Friday, October 19, 2012

ANTARA SHALAT DAN KEPEMIMPINAN II



Postingan kali ini melanjutkan materi sebelumnya, yaitu membahas antara shalat dan kepemimpinan. Tentu saja kami tidak mampu membahas tuntas masalah tersebut karena keterbatasan ilmu kami. Ini hanya secuil upaya untuk mengetuk hati para pemimpin agar mereka benar-benar memperjuangkan kesejahteraan rakyat, bukan hanya kesejahteraan dirinya dan kelompoknya. Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas masalah wudhu' dan niat sebelum shalat. Apa saja yang dapati ditauladani dari prosesi ibadah tersebut. To the point saj, mari kita mulai saja :
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa sebelum melakukan shalat iman dan makmum harus wudhu’ terlebih dahulu. Wudhu’ merupakan syarat sah dan kesempurnaan shalat. Ketika berwudhu’, seyogyanya kita melakukannya sebagai bentuk peribadatan seperti halnya melakukan shalat, karena wudhu’ merupakan prosesi pembersihan jiwa.

Mulailah dengan menyebut asma Allah dengan menghadirkan jiwa Anda, hubungkan jiwa Anda dengan Allah … rasakan bahwa Anda sedang melakukan proses pembersihan tubuh dan jiwa. Dari prosesi wudhu’ ini dapat diambil pelajaran bahwa sebelum menjadi pemimpin hendaknya mereka membersihkan terlebih dahulu jiwa dan raganya. Penyakit jiwa yang mengendap di dalam hati harus di bersihkan terlebih dahulu. Seperti sifat arogan, pemarah, iri-dengki, egois, pembohong, dsb.

Setelah wudhu, barulah kita bersiap-siap melakukan shalat. Sebelum bertakbir hendaknya kita berniat melakukan shalat. Berniat bukan sekedar mengucapkan niat, seperti aku berniat melakukan shalat, tetapi pengertiannya lebih dalam lagi. Dan niat tidak harus diucapkan, seperti aku berniat mengangkat karung seberat 50 kg, kemudian baru mengangkatnya. Atau misalnya ketika Anda ingin pergi kepasar mengucapkan aku berniat ke pasar, kemudian baru menstater motor Anda menuju ke pasar. Orang yang berniat melakukan sesuatu pasti bersungguh-sungguh dalam melakukannya karena dia tahu apa yang dia tuju itu bermanfaat bagi dirinya. Begitu juga ketika melakukan shalat, orang yang berniat seharusnya tahu kenapa dia melakukan shalat, apa tujuannya. Dengan kata lain, munculnya niat didorong oleh ilmu. Jadi niat itu sama dengan tanggapan tujuan Anda.

Untuk lebih memudahkan, kita coba jawab pertanyaan ini. Kenapa kita berniat ke pasar? Orang yang memiliki niat ke pasar pasti dia memiliki pengetahuan tentang pasar, dia tahu bahwa di pasar ada penjual sayuran, daging, bakso, soto, dsb. Pasar juga dapat dijadikan tempat jual beli jika Anda memiliki barang-barang dagangan. Karena pengetahuan Anda itulah yang menjadi dasar munculnya niat di hati Anda untuk pergi ke sana. Begitu juga seharusnya jika Anda berniat untuk shalat! 

Bagaimana dengan para pemimpin? Sebelum memimpin rakyatnya seharusnya dia berniat terlebih dahulu untuk mensejahterakan rakyatnya, dan semata-mata hal itu dilakukan untuk beribadah kepada Allah. Dan niat itu bukan hanya lip service seperti sumpah jabatan yang sering dilakukan orang ketika mau dilantik menjadi pemimpin. Dia harus benar-benar paham bagaimana dia memimpin rakyatnya, apa tujuan memimpin yang sebenarnya, apa landasannya, strategi dan taktik apa yang harus dia lakukan untuk mewujudkannya. 

Dasar-dasar perjuangan yang paling tidak harus dipahami oleh seorang pemimpin adalah sebagai berikut:

Seorang  pemimpin harus memahami doktrin yang dijadikan landasan dalam memimpin. Doktrin adalah azas pendirian yang kebenarannya tidak diragukan lagi.

Harus memahami tujuan yang mau dicapai berdasarkan doktrin yang diyakininya. Harus memahami bagaiamana mengujudkan surga di dalam kenyataan.

Harus memahami teknik untuk mengujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Teknik adalah penataan atau pengorganisasian dalam arti luas meliputi ilmu Negara atau tata Negara, atau dalam arti sempit ialah susunan gerak sekelompok manusia dalam satu penataan yang merupakan satu organisasi.

Harus memahami manajemen, dimaksud manajemen adalah teori kepemimpinan dimana yang memimpin tidak boleh menurut kemauannya sendiri, tidak boleh menurut kebijaksanaanya sendiri, tetapi dalam kepemimpinanya dia harus melaksanakan teori manajemen ke dalam gerak memimpin.

Demikianlah, orang yang berniat melakukan sesuatu harus memahami apa yang akan dilakukannya, baik itu dalam shalat maupun dalam memimpin. Jika tidak dilandasi dengan ilmu, atau pemahaman yang benar, apa saja yang dilakukannya akan sesat dan menyesatkan.
***


No comments:

Post a Comment