Thursday, October 25, 2012

HIKMAH KORBAN



Pada postingan kali ini sebenarnya saya ingin melanjutkan mengidentifikasi penyakit-penyakit organisasi (baca birokrasi) melanjutkan topic dua postingan sebelumnya, dimana telah dibahas penyakit organisasi seperti penyalahgunaan wewenang, persepsi yang didasarkan prasangka, pengaburan masalah, dan menerima uang sogok. Sebenarnya masih banyak borok-borok organisasi yang belum diungkap, tetapi untuk kali ini kita selingi dulu dengan topic yang lain. Karena, terus terang saja, saya tergelitik untuk menulis topic tentang korban yang esok hari tanggal 26 Oktober 2012 akan diperingati oleh umat Islam di seluru dunia, kecuali yang memiliki kalender sendiri. Tetapi pada umumnya hari raya Idul Adha jatuh pada hari Jumat.

Kenapa saya tertarik dengan topic tersebut? Barangkali Anda akan bertanya seperti itu. Apakah sudah memiliki ilmu yang dalam koq berani-beraninya membahas tentang korban? Terus terang saja, kemampuan saya hanya biasa-biasa saja. Boleh dikatakan postingan saya kali ini hanya mengeluarkan uneg-uneg yang mengganjal di hati saya. Namun demikian, saya tetap berharap, setelah membaca Anda akan menemukan hikmah yang tersembunyi dibalik ibadah korban.

Oleh karena itu, sebelum Anda membaca lebih jauh, perlu saya peringatkan agar Anda tidak memakan mentah-mentah apa yang saya sampaikan. Bandingkan, pikirkan masak-masak, jangan diikuti jika apa yang saya tuliskan Anda rasa menyimpang dari ajaran Islam. Tetapi Anda tidak perlu khawatir, di sinia saya tidak akan menghakimi, tidak akan membenarkan atau menyalahkan pandangan-pandangan fiqih yang sudah diyakini oleh saudara-saudara.

Nah, tidak perlu berbelit-belit, pengantarnya sampai di sini saja. Selanjutnya marilah kita jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.

Saya harap Anda tidak tertawa jika saya katakan bahwa alasan utamanya adalah karena terus terang saja saya belum begitu jelas, artinya pengetahuan penulis baru sebatas informasi-informasi yang diterima dari luar dan belum melakukan pengkajian secara khusus dan mendalam.

Pemicu ke dua adalah berkisar tentang perdebatan fiqih tentang korban, seperti bagaimana memperlakukan anggota tubuh binatang korban yang tidak dapat dikonsumsi, boleh dijual atau tidak. Bagaimana kalau dijual kemudian dibelikan daging, atau uangnya untuk kemaslahatan umum atau diberikan kepada fakir miskin. Silahkan Anda jawab sendiri!

Bagaimana jika binatang korban itu diujudkan uang, kemudian uang yang sudah terkumpul digunakan untuk membangun ekonomi umat? Pertanyaan ini dilontarkan oleh teman penulis. Silahkan Anda jawab sendiri, dan tidak usah emosi. Meskipun kedengaran agak aneh, tetapi pertanyaan itu menggelitik pikiran saya. Apalagi ketika mendengar pernyataan selanjutnya. Si empunya pendapat berkata :” Saya rela untuk dua atau tiga tahun mendatang korban saya diujudkan uang. Siapa yang mau bergabung! Kan lumayan untuk modal peningkatan ekonomi umat!”

Ini hanya pendapat. Anda tidak usah emosi! Prakteknya dikampung siempunya pendapat, ide tersebut ditolak mentah-mentah oleh ulama-ulama kampong, apalagi oleh sahabat-sahabat yang  sudah bermimpi ingin naik kambing atau sapi ketika dalam perjalanan ke surga nanti!

Ada satu pendapat lagi yang paling menggelitik hati penulis. “Jika kamu sudah melakukan korban, maka hidupmu jangan seperti kambing atau lembu yang kamu sembelih!” Pernyataan itu kayaknya seperti guyon, tetapi kalau kita cermati maknaya sangat dalam. Kalau kita perjelas lagi, seperti halnya menyembelih binatang korban, maka hendaknya kita menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada di dalam hati kita sehingga kita benar-benar menjadi orang yang beriman!

Ya, Allah, seperti halnya menyembelih hewan-hewan korban ini, maka dengan ajaran-Mu ya Allah, hapuskanlah sifat-sifat kebinatangan yang ada di dalam hati hamba-Mu ini!”
Coba Anda banyangkan, jika umat Islam di seluruh dunia meyenandungkan harapan seperti itu, Insya Allah akan terjadi perubahan yang signifikan. Paling tidak ada warning, jangan sampai setelah melakukan ibadah korban hidup kita justru seperti bintang. Seperti apakah cirri-ciri binatang itu?
  • Orientasi hidupnya hanya insting dan nafsu; Dalam menjalani hidup tidak pernah menggunakan akal, hanya berdasarkan nafsu.
  • Bodoh
  • Mudah ditipu dan diadu domba
Untuk cirri-ciri yang lain silahkan Anda cari sendiri. Dan sebagai penutup sekali lagi saya peringatkan khususnya bagi diri saya sendiri, marilah kita hentikan segala pertikaian yang menghabiskan energi. Marilah kita hormati pendapat-pendapat sahabat kita. Apapun pendapat kita tentang korban, yang harus kita camkan adalah dan kita mohonkan adalah hilangnya sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri kita. Kita harus menyadari bahwa telah lama kita dijajah akibat kebodohan kita, diadudomba sehingga kita berpecah-belah dan saling berbaku hantam! Wallahu a’lam!

***

No comments:

Post a Comment