Ketika manusia
terlahir di dunia ini, dia tidak tahu apa-apa, walaupun dia dibekali dengan
alat-alat yang memungkin dia memahami pengetahuan. Dalam surat An-Nahl ayat 78
Allah berfirman :”Dan Allah telah mengeluarkan dari perut ibumu dalam keadaan
tidak tahu apa-apa, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.”
Dengan pendengaran, penglihatan
dan akal, manusia dapat mempertoleh pengetahuan, dapat mengamati seluk-beluk
alam raya, sehingga mengetahui rahasia-rahasia alam dan memanfaatkan pemberian
Allah yang begitu banyaknya. Orang-orang yang tidak mendayagunakan alat-alat
pemberian Allah itu, berarti dia telah melepaskan diri dari sifat-sifat
kemanusiaan. Mereka tak berbeda dengan hewan, karena mereka tidak memiliki ilmu
pengetahuan sebagai benteng kepribadiaannya.
Pandangan Allah terhadap
orang-orang yang demikian tertuang dalam surat Al-A’raaf ayat 179 :
“Dan sesungguhnya
Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah)
dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat
(tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Mereka
tidak dapat memanfaatkan mata, telinga dan akal sehingga mereka tidak
memperoleh hidayat Allah yang membawa mereka kepada kebahagiaan dunia dan
akhirat. Keadaan mereka seperti binatang bahkan lebih buruk daripada binatang,
sebab binatang tidak mempunyai daya pikir untuk mengolah hasil penglihatan dan
pendengaran mereka. Binatang mengadakan tanggapan atau reaksi terhadap dunia
luar secara instinctif dan bertujuan hanyalah untuk mempertahankan hidup. Maka
dia makan dan minum serta memenuhi kebutuhannya, tidaklah melampaui dari batas
kebutuhan biologis hewani. Tetapi bagaimana dengan manusia bila sudah menjadi budak
hawa nafsu? Dan akal mereka tidak bermanfaat lagi? Mereka berlebih-lebihan
dalam memenuhi kebutuhan jasmani mereka sendiri, berlebih-lebihan dalam
mengurangi hak orang lain. Diperasnya hak orang lain bahkan kadang-kadang di
luar perikemanusiaan.
Bila sifat-sifat demikian menimpa sesuatu bangsa dan negara, maka negara itu tampak menjadi serakah dan penghisap terhadap bangsa dan negara lain. Mereka mempunyai hati (perasaan dan pikiran) tetapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat (Allah). Mereka lupa dan melalaikan bukti-bukti kebenaran Allah pada diri pribadi, pada kemanusiaan dan alam semesta ini, mereka melupakan penggunaan perasaan dan pikiran untuk tujuan-tujuan yang luhur.
***