Pertanyaan ini seharusnya dijawab terlebih dahulu sebelum seseorang
mencalonkan diri menjadi seorang pemimpin. Jawabannyapun sebenarnya tidak sulit
karena pada hakikatnya setiap manusia adalah seorang pemimpin dan setiap orang
akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Manusia sebagai pemimpin
minimal harus mampu memimpin dirinya sendiri. Nah, dari sinilah kita dapat
berkaca! Mampukah kita memimpin diri kita sendiri? Kemudian kita tingkatkan
pada keluarga kita? Sudahkah kita menjadi pemimpin yang baik di keluarga kita?
Sering terjadi seorang pemimpin justru terpuruk akibat ulah keluarganya
sendiri, anak-anaknya sendiri, atau istrinya sendiri!
Apa sih kepemimpinan itu? Ini
juga hal mendasar yang harus diketahui oleh seorang calon pemimpin sehingga
mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Ada banyak definisi tentang
kepemimpinan, tetapi pada intinya kepemimpinan itu berkaitan dengan mempengaruhi
orang lain. Leadership is the process of influencing group activities toward
goal setting and goal achievment (Stogdill, 1948). Kepemimpinan adalah suatu
proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian
tujuan.
Khusus untuk bangsa Indonesia,
perumusan dan tujuan bangsa telah ditetapkan oleh para faunding father kita,
yaitu pada pembukaan UUD 45 alinea ke 4:
Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasakan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar
negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar pada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan rumusan yang panjang dan
padat ini, alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 sekaligus
menegaskan :
- Negara Indonesia mempunyai fungsi yang sekaligus menjadi tujuannya, yaitu: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian dan keadilan sosial;
- Negara Indonesia berbentuk Republik dan berkedaulatan Rakyat;
- Negara Indonesia mempunyai dasar falsafah Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia; Kerakyatan yang dipimpin oleh himat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
Demikianlah, para faunding father
kita telah menentukan tujuan nasional yang telah ditulis dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 45, dimana salah satu yang membedakan dengan bangsa lain
adalah Pancasila. Ketuhanan Yang Maha Esa diletakkan pada urutan nomor satu.
Itu artinya bahwa dalam mengambil segala keputusan, kebijikan-kebijakan Suara
Tuhan harus didengarkan, harus menjiwai kepemimpinan.
Kepemimpinan adalah amanah bukan
kekuasaan. Kepemimpinan adalah tanggung jawab bukan kesewenang-wenangan.
Kepemimpinan adalah tugas bukan keistimewaan. Jika seorang pemimpin menunjukkan
tanda-tanda amanah, tanggung jawab terhadap tugasnya, ia berpotensi besar
mendapat perhatian dan apresiasi publik atau oleh orang-orang yang
dipimpinanya. Sebaliknya, jika dia menganggap kepemimpinan itu adalah satu
kekuasaan yang boleh dinikmati semaunya, tentu akan terjadi kerusakan dan
kehancuran antar manusia maupun alam, hal itu berarti suara Tuhan sudah tidak
didengarkan lagi. Rakyat akan resah dan
umat akan bingung. Pemimpin seperti itu akan dengan mudah menyalahgunakan
jabatang dan kekuasaannya.
Lantas, pemimpin yang
bagaimanakah yang akan mampu mengantarkan kita pada kebahagiaan lahir dan
batin? Apa syarat-syarat yang harus dipenuhi agar seseorang layak menjadi
pemimpin? Paling tidak ada ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar seseorang
pantas dan layak dipilih sebagai seorang pemimpin:
Seorang Pemimpin harus ikhlas
Ikhlas adalah murni tidak bercapur
dengan yang lainnya. Dimaksud dengan ikhlas di sini adalah bahwa segala laku
karyanya semata-mata hanya ditujukan untuk pengabdian. Pengabdian kepada siapa?
Rakyat? Nusa dan bangsa? Tentu saja itu sudah tercakup. Yang paling penting
justru pengabadian kepada Pencipta kehidupan ini. Anda jangan berharap terhadap
pemimpin yang mengabdi kepada hawa nafsunya. Seorang pengabdi hawa nafsu hanya
akan menjadi perusak kehidupan ini, menciptakan kehidupan yang saling
berpecah-belah, saling menindas, dan bahkan mengobarkan perang saudara!
Pemimpin harus bersikap adil
Bagaimana jadinya jika seorang
pemimpin bersikap tidak adil? Hal itu mudah dibayangkan, pasti akan terjadi
kerusakan di muka bumi ini jika para pemimpin bersikap tidak adil. Keadilan
adalah hukum kosmos. Ia merupakan hukum alam. Tidak adil artinya melanggar
hukum kosmos yang berakibat timbulnya berbagai kerusakan di berbagai bidang
kehidupan. Hukum hanya milik orang-orang kaya, Kesejahteraan yang didambakan
hanya mimpi karena peredaran kekayaan hanya ada pada golongan menengah ke atas
tidak menyentuh pada kalangan bawah.
Harus memilik ilmu pengetahuan
Ilmu berfungsi untuk memberi cara
yang tepat dan benar dalam melakukan suatu aktivitas. Tanpa wawasan keilmuan,
kepemimpinan tidak akan berkembang. Kita tidak dapat berharap banyak dari
pemimpin yang memiliki wawasan keilmuan yang apa adanya. Bukankah masalah
tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan manusia sehingga mengetahui
ilmu tentang cara mengatasi masalah pun harus disesuaikan? Kita dapat membayangkan
sebuah jabatan publik, mengatur kehidupan orang banyak dengan berbagai
implikasinya tetapi diduki oleh orang-orang yang tidak kapabel.
Kualitas pemimpin bukan dilihat
dari popularitasnya, keturunannya, keluarganya, harta dan kedudukan sosialnya tetapi
diukur dari sejauh mana penguasaan dirinya terhadap pengetahuan tentang
bagaimana cara yang terbaik dalam mengatasi setiap masalah yang ada. Termasuk
didalamnya adalah kemampuan dan pengalaman. Keduanya merupakan konsekuensi
logis dari pentingnya pemimpin yang berilmu pengetahuan.
Memiliki Wawasan Keterbukaan
Dengan bekal keterbukaan, akan
membuat seorang pemimpin mampu mendengar dan mengakomodasi setiap pendapat dan
masukan yang ada dan mampu bersikap secara tepat dan benar dalam menyelesaikan
suatu permasalahan. Tidak ada manusia yang secara utuh memiliki ilmu Allah.
Ilmu Allah dikuasi manusia dengan kadar yang berbeda-beda. Ilmu menjadi jalan
untuk meraih kebaikan dan kebahagiaan. Oleh karena itu, suatu yang terpuji
apabila seseorang atau pemimpin mau mendengarkan pendapat orang lain lalu
memberi jawaban terbaik, baik secara lisan, sikap maupun perbuatan.