Proses belajar mengajar merupakan inti
dari proses pendidikan. Guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi
interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa
dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan
belajar. Untuk mewujudkan proses belajar mengajar tersebut menuntut upaya guru
untuk mengaktualisasikan kompetensinya secara profesional, utamanya dalam aspek
metodologis. Situasi belajar seperti ini dapat tercipta dapat tercipta melalui
penggunaan pendekatan partisipatoris.
Pendekatan partisipatoris merupakan
pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif, menyenangkan
dan merangsang motivasi perkembangan intelektual. Terdapat empat alasan, kenapa
siswa harus dikembangkan kemampuan berpikirnya terutama dalam IPS.
Pertama, abad informasi menuntut
setiap orang untuk memiliki kemampuan dalam mencari, menyaring guna menentukan
pilihan dan memanfaatkan informasi tersebut sesuai sesuai dengan kebutuhan dan
kehidupannya.
Kedua, setiap orang senantiasa
dihadapkan pada berbagai masalah dan ragam pilihan sehingga untuk itu dituntut
memiliki kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
Ketiga, kemampuan memandang suatu hal
dengan cara baru atau tidak konvesional merupakan ketrampilan penting dalam
memecahkan masalah.
Keempat, kreatifitas merupakan aspek
penting dalam memecahkan masalah, mulai dari apa masalahnya, mengapa muncul
masalah dan bagaimana cara pemecahannya.
Mengubah kebiasaan merupakan pekerjaan
yang tidak gampang.Proses belajar mengajar sudah terbiasa menggunakan
pendekatan ekspasitoris, yaitu menggunakan model dialog imperatif, dimana dalam
proses belajar mengajar terjadi interaksi yang pasif. Demi tercapainya tujuan
diperlukan partisipasi siswa secara aktif dan kreatif melalui penggunaan model
pembelajaran yang interaktif.
Proses belajar mengajar mempunyai
makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian mengajar, karena di
dalamnya tersirat satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan antara siswa
yang belajar guru yang mengajar, yang terjalin dalam bentuk interaksi edukatif.
Menurut Balen (1993), pengembangan
ketrampilan tersebut yang harus dimiliki siswa adalah ketrampilan berpikir,
ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Ketrampilan berpikir dikembangkan
untuk melatih siswa berpikir logis dan sistematis melalui proses belajar
mengajar dengan model pengembangan berpikir kritis, ketrampilan sosial dan
praktis melalui dialog kreatif. Ketiga ketrampilan tersebut dikembangkan dalam situasi belajar yang
interaktif antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
A.
Faktor Minat dan Perhatian
Kondisi
belajar mengajar yang interaktif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam
belajar, yang merupakan faktor utama penentu derajat keaktifan siswa. Menurut
Mursel terdapat 22 macam minat yang berguna bagi guru dalam memberikan
pelajaran kepada siswa, di antaranya anak memiliki minat terhadap belajar dan
guru berusah membangkitkan minat siswa tersebut dengan cara memilih dan menentukan
bahan pengajaran sebagai key concept untuk mendapatkan perhatian siswa secara
penuh.
B.
Faktor Motivasi
Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan guna
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri seseorang yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendoronya untuk melakukan sesuatu.
Motivasi belajar dapat timbul dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dan
pengaruh dari luar dirinya (motivasi ekstrinsik).
C.
Faktor Latar atau Konteks
Belajar
berdasarkan realita akan menarik, belajar dimulai dari yang sederhana dapat
memotivasi dan belajar berdasarkan pengalaman dapat mengikutsertakan siswa di
dalamnya. Dalam proses belajar mengajar, guru perlu mencari tahu pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah dimiliki oleh siswa sehingga tidak terjadi
pengulangan materi karena akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Guru dituntut
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki
oleh siswa tersebut.
D.
Faktor Perbedaan Individu
Pada
hakekatnya, siswa adalah individu yang unik yang memiliki karakteristik
berbeda-beda, baik kecerdasan, minat, bakat, sifat, kegemaran dan latar
belakang, yang dapat mempengaruhi proses belajar mengajar. Mengingat adanya
perbedaan tersebut, guru hendaknya menyadari dan memaklumi apabila ada siswa
yang berhasil dengan baik, atau bahkan sebaliknya mengalami kesukaran memahami
pelajaran.
E.
Faktor Sosialisasi
Sosialisasi
atau proses hubungan sosial, pada masa anak-anak sedang tumbuh yang ditandai
dengan keinginannya untuk selalu menjalin hubungan dengan teman-temannya. Upaya
guru untuk menyalurkan kebutuhan anak akan hubungan sosial tersebut dapat
dilakukan dengan belajar kelompok sehingga dapat mengembangkan potensi dan
melatih anak menciptakan suasana kerja sama, proses pembentukan kepribadian,
tumbuhnya kesadaran akan perbedaan di antar temannya yang dapat menumbuhkan
solidaritas melalui saling membantu menyelesaikan tugas.
F.
Faktor Belajar Sambil Bermain
Bermain
merupakan kebutuhan bagi anak yang sehat, karena bermain merupakan keaktifan
yang menimbulkan kegembiraan dan menyenangkan. Proses belajar mengajar yang
dilakukan dalam suasana bermain akan mendorong siswa aktif belajar dan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan daya fantasi anak akan berkembang.
G.
Faktor Belajar Sambil Bekerja
Faktor
belajar sambil bekerja adalah aktivitas jasmaniah dan mental. John Dawey
menggolongkan ke dalam lima kelompok, yaitu:
1.
Aktivitas visual (visual activities),
seperti membaca, menulis, melakukan exsperimen, dan demonstrasi.
2.
Aktivitas lisan (oral activities),
seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab dan diskusi.
3.
Aktivitas mendengarkan (listening activities),
seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan ceramah dan pengarahan.
4.
Aktivitas gerak (motor activities)
seperti simulasi, bermain peran, membuat peta atau tabel dan grafik.
5.
Aktivitas menulis (writing
activities), seperti mengarang, membuat ringkasan dan membuat makalah.
Belajar
sambil bekerja adalah kegiatan nyata yang dilakukan siswa untuk memperoleh
pengalaman baru yang relatif mudah diingat dan tidak cepat lupa. Denga
demikian, proses belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan melakukan
sesuatu akan memupuk rasa percaya diri, gembira, tidak membosankan, dan dapat
melihat hasilnya.
H.
Faktor Inkuiri
Pada
dasarnya siswa memiliki potensi berupa dorongan untuk mencari dan menemukan
sendiri (sense of inquiry), baik fakta maupun data atau informasi yang kemudian
akan dikembangkannya dalam bentuk cerita atau menyampaikannya kepada siswa
lain, setelah melalui proses pemahaman. Berilah kesempatan kepada siswa untuk
menemukan sendiri informasi yang ada kaitannya dengan materi pelajaran,
I.
Faktor Memecahkan Masalah
Setiap
anak menyukai tantangan (sense of chalanger), demikian pula halnya dengan siswa
dalam belajar. Belajar yang memiliki tantangan yang sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa akan mendorong mereka untuk belajar. Sebaliknya tantangan yang
memberatkan akan mematahkan semangat dan membuat siswa tidak betah belajar.
Dalam proses belajar mengajar tantangan tersebut dapat diciptakan oleh guru
dengan mengajukan situasi bermasalah agar siswa peka terhadap masalah, misalnya
masalah tantangan kemacetan lalu lintas atau polusi. Karena kepekaan terhadap
masalah akan mendorong siswa untuk melihat masalah dan merumuskannya sesuai
dengan tingkat kemampuannya.
***