Tuesday, October 16, 2012

TANDA-TANDA ORANG YANG BERIMAN



Menurut Kamus Bahasa Indonesia, salah satu makna dari ciri adalah tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang lainnya. Semua yang ada di muka bumi ini pasti memiliki cirri-ciri tersendiri, tidak ada yang sama persis. Begitu juga dengan keimanan seseorang, tentunya memiliki cirri-ciri yang dapat disaksikan dalam perilaku sehari-hari orang yang beriman. Karena pada hakekatnya iman itu tidak terbatas kepercayaan dalam hati saja, tetapi meliputi hati, ucapan dan laku perbuatan. Adapun cirri-ciri orang yang beriman adalah :
  • Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Al-Qur’an), hatinya bergejolak untuk melaksanakannya. Seperti yang dinyatakan dalam surat Al-Anfal ayat 2-4. Dengan demikian apabila seseorang mendengar bacaan Al-Qur’an tidak ada reaksi, maka orang tersebut belum memenuhi sebagai orang mukmin.
  • Tawakal
Arti tawakal adalah senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang diperintahkan Allah. Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang yang senantiasa menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Allah.
  • Mawas Diri
Pengertian mawas diri di sini dimaksudkan agar seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai isyu-isyu yang membawa kearah kehancuran. Isyu-isyu itu dapat saja datang dari manusia bahkan mungkin juga datang dari dirinya sendiri. Surat An-Nas menjelaskan tentang kemungkinan itu. Isyu-isyu yang paling berbahaya adalah yang datang atau berasal dari pemutarbalikan makna Al-Qur'an. Untuk menghindari hal-hal yang demikian tida ada cara lain kecuali dengan mawas diri.
Mawas diri yang berhubungan dengan alam pikiran tidak lain kecuali bersikap ilmiah dalam berbagai hal, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar keislaman. Hal ini diperlukan agar terhindar dari berbagai fitnah seperti dinyatakan di dalam surat Ali-Imran, ayat 7. Atas dasar pemikiran tersebut, hendaknya seseorang tidak terlebih dahulu menyatakan sesuatu sikapnya sebelum mengetahui terlebih dahulu permasalahannya, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Qur'an Surat Al-Isra' ayat 36.
  • Optimisme Dalam Menghadapi Masa Depan
Hidup adalah serangkaian aktivitas yang berkesinambungan. Hari ini akan bersambung dengan hari esok dan seterusnya. Perjalanan hidup manusia tidak seluruhnya mulus akan tetapi kadan-kadang mengalami berbagai rintangan dan tantangan. Rintangan-rintangan dan tantangan tersebut memerlukan pemecahan dan jalan keluar. Jika suatu tantangan atau permasalahan tidak mendapatkan jawaban atau penyelesaian dengan segera, maka tantangan dan permasalahan akan menumpuk. Jika seseorang tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu tantangan dan permasalahannya, maka orang tersebut telah dihinggapi suatu penyakit yang lazim disebut penyakit kejiwaan antara lain frustasi, nerfus dan lain sebagainya.
            Al-Qur'an memberikan petunjuk kepada umat manusia untuk selalu bersikap optimis karena pada hakekatnya tantangan, cobaan, merupakan suatu pelajaran bagi setiap manusia. Hal tersebut dinyatakan dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6. Jika seseorang telah merasa melaksanakan suatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan hasilnya nanti, karena hasil adalah merupakan akibat dari suatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan bagaimana hasilnya nanti, karena hasil merupakan akibat dari suatu perbuatan. Namun nabi Muhammad menyatakan bahwa orang yang hidupnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin berarti tertipu dan yang bahagia adalah orang yang hidupnya hari ini lebih baik dari hari yang kemarin. Jika optimisme merupakan suatu sikap yang terpuji, maka sebaliknya pesimisme merupakan suatu sikap yang tercela yang seharusnya tidak dikenal oleh orang yang menyatakan dirinya mukmin seperti dinyatakan di dalam surat Yusuf ayat 87, sedangkan sikap putus asa atau yang searti dengan kata tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang kafir.
  • Menepati janji
Janji adalah hutang. Menepati janji adalah membayar hutang, sebaliknya ingkar janji adalah suatu pengkhianatan. Himbauan untuk menepati janji dinyatakan di dalam Al-Qur'an, antara lain di dalam surat Al-Maidah ayat 1. Seorang mukmin dengan sendirinya senantiasa akan menepati janji-janjinya dengan sesama manusia, janjinya dengan Allah, maupun janjinya dengan ekologinya. Yang dimaksud dengan janji tersebut bukan saja yang bersifat formal (terucap atau tertulis) akan tetapi juga yang bersifat non-formal yang sifatnya otomatis.
Seorang mukmin adalah yang telah berjanji untuk berpandangan dan bersikap hidup dengan apa yang dikehendaki Allah (ingat ketika bersyahadah). Sebagai seorang suami, secara otomatis dia telah berjanji untuk bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya menurut ketentuan Allah, bukan menurut kemauan sendiri, bukan menurut kemauan istri maupan anak-anaknya. Sebaliknya seorang istripun seharusnya demikian. Seorang mahasiswa secara otomatis telah berjanji untuk mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku di lembaga tempat dia berada baik yang bersifat administratif maupun akademis. Seorang pemimpin yang telah bersedia diangkat menjadi pemimpin secara otomatis telah berjanji untuk mengayomi masyarakat yang dipimpinnya. Janji terhadap ekologi secara otomatis, adalah memenuhi dan memelihara apa yang dibutuhkan lingkungannya, agar tetap berdaya guna dan berhasil guna bagi kemaslahatan umat manusia disepanjang masa dan jaman, sesuai dengan prinsip dimana alam semesta dan isinya diciptakan Allah untuk umat manusia.
  • Tidak Sombong
            Kesombongan merupakan suatu sifat dan sikap yang tercela yang membahayakan baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan hidupnya. Seorang yang merasa dirinya pandai, karena kesomobongannya akan berbalik menjadi bodoh karena berakibat malas belajar, tidak mau bertanya kepada orang lain karena orang lain itu dianggap bodoh. Karena ilmu pengetahuan itu amat luas dan berkembang terus, maka orang yang merasa telah pandai tersebut jelas menjadi bodoh. Al-Qur'an surat luqman ayat 18-19 menyatakan suatu larangan terhadap sifat dan sikap yang sombong.
  • Hidup dengan Suatu Anggaran
            Seorang yang beriman, seharusnya dalam hidupnya mempunyai suatu rencana yang jelas,. Rencana tersebut sudah tertera di dalam Al-Qur'an dengan berpola menurut sunah Rasul. Pelaksanaan dari rencana tersebut memerlukan anggaran yang sesuai dengan kebutuhannya. Perlu diperhatikan, bahwa seorang muslim bukan beranggaran untuk suatu hidup dengan menumpuk harta. Terhadap mereka yang demikian Allah menyatakan ancamannya di dalam surat Al-Humazah dengan ancapan yang keras. Mengingat seorang muslim itu harus hidup bersaudara, maka penumpukan harta pada satu pihak berarti berkurangnya harta pada saudaranya yang lain. Dalam masalah anggaran ini Islam mengaturnya dalam suatu sistem yang disebut zakat. Zakat sebagai suatu sistem, meliputi anggaran pendapatan dan anggaran pengeluaran, baik melaui sektor ziroah (pertanian), sektor tijaroh (perdagangan), Shinah (Industri) dan lain-lain. Kelompok produktif harus memperhatikan kelompok yang tidak produktif agar terjadi pemerataan GNP. Ketidak seimbangan antara kelompok produktif dan yang tidak produktif akan mengakibatkan hal-hal yang negatif yang akan mengaganggu kestabilan baik dalam bidang politik, hankamnas dan lain-lain.
                Berdasarkan uraian di atas, maka seorang mukmin harus hidup secara berimbang (balance) antara pendapatan dan pengeluaran, karena jika tidak, akan terjadi devaluasi sehingga pengeluaran lebih banyak dari pendapatan. Dalam hal ini Allah menyatakan ketidak senangaNya (surat Al-An'am ayat 141, surat Al-A'raf ayat 30, dan lain-lain).
  • Tidak Berbuat Onar
            Onar dalam arti sempit, adalah perbuatan tercela yang berhubungan dengan masalah moral seperti berbuat zina dan lain-lain. Onar dalam arti luar adalah segala macam aktivitas yang meresahkan mayarakat dan lingkungan baik dalam arti fisik maupun psikis. Yang dimaksud onar disini adalah pengertian dalam arti kedua-duanya, sebagai terjemahan dari kata fasad dalam Al-Qur'an.
                Tentang keonaran ini, Allah mengungkapkan antara lain di dalam surat Al-Qosos ayat 77 yang menggambarkan bahwa perbuatan onar adalah perbuatan Qorun, maksudnya untuk mendapatkan keuntungan pribadi, mempergunakan taktik dan strategi yang licik yang tidak disenangi oleh Allah. Perusakan hutan, pemburuan satwa, dan pemaksaan kehendak tidak melalui cara yang benar pada hakekatnya juga merupakan perbuatan onar, yang akibatnya bukan hanya merusak keseimbangan dan ketenteraman hidup pelakunya, akan tetapi juga mengganggu dan mencelakakan kehidupan masyarakan lain dan lingkungkungannya.
***

No comments:

Post a Comment