Friday, August 31, 2012

Peristiwa Sampang

Kekerasan meledak lagi di sampang. Ini untuk ke dua kalinya. Seperti unta yang terjerumus lagi dilubang yang sama. Entah kenapa bangsa ini menjadi bangsa pemarah? Menurut berbagai sumber, peristiwa itu dipicu oleh perbedaan mazab keagamaan, yaitu perseteruan antara penganut Sunni dan Syiah? Benarkah demikian? Apakah tidak ada motif politik dibalik itu, atau mungkin perebutan pengaruh. Memang ada yang mensinyalir kekerasaan itu dipicu oleh perebutan pengaruh antara pesantren yang menganut mazab sunni dan syiah. Lain lagi dengan menyatakan bahwa biang keroknya adalah masalah perempuan. Konon menurut si empunya pendapat akar permasalahannya adalah karena perebetuan cewek. Ceritanya begini, semula ada dua orang bersaudara penganut syiah yang sama-sama mencintai seorang cewek. Karena yang satu kalah bersaing tidak mendapatkan cewek idamannya, lantas kecewa dan keluar dari syiah. Masalah itu kemudian berkembang lebih jauh. Disinyalir sang pecundang yang mengompori massa agar memusuhi saudaranya yang mendapatkan cewek itu.

Benarkah demikian? Hanya gara-gara cewek sampai terjadi pertumpahan darah? Wah, kalau itu yang menjadi penyebabnya sungguh sangat mengerikan, hal itu mengindikasikan kualitas keagamaan kita sangat rendah. Atau, politik lokal yang bermain? Masalah politik biasanya merembes kemana-mana, tidak jarang menimbulkan masalah.

Wallahu a'lam. Saya serahkan semuanya kepada Allah. Lagi pula, saya bukan seorang intelejen sehingga saya tidak perlu menduga-duga apa penyebab tindakan kekerasan tersebut.Hanya ada satu harapan yang patut kita renungkan bersama. Bersatulah! Jangan berpecah-belah. Islam adalah rahmatan lil alamin jadi tidak ada alasan bagi kita untuk bertindak anarkis.

Orang mukmin itu seperti lebah. Tidak pernah berbuat kerusakan, dan hidupnya bermanfaat bagi manusia. Dia menghasilkan madu yang bermanfaat bagi kesehatan, jika sedang mencari makan diapun tidak pernah mematahkan ranting dan dahan tempat dia hinggap.Atau, seperti satu tubuh, dimana jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka anggota tubuh yang lain akan ikut merasakan. Buktinya, jika kita kesandung, mulut kita akan mengaduh, mata mengeluarkan air mata dan tangan kita akan mengelus-elus kaki kita yang sakit.

Klaim kebenaran memang mudah dilakukan, tetapi untuk membuktikan kebenaran yang kita yakini tidak mudah. Dibulan syawal ini sebaiknya kita sama-sama introspeksi, kita coba menengok diri kita sendiri. Keteladanan apa yang telah dilakukan kelompok kita. Apakah kelompok kita telah berjasa membangun peradaban manusia, atau justru menebar anarkis di mana-mana? Apakah kita telah berjihad membangun sains dan tehnologi yang bermanfaat bagi kemudahan hidup orang lain. Atau apakah kita telah berperan penting dalam membangun masyarakat kita, bangsa kita, atau bahkan dunia. Ah, agaknya bangsa kita memang perlu berkaca agar borok-borok yang tersembunyi terlihat nyata. Bagaimana kita mau mengobati diri kita, jika penyakitnya tidak tahu?

Wednesday, August 29, 2012

IDUL FITRI

Meskipun sudah agak terlambat, saya ucapkan minal aidin fal faizin, selamat hari raya Idul Fitri mohon maaf lahir dan batin. Mudah-mudahan pada hari raya Idul Fitri ini kita kembali ke Fitrah. Menjadi manusia baru yang senantiasa hidup patuh dan taat dengan Sang Pencipta, yang menjadi penggerak kehidupan kita. Sejatinya Idul Fitri itu tidak hanya berarti kembali berbuka, setelah satu bulan kita melaksanakan puasa ramadhan. Tetapi, dapat juga berarti kembali ke fitrah, kembali ke asal mula penciptaan manusia, dimana manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang relegius.

Alternatif makna lain dari kata "fitrah", menurut kamus Al-Munawwir, ciptaan, agama, sunnah. Dan, menurut hemat penulis, inilah sebenarnya yang harus kita cermati bersama. Tidak berlebihan kiranya jika Idul Fitri dimaknai sebagai "kembali ke dinullah", kepada Agama Allah seperti yang telah diajarkan oleh para rasul.

Dalam pengajian-pangajian selama bulan Ramadhan, kita sering mendengar bahwa Idul Fitri itu diartikan kembali suci, sehingga orang yang berhasil puasanya akan menjadi kembali suci seperti jabang bayi yang dilahirkan, tidak memiliki dosa. Jika itu memang benar, kita cuma bisa bersyukur, siapa sih yang tidak suka jika dosa-dosanya dihapuskan. Tetapi bagaimana kalau kita maknai kembali ke Agama Allah, Dinullah?

Ingat, tujuan berpuasa agar kita bertakwa. Padahal, salah satu alternatif makna takwa adalah menjauhi segala larangan Allah dan mematahui apa saja yang menjadi Perintahnya. Hal itu sama saja kembali ke Agama Allah!

Dan, inilah saya kira yang diharapkan oleh kebanyakan rakyat Indonesia. Yakni satu harapan agar umat Islam yang berpuasa setelah Idul Fitri benar-benar kembali pada Dinullah. Sehingga korupsi dapat dihilangkan dari bumi pertiwi ini, kekerasan dapat diredam, pemerintahpun benar-benar mengurus rakyatnya, bukan hanya mengurusi kepentingan pribadinya. Pada titik akhir, negara kita akan benar-benar menjadi bangsa yang gemah ripah loh ji nawi tata titi tentrem kerta raharja. Amiin!

Sunday, August 26, 2012

Salam Kenal

Tidak terasa, waktu berjalan cepat seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Tidak terasa kita telah dimakan waktu. Lantas, apa yang telah kita lakukan sampai saat ini? Sudahkah kita melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri kita dan orang lain? Keteladanan apa yang telah kita tawarkan kepada keluarga kita, masyarakat kita dan dunia? Apakah kita telah berjasa membangun kesejahteraan dunia? Apakah kita telah berperan penting dalam mengamankan bumi bagi kesejahteraan masyarakat dunia dari kehancurannya?

Demi masa
Sesungguhnya manusia itu berada di dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh
Dan saling berwasiatlah kalian di dalam kebaikan