Mereka lebih memilih hawa nafsu sebagai pedoman hidup mereka. Akhirnya, kerusakanlah yang terjadi, sistem kehidupan menjadi saling tindas menindas, saling memeras dan bahkan penuh pertumpahan darah. Potret buran manusia tersebut dapat kita lihat di lembaran-lembaran sejarah masa lalu yang dihiasi dengan pertumpahan darah.
Sesungguhnya manusia itu terlahir dari perut ibu mereka tidak memilikih ilmu apa-apa. Mereka dibekali pendengaran, penglihatan dan pikiran agar mereka mau hidup bersyukur. Apa itu syukur? Syukur adalah mau mentaati kemauan yang memberi nikmat. Kita diberikan pendengaran, penglihatan dan hati oleh Allah, maka sudah selayaknya jika kita menggunakan fasilitas-fasilatas yang diberikan itu untuk hidup menurut Allah Sang Maha Pemberi segalanya.
Inilah kemampuan dasar manusia. Mereka terlahir tidak tahu apa-apa. Jadi, sangat lucu jika manusia itu bersikap sombong, dan mereka merasa mampu segala tanpa pertolongan Allah.
Ilmu Allah terhampar di seluruh penjuru langit dan bumi. Bahkan langit dan bumi itu sendiri sesungguhnya merupakan realitas ilmu Allah. Hamparan ilmu Allah itulah kemudian yang dipelajarai manusia dalam bentuk sains dan teknologi. Sains adalah penguasaan teoritis dan teknologi adalah penguasaan praktis. Manusia tidak pernah menciptakan ilmu, kemampuannya hanyalah merumuskan kenyataan, memformulasikan realitas. Kemudian memanfaatkan rumusan-rumusan tersebut untuk membuat alat-alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Newton yang dikenal sebagai penemu gaya gravitasi bumi, misalnya, bukanlah pencipta gravitasi bumi. Allahlah yang menciptakan gaya gravitasi untuk mendendalikan gerakan benda-benda di alam semesta ini. Sedangkan Newton sekedar menemukan, kemudian merumuskannya!
***
No comments:
Post a Comment