Banyak orang yang mengaku cinta kepada Allah. Benarkah? Untuk
menjawabnya kita perlu introspeksi berkenaan dengan kemurnian cinta yang kita
miliki. Manusia yang normal sudah pasti tidak asing lagi dengan cinta, paling
tidak mereka pernah mengalami jatuh cinta. Baik cinta kepada lawan jenis maupun
cinta kepada harta benda. Anda dapat merenungkan kembali, bagaimana hubungan
dengan istri Anda sebelum menikah, pada saat panah asmara menancap di hati
Anda. Saya kira hal itu dapat kita jadikan acuan bagaimana rasanya orang jatuh
cinta. Coba bandingkan cinta kepada Allah dengan cinta yang kita alami sewaktu
masih muda dulu. Apakah sudah sepadan?
Imam Al-Ghazali,
dalam bukunya Kimia Kebahagiaan, mengupas tanda-tanda orang yang mencintai
Allah. Dengan merenungkan tanda-tanda tersebut paling tidak dapat kita jadikan tolok ukur sejauh mana cinta
kita kepada Allah.
Pertama, orang yang mencintai Allah seharusnya tidak takut mati.
Logikanya begini, jika orang mati akan bertemu Allah. Siapa yang takut jika
akan bertemu kecintaannya? Bahkan, orang yang jatuh cinta pertemuan dengan sang
Kekasih merupakan impiannya.
Kedua, orang yang menyatakan diri mencintai Allah seharusnya rela
mengorbankan kehendaknya demi kehendak Allah; mesti berpegang erat-erat kepada
apa yang membawanya lebih dekat dengan Allah; dan seharunya menjauhkan diri
dari tempat-tempat yang menyebabkan dirinya berada jauh dari Allah.
Ketiga, orang yang menyatakan diri mencintai Allah seharus dzikrullah selalu menghiasi hatinya. Bukankah
orang mencintai sang kekasih selalu mengingat-ingatnya? Tidak pernah
melupakannya baik dalam keadaan suka dan duka.
Ke empat, dia akan mencintai Al-Qur’an yang merupakan firman Allah dan
Muhammad Nabiyullah. Jika cintanya memang benar-benar kuat, ia akan mencintai
semua manusia, karena mereka semua adalah hamba-hamba Allah. Malah cintanya
seharusnya melingkupi semua makhluk, karena orang yang mencintai seseorang akan
mencintai karya-karya cipta dan tulisan tangannya.
Ke lima, ia selalu merindukan berhubungan dengan Allah. Ia akan terus
mendambakan datangnya malam agar bisa berhubungan dengan sang Kekakasih tanpa
halangan. Jika dia lebih menyukai bercakap-cakap di siang hari dan tidur di
malam hari dari pada ‘uzlah seperti itu, maka cintanya itu tidak sempurna.
Ke enam, ibadah akan menjadi mudah baginya. Seorang wali
berkata:”Selama tiga puluh tahun pertama saya menjalankan ibadah malamku dengan
susah payah, tetapi tiga puluh tahun kemudian hal itu telah menjadi suatu
kesenangan bagiku,” Jika kecintaan kepada Allah sudah sempurna, maka tak ada
kebahagiaan yang bisa menandingi kebahagiaan beribadah.
Ke tujuah, orang yang mengaku mencintai Allah seharusnya mencintai
orang-orang yang mentaatinya, dan membenci orang-orang yang menentangnya.
Demikianlah ringkasan tanda-tanda orang yang mencintai Allah yang saya
kutip dari buku imam Al-Ghazali yang berjudul Kimia Kebahagiaan. Mudah-mudahan
bermanfaat dan dapat mengetuk hati kita agar semakin mencintai Allah!
******
No comments:
Post a Comment