus wudhu’ terlebih dahulu. Wudhu’ merupakan
syarat sah dan kesempurnaan shalat. Ketika berwudhu’, seyogyanya kita
melakukannya sebagai bentuk peribadatan seperti halnya melakukan shalat, karena
wudhu’ merupakan prosesi pembersihan jiwa.
Mulailah dengan menyebut asma
Allah dengan menghadirkan jiwa Anda, hubungkan jiwa Anda dengan Allah … rasakan
bahwa Anda sedang melakukan proses pembersihan tubuh dan jiwa. Dari prosesi
wudhu’ ini dapat diambil pelajaran bahwa sebelum menjadi pemimpin hendaknya
mereka membersihkan terlebih dahulu jiwa dan raganya. Penyakit jiwa yang
mengendap di dalam hati harus di bersihkan terlebih dahulu. Seperti sifat
arogan, pemarah, iri-dengki, egois, pembohong, dsb.
Setelah wudhu, barulah kita
bersiap-siap melakukan shalat. Sebelum bertakbir hendaknya kita berniat
melakukan shalat. Berniat bukan sekedar mengucapkan niat, seperti aku berniat
melakukan shalat, tetapi pengertiannya lebih dalam lagi. Dan niat tidak harus
diucapkan, seperti aku berniat mengangkat karung seberat 50 kg, kemudian baru
mengangkatnya. Atau misalnya ketika Anda ingin pergi kepasar mengucapkan aku
berniat ke pasar, kemudian baru menstater motor Anda menuju ke pasar. Orang
yang berniat melakukan sesuatu pasti bersungguh-sungguh dalam melakukannya
karena dia tahu apa yang dia tuju itu bermanfaat bagi dirinya. Begitu juga
ketika melakukan shalat, orang yang berniat seharusnya tahu kenapa dia
melakukan shalat, apa tujuannya. Dengan kata lain, munculnya niat didorong oleh
ilmu. Jadi niat itu sama dengan tanggapan tujuan Anda.
Untuk lebih memudahkan, kita coba
jawab pertanyaan ini. Kenapa kita berniat ke pasar? Orang yang memiliki niat ke
pasar pasti dia memiliki pengetahuan tentang pasar, dia tahu bahwa di pasar ada
penjual sayuran, daging, bakso, soto, dsb. Pasar juga dapat dijadikan tempat
jual beli jika Anda memiliki barang-barang dagangan. Karena pengetahuan Anda
itulah yang menjadi dasar munculnya niat di hati Anda untuk pergi ke sana. Begitu juga seharusnya
jika Anda berniat untuk shalat!
Bagaimana dengan para pemimpin?
Sebelum memimpin rakyatnya seharusnya dia berniat terlebih dahulu untuk
mensejahterakan rakyatnya, dan semata-mata hal itu dilakukan untuk beribadah
kepada Allah. Dan niat itu bukan hanya lip service seperti sumpah
jabatan yang sering dilakukan orang ketika mau dilantik menjadi pemimpin. Dia
harus benar-benar paham bagaimana dia memimpin rakyatnya, apa tujuan memimpin
yang sebenarnya, apa landasannya, strategi dan taktik apa yang harus dia
lakukan untuk mewujudkannya.
Dasar-dasar perjuangan yang paling tidak harus
dipahami oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut:
Seorang pemimpin harus memahami doktrin yang dijadikan
landasan dalam memimpin. Doktrin adalah azas pendirian yang kebenarannya tidak
diragukan lagi.
Harus memahami tujuan yang mau
dicapai berdasarkan doktrin yang diyakininya. Harus memahami bagaiamana
mengujudkan surga di dalam kenyataan.
Harus memahami teknik untuk
mengujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Teknik adalah penataan atau
pengorganisasian dalam arti luas meliputi ilmu Negara atau tata Negara, atau
dalam arti sempit ialah susunan gerak sekelompok manusia dalam satu penataan
yang merupakan satu organisasi.
Harus memahami manajemen,
dimaksud manajemen adalah teori kepemimpinan dimana yang memimpin tidak boleh
menurut kemauannya sendiri, tidak boleh menurut kebijaksanaanya sendiri, tetapi
dalam kepemimpinanya dia harus melaksanakan teori manajemen ke dalam gerak
memimpin.
Demikianlah, orang yang berniat
melakukan sesuatu harus memahami apa yang akan dilakukannya, baik itu dalam
shalat maupun dalam memimpin. Jika tidak dilandasi dengan ilmu, atau pemahaman yang
benar, apa saja yang dilakukannya akan sesat dan menyesatkan.
***
No comments:
Post a Comment