Pada postingan kali ini
sebenarnya saya ingin melanjutkan mengidentifikasi penyakit-penyakit organisasi
(baca birokrasi) melanjutkan topic dua postingan sebelumnya, dimana telah
dibahas penyakit organisasi seperti penyalahgunaan wewenang, persepsi yang
didasarkan prasangka, pengaburan masalah, dan menerima uang sogok. Sebenarnya
masih banyak borok-borok organisasi yang belum diungkap, tetapi untuk kali ini
kita selingi dulu dengan topic yang lain. Karena, terus terang saja, saya
tergelitik untuk menulis topic tentang korban yang esok hari tanggal 26 Oktober
2012 akan diperingati oleh umat Islam di seluru dunia, kecuali yang memiliki
kalender sendiri. Tetapi pada umumnya hari raya Idul Adha jatuh pada hari
Jumat.
Kenapa saya tertarik dengan topic
tersebut? Barangkali Anda akan bertanya seperti itu. Apakah sudah memiliki ilmu
yang dalam koq berani-beraninya membahas tentang korban? Terus terang saja,
kemampuan saya hanya biasa-biasa saja. Boleh dikatakan postingan saya kali ini
hanya mengeluarkan uneg-uneg yang mengganjal di hati saya. Namun demikian, saya
tetap berharap, setelah membaca Anda akan menemukan hikmah yang tersembunyi dibalik
ibadah korban.
Oleh karena itu, sebelum Anda
membaca lebih jauh, perlu saya peringatkan agar Anda tidak memakan
mentah-mentah apa yang saya sampaikan. Bandingkan, pikirkan masak-masak, jangan
diikuti jika apa yang saya tuliskan Anda rasa menyimpang dari ajaran Islam.
Tetapi Anda tidak perlu khawatir, di sinia saya tidak akan menghakimi, tidak
akan membenarkan atau menyalahkan pandangan-pandangan fiqih yang sudah diyakini
oleh saudara-saudara.
Nah, tidak perlu berbelit-belit,
pengantarnya sampai di sini saja. Selanjutnya marilah kita jawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas.
Saya harap Anda tidak tertawa
jika saya katakan bahwa alasan utamanya adalah karena terus terang saja saya
belum begitu jelas, artinya pengetahuan penulis baru sebatas
informasi-informasi yang diterima dari luar dan belum melakukan pengkajian
secara khusus dan mendalam.
Pemicu ke dua adalah berkisar
tentang perdebatan fiqih tentang korban, seperti bagaimana memperlakukan anggota
tubuh binatang korban yang tidak dapat dikonsumsi, boleh dijual atau tidak.
Bagaimana kalau dijual kemudian dibelikan daging, atau uangnya untuk
kemaslahatan umum atau diberikan kepada fakir miskin. Silahkan Anda jawab
sendiri!
Bagaimana jika binatang korban
itu diujudkan uang, kemudian uang yang sudah terkumpul digunakan untuk
membangun ekonomi umat? Pertanyaan ini dilontarkan oleh teman penulis. Silahkan
Anda jawab sendiri, dan tidak usah emosi. Meskipun kedengaran agak aneh, tetapi
pertanyaan itu menggelitik pikiran saya. Apalagi ketika mendengar pernyataan
selanjutnya. Si empunya pendapat berkata :” Saya rela untuk dua atau tiga tahun
mendatang korban saya diujudkan uang. Siapa yang mau bergabung! Kan lumayan
untuk modal peningkatan ekonomi umat!”
Ini hanya pendapat. Anda tidak
usah emosi! Prakteknya dikampung siempunya pendapat, ide tersebut ditolak
mentah-mentah oleh ulama-ulama kampong, apalagi oleh sahabat-sahabat yang sudah bermimpi ingin naik kambing atau sapi
ketika dalam perjalanan ke surga nanti!
Ada satu pendapat lagi yang
paling menggelitik hati penulis. “Jika kamu sudah melakukan korban, maka
hidupmu jangan seperti kambing atau lembu yang kamu sembelih!” Pernyataan itu
kayaknya seperti guyon, tetapi kalau kita cermati maknaya sangat dalam. Kalau
kita perjelas lagi, seperti halnya menyembelih binatang korban, maka hendaknya
kita menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada di dalam hati kita sehingga
kita benar-benar menjadi orang yang beriman!
Ya, Allah, seperti halnya
menyembelih hewan-hewan korban ini, maka dengan ajaran-Mu ya Allah, hapuskanlah
sifat-sifat kebinatangan yang ada di dalam hati hamba-Mu ini!”
Coba Anda banyangkan, jika umat
Islam di seluruh dunia meyenandungkan harapan seperti itu, Insya Allah akan
terjadi perubahan yang signifikan. Paling tidak ada warning, jangan sampai
setelah melakukan ibadah korban hidup kita justru seperti bintang. Seperti
apakah cirri-ciri binatang itu?
- Orientasi hidupnya hanya insting dan nafsu; Dalam menjalani hidup tidak pernah menggunakan akal, hanya berdasarkan nafsu.
- Bodoh
- Mudah ditipu dan diadu domba
Untuk cirri-ciri yang lain
silahkan Anda cari sendiri. Dan sebagai penutup sekali lagi saya peringatkan
khususnya bagi diri saya sendiri, marilah kita hentikan segala pertikaian yang
menghabiskan energi. Marilah kita hormati pendapat-pendapat sahabat kita. Apapun
pendapat kita tentang korban, yang harus kita camkan adalah dan kita mohonkan
adalah hilangnya sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri kita. Kita harus
menyadari bahwa telah lama kita dijajah akibat kebodohan kita, diadudomba
sehingga kita berpecah-belah dan saling berbaku hantam! Wallahu a’lam!
***
No comments:
Post a Comment