Menurut Kamus Bahasa Indonesia,
salah satu makna dari ciri adalah tanda khas yang membedakan sesuatu dari yang
lainnya. Semua yang ada di muka bumi ini pasti memiliki cirri-ciri tersendiri,
tidak ada yang sama persis. Begitu juga dengan keimanan seseorang, tentunya
memiliki cirri-ciri yang dapat disaksikan dalam perilaku sehari-hari orang yang
beriman. Karena pada hakekatnya iman itu tidak terbatas kepercayaan dalam hati
saja, tetapi meliputi hati, ucapan dan laku perbuatan. Adapun cirri-ciri orang
yang beriman adalah :
- Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Al-Qur’an), hatinya bergejolak untuk melaksanakannya. Seperti yang dinyatakan dalam surat Al-Anfal ayat 2-4. Dengan demikian apabila seseorang mendengar bacaan Al-Qur’an tidak ada reaksi, maka orang tersebut belum memenuhi sebagai orang mukmin.
- Tawakal
Arti tawakal
adalah senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang diperintahkan Allah.
Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang yang senantiasa
menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Allah.
- Mawas Diri
Pengertian
mawas diri di sini dimaksudkan agar seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai
isyu-isyu yang membawa kearah kehancuran. Isyu-isyu itu dapat saja datang dari
manusia bahkan mungkin juga datang dari dirinya sendiri. Surat An-Nas
menjelaskan tentang kemungkinan itu. Isyu-isyu yang paling berbahaya adalah
yang datang atau berasal dari pemutarbalikan makna Al-Qur'an. Untuk menghindari
hal-hal yang demikian tida ada cara lain kecuali dengan mawas diri.
Mawas diri
yang berhubungan dengan alam pikiran tidak lain kecuali bersikap ilmiah dalam
berbagai hal, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar keislaman. Hal ini
diperlukan agar terhindar dari berbagai fitnah seperti dinyatakan di dalam
surat Ali-Imran, ayat 7. Atas dasar pemikiran tersebut, hendaknya seseorang
tidak terlebih dahulu menyatakan sesuatu sikapnya sebelum mengetahui terlebih
dahulu permasalahannya, sebagaimana dinyatakan di dalam Al-Qur'an Surat
Al-Isra' ayat 36.
- Optimisme Dalam Menghadapi Masa Depan
Hidup adalah
serangkaian aktivitas yang berkesinambungan. Hari ini akan bersambung dengan
hari esok dan seterusnya. Perjalanan hidup manusia tidak seluruhnya mulus akan
tetapi kadan-kadang mengalami berbagai rintangan dan tantangan.
Rintangan-rintangan dan tantangan tersebut memerlukan pemecahan dan jalan
keluar. Jika suatu tantangan atau permasalahan tidak mendapatkan jawaban atau
penyelesaian dengan segera, maka tantangan dan permasalahan akan menumpuk. Jika
seseorang tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu tantangan dan
permasalahannya, maka orang tersebut telah dihinggapi suatu penyakit yang lazim
disebut penyakit kejiwaan antara lain frustasi, nerfus dan lain sebagainya.
Al-Qur'an memberikan petunjuk
kepada umat manusia untuk selalu bersikap optimis karena pada hakekatnya
tantangan, cobaan, merupakan suatu pelajaran bagi setiap manusia. Hal tersebut
dinyatakan dalam surat Al-Insyirah ayat 5-6. Jika seseorang telah merasa
melaksanakan suatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu
memikirkan hasilnya nanti, karena hasil adalah merupakan akibat dari suatu
perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan bagaimana
hasilnya nanti, karena hasil merupakan akibat dari suatu perbuatan. Namun nabi
Muhammad menyatakan bahwa orang yang hidupnya hari ini lebih jelek dari hari
kemarin berarti tertipu dan yang bahagia adalah orang yang hidupnya hari ini
lebih baik dari hari yang kemarin. Jika optimisme merupakan suatu sikap yang
terpuji, maka sebaliknya pesimisme merupakan suatu sikap yang tercela yang
seharusnya tidak dikenal oleh orang yang menyatakan dirinya mukmin seperti
dinyatakan di dalam surat Yusuf ayat 87, sedangkan sikap putus asa atau yang
searti dengan kata tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang kafir.
- Menepati janji
Janji adalah
hutang. Menepati janji adalah membayar hutang, sebaliknya ingkar janji adalah
suatu pengkhianatan. Himbauan untuk menepati janji dinyatakan di dalam
Al-Qur'an, antara lain di dalam surat Al-Maidah ayat 1. Seorang mukmin dengan
sendirinya senantiasa akan menepati janji-janjinya dengan sesama manusia, janjinya
dengan Allah, maupun janjinya dengan ekologinya. Yang dimaksud dengan janji
tersebut bukan saja yang bersifat formal (terucap atau tertulis) akan tetapi
juga yang bersifat non-formal yang sifatnya otomatis.
Seorang
mukmin adalah yang telah berjanji untuk berpandangan dan bersikap hidup dengan
apa yang dikehendaki Allah (ingat ketika bersyahadah). Sebagai seorang suami,
secara otomatis dia telah berjanji untuk bertanggung jawab terhadap istri dan
anak-anaknya menurut ketentuan Allah, bukan menurut kemauan sendiri, bukan
menurut kemauan istri maupan anak-anaknya. Sebaliknya seorang istripun
seharusnya demikian. Seorang mahasiswa secara otomatis telah berjanji untuk
mengikuti ketentuan-ketentuan yang berlaku di lembaga tempat dia berada baik
yang bersifat administratif maupun akademis. Seorang pemimpin yang telah
bersedia diangkat menjadi pemimpin secara otomatis telah berjanji untuk
mengayomi masyarakat yang dipimpinnya. Janji terhadap ekologi secara otomatis,
adalah memenuhi dan memelihara apa yang dibutuhkan lingkungannya, agar tetap
berdaya guna dan berhasil guna bagi kemaslahatan umat manusia disepanjang masa
dan jaman, sesuai dengan prinsip dimana alam semesta dan isinya diciptakan
Allah untuk umat manusia.
- Tidak Sombong
Kesombongan
merupakan suatu sifat dan sikap yang tercela yang membahayakan baik kepada diri
sendiri maupun orang lain dan lingkungan hidupnya. Seorang yang merasa dirinya
pandai, karena kesomobongannya akan berbalik menjadi bodoh karena berakibat
malas belajar, tidak mau bertanya kepada orang lain karena orang lain itu dianggap
bodoh. Karena ilmu pengetahuan itu amat luas dan berkembang terus, maka orang
yang merasa telah pandai tersebut jelas menjadi bodoh. Al-Qur'an surat luqman
ayat 18-19 menyatakan suatu larangan terhadap sifat dan sikap yang sombong.
- Hidup dengan Suatu Anggaran
Seorang yang
beriman, seharusnya dalam hidupnya mempunyai suatu rencana yang jelas,. Rencana
tersebut sudah tertera di dalam Al-Qur'an dengan berpola menurut sunah Rasul.
Pelaksanaan dari rencana tersebut memerlukan anggaran yang sesuai dengan
kebutuhannya. Perlu diperhatikan, bahwa seorang muslim bukan beranggaran untuk
suatu hidup dengan menumpuk harta. Terhadap mereka yang demikian Allah
menyatakan ancamannya di dalam surat Al-Humazah dengan ancapan yang keras.
Mengingat seorang muslim itu harus hidup bersaudara, maka penumpukan harta pada
satu pihak berarti berkurangnya harta pada saudaranya yang lain. Dalam masalah
anggaran ini Islam mengaturnya dalam suatu sistem yang disebut zakat. Zakat
sebagai suatu sistem, meliputi anggaran pendapatan dan anggaran pengeluaran,
baik melaui sektor ziroah (pertanian), sektor tijaroh (perdagangan), Shinah
(Industri) dan lain-lain. Kelompok produktif harus memperhatikan kelompok yang
tidak produktif agar terjadi pemerataan GNP. Ketidak seimbangan antara kelompok
produktif dan yang tidak produktif akan mengakibatkan hal-hal yang negatif yang
akan mengaganggu kestabilan baik dalam bidang politik, hankamnas dan lain-lain.
Berdasarkan
uraian di atas, maka seorang mukmin harus hidup secara berimbang (balance)
antara pendapatan dan pengeluaran, karena jika tidak, akan terjadi devaluasi
sehingga pengeluaran lebih banyak dari pendapatan. Dalam hal ini Allah
menyatakan ketidak senangaNya (surat Al-An'am ayat 141, surat Al-A'raf ayat 30,
dan lain-lain).
- Tidak Berbuat Onar
Onar dalam arti
sempit, adalah perbuatan tercela yang berhubungan dengan masalah moral seperti
berbuat zina dan lain-lain. Onar dalam arti luar adalah segala macam aktivitas
yang meresahkan mayarakat dan lingkungan baik dalam arti fisik maupun psikis.
Yang dimaksud onar disini adalah pengertian dalam arti kedua-duanya, sebagai
terjemahan dari kata fasad dalam Al-Qur'an.
Tentang keonaran
ini, Allah mengungkapkan antara lain di dalam surat Al-Qosos ayat 77 yang
menggambarkan bahwa perbuatan onar adalah perbuatan Qorun, maksudnya untuk
mendapatkan keuntungan pribadi, mempergunakan taktik dan strategi yang licik yang
tidak disenangi oleh Allah. Perusakan hutan, pemburuan satwa, dan pemaksaan
kehendak tidak melalui cara yang benar pada hakekatnya juga merupakan perbuatan
onar, yang akibatnya bukan hanya merusak keseimbangan dan ketenteraman hidup
pelakunya, akan tetapi juga mengganggu dan mencelakakan kehidupan masyarakan
lain dan lingkungkungannya.
***
No comments:
Post a Comment