Tuesday, January 29, 2013

Cermin Bagi Pemimpin



 Apakah saya layak menjadi seorang pemimpin?

 Pertanyaan ini seharusnya dijawab terlebih dahulu sebelum seseorang mencalonkan diri menjadi seorang pemimpin. Jawabannyapun sebenarnya tidak sulit karena pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Nah, dari sinilah kita dapat berkaca! Mampukah kita memimpin diri kita sendiri? Kemudian kita tingkatkan pada keluarga kita? Sudahkah kita menjadi pemimpin yang baik di keluarga kita? Sering terjadi seorang pemimpin justru terpuruk akibat ulah keluarganya sendiri, anak-anaknya sendiri, atau istrinya sendiri!


Apa sih kepemimpinan itu? Ini juga hal mendasar yang harus diketahui oleh seorang calon pemimpin sehingga mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ada banyak definisi tentang kepemimpinan, tetapi pada intinya kepemimpinan itu berkaitan dengan mempengaruhi orang lain. Leadership is the process of influencing group activities toward goal setting and goal achievment (Stogdill, 1948). Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.


Khusus untuk bangsa Indonesia, perumusan dan tujuan bangsa telah ditetapkan oleh para faunding father kita, yaitu pada pembukaan UUD 45 alinea ke 4:


Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasakan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar pada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Dengan rumusan yang panjang dan padat ini, alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus menegaskan :
  • Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dan keadilan sosial;
  • Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat;
  • Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

Demikianlah, para faunding father kita telah menentukan tujuan nasional yang telah ditulis dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 45, dimana salah satu yang membedakan dengan bangsa lain adalah Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa diletakkan pada urutan nomor satu. Itu artinya bahwa dalam mengambil segala keputusan, kebijikan-kebijakan Suara Tuhan harus didengarkan, harus menjiwai kepemimpinan.

Kepemimpinan adalah amanah bukan kekuasaan. Kepemimpinan adalah tanggung jawab bukan kesewenang-wenangan. Kepemimpinan adalah tugas bukan keistimewaan. Jika seorang pemimpin menunjukkan tanda-tanda amanah, tanggung jawab terhadap tugasnya, ia berpotensi besar mendapat perhatian dan apresiasi publik atau oleh orang-orang yang dipimpinanya. Sebaliknya, jika dia menganggap kepemimpinan itu adalah satu kekuasaan yang boleh dinikmati semaunya, tentu akan terjadi kerusakan dan kehancuran antar manusia maupun alam, hal itu berarti suara Tuhan sudah tidak didengarkan lagi.  Rakyat akan resah dan umat akan bingung. Pemimpin seperti itu akan dengan mudah menyalahgunakan jabatang dan kekuasaannya.


Lantas, pemimpin yang bagaimanakah yang akan mampu mengantarkan kita pada kebahagiaan lahir dan batin? Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seseorang layak menjadi pemimpin? Paling tidak ada ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar seseorang pantas dan layak dipilih sebagai seorang pemimpin:


Seorang Pemimpin harus ikhlas
Ikhlas adalah murni tidak bercapur dengan yang lainnya. Dimaksud dengan ikhlas di sini adalah bahwa segala laku karyanya semata-mata hanya ditujukan untuk pengabdian. Pengabdian kepada siapa? Rakyat? Nusa dan bangsa? Tentu saja itu sudah tercakup. Yang paling penting justru pengabadian kepada Pencipta kehidupan ini. Anda jangan berharap terhadap pemimpin yang mengabdi kepada hawa nafsunya. Seorang pengabdi hawa nafsu hanya akan menjadi perusak kehidupan ini, menciptakan kehidupan yang saling berpecah-belah, saling menindas, dan bahkan mengobarkan perang saudara!

Pemimpin harus bersikap adil
Bagaimana jadinya jika seorang pemimpin bersikap tidak adil? Hal itu mudah dibayangkan, pasti akan terjadi kerusakan di muka bumi ini jika para pemimpin bersikap tidak adil. Keadilan adalah hukum kosmos. Ia merupakan hukum alam. Tidak adil artinya melanggar hukum kosmos yang berakibat timbulnya berbagai kerusakan di berbagai bidang kehidupan. Hukum hanya milik orang-orang kaya, Kesejahteraan yang didambakan hanya mimpi karena peredaran kekayaan hanya ada pada golongan menengah ke atas tidak menyentuh pada kalangan bawah.


Harus memilik ilmu pengetahuan
Ilmu berfungsi untuk memberi cara yang tepat dan benar dalam melakukan suatu aktivitas. Tanpa wawasan keilmuan, kepemimpinan tidak akan berkembang. Kita tidak dapat berharap banyak dari pemimpin yang memiliki wawasan keilmuan yang apa adanya. Bukankah masalah tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan manusia sehingga mengetahui ilmu tentang cara mengatasi masalah pun harus disesuaikan? Kita dapat membayangkan sebuah jabatan publik, mengatur kehidupan orang banyak dengan berbagai implikasinya tetapi diduki oleh orang-orang yang tidak kapabel.

Kualitas pemimpin bukan dilihat dari popularitasnya, keturunannya, keluarganya, harta dan kedudukan sosialnya tetapi diukur dari sejauh mana penguasaan dirinya terhadap pengetahuan tentang bagaimana cara yang terbaik dalam mengatasi setiap masalah yang ada. Termasuk didalamnya adalah kemampuan dan pengalaman. Keduanya merupakan konsekuensi logis dari pentingnya pemimpin yang berilmu pengetahuan.


Memiliki Wawasan Keterbukaan
Dengan bekal keterbukaan, akan membuat seorang pemimpin mampu mendengar dan mengakomodasi setiap pendapat dan masukan yang ada dan mampu bersikap secara tepat dan benar dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Tidak ada manusia yang secara utuh memiliki ilmu Allah. Ilmu Allah dikuasi manusia dengan kadar yang berbeda-beda. Ilmu menjadi jalan untuk meraih kebaikan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, suatu yang terpuji apabila seseorang atau pemimpin mau mendengarkan pendapat orang lain lalu memberi jawaban terbaik, baik secara lisan, sikap maupun perbuatan.