Pada postingan yang lalu kita
telah membicarakan bersyukur kepada Allah. Setelah membaca tulisan tersebut
mungkin Anda bertanya di dalam hati, kenapa kita harus bersyukur kepada Allah?
Apakah Allah membutuhkan syukur dari makhluk-makhluk-Nya? Sejatinya, Allah itu
Maha Segala-galanya sehingga Dia tidak membutuhkan syukur dari makhluknya,
sehingga manfaat syukur itu sebenarnya kembali pada orang yang bersyukur.
Seperti firman Allah pada surat (An-Naml [27]: 40).
Dan barangsiapa yang bersyukur,
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan
barangsiapa yang kufur (tidak bersyukur), maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya
(tidak membutuhkan sesuatu) lagi Mahamulia.
Barangsiapa yang mau bersyukur
kepada Allah maka Dia akan menambahkan nikmat-Nya, sebaliknya mereka yang kufur
(tidak mau bersyukur) maka akan mendapatkan siksaan yang pedih.
Jika kamu bersyukur pasti akan
kutambah [nikmat-Ku] untukmu, dan bila kamu kufur, maka sesungguhnya siksaku
amat pedih.
Orang-orang yang bersyukur
jiwanya akan selalu bermuraqabah (mendekatkan diri) kepada-Nya dalam
mendayagunakan kenikmatan-kenikmatan yang diperolehnya, dengan tidak disertai
pengingkaran terhadap nikmat-nikmat tersebut, perasaan menang dan unggul atas
makhluk lain, penyalahgunaan nikmat yang diperolehnya untuk melakukan kekejian,
kejahatan, tindakan kotor, dan pengrusakan. Akhirnya, prinsip-prinsip tersebut
diatas akan menjadikan jiwa kita bersih, mendorong jiwa kita untuk berbuat amal
saleh dan mendayagunakan kenikmatan-kenikmatan yang diperolehnya secara baik
sehingga mampu menumbuhkembangkan kenikmatan-kenikmatan yang diperolehnya.
Menjadikan orang lain senang dengan jiwa yang bersih dan cemerlang tersebut.
Memperbaiki dan memperlancar berbagai bentuk interaksi sosial dalam masyarakat
sehingga harta benda dan kekayaan di dalamnya dapat tumbuh dan berkembang
dengan aman.
Bagaimanakah Cara Bersyukur?
Seperti halnya keimanan seseorang
yang terdiri dari tiga hal, yaitu hati, ucapan dan laku perbuatan. Demikian
pula halnya bersyukur kita kepada Allah. Tiga komponen tersebut tidak dapat
dipisah-pisahkan dan harus menyatu dalam laku perbuatan orang-orang yang
bersyukur.
Syukur dengan hati
Syukur dengan hati dilakukan
dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata
angerah dan kemurahan Allah. Syukur dengan hati mengantarkan manusia untuk
menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan
betapapun kecilnya kenikmatan tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang
bersyukur menyadari betapa besar kemurahan dan kasih sayang Allah sehingga
terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya.
Syukur dengan lidah
Syukur dengan lidah adalah
mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya. Kita
telah diajarkan untuk mengucapkan Al-hamdulillah jika kita mendapatkan
kenikmatan-kenikmatan dari Allah. Dan kita harus menyadari bahwa segala puji
itu hanya milik Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Ketika kita memuji
seseorang karena kebaikan atau kecantikan / ketampanannya , maka pujian
tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah SWT.
Syukur dengan perbuatan
Hidup ini bukan hanya teori-teori
tanpa diwujudkan dalam kenyataan, hidup ini bukan hanya omongan atau cukup
diwacanakan saja, tetapi butuh diwujudkan dalam kenyataan jika seseorang ingin
meraih impiannya. Rasa syukurpun tidak cukup di dalam hati saja, atau dalam
bentuk ucapan saja, tetapi harus diwujudkan dalam kenyataan. Apa yang harus
diwujudkan?
Seperti telah dikita bicarakan
pada postingan pengertian syukur, pada hakekatnya bentuk rasa syukur adalah
mendayagunakan kenikmatan yang diberikan oleh Allah untuk mendapatkan
keridhaan-Nya. Apa keridhaan Allah itu? Kehidupan yang diridhai oleh Allah
adalah kehidupan yang berpedoman pada Al-Qur’an seperti yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah. Inilah hakekat syukur yang sebenarnya. Manusia itu terlahir
dari perut ibu mereka, dibekali dengan hati, pikiran, pendengaran dan
penglihatan pada hakekatnya hanyalah untuk bersyukur kepada Allah. Dan semua
kenikmatan yang tidak terhingga yang telah kita terima ini sesungguhnya harus
kita pergunakan untuk bersyukur kepada Allah. Jika kita dapat melakukan itu,
insya Allah, kenikmatan yang kita peroleh akan semakin bertambah dan kita akan
lepas dari adzab Allah! Wallahu a’lam bishowab!