Apakah kaya itu tidak boleh?
Apakah orang kaya itu identik dengan hedonism. Orang yang suka bermewah-mewah
hingga mereka tidak sadar ketika jatah hidupnya sudah habis, alias masuk kubur!
Sebenarnya tidak demikian, kekayaan itu tidak identik dengan hedonism. Kekayaan
itu apabila berada di tangan orang-orang beriman, maka harta tersebut akan
memberkahi orang lain, akan bermanfaat bagi lingkungannya sehingga dapat ikut
membantu kesejahteraan umat. Orang yang beriman akan meletakkan harta
mereka di tangan, bukan di dalam hati mereka. Apa artinya? Artinya harta tidak
menguasai hatinya, tidak dia cintai melebih cintanya terhadap Allah Pencipta
Semesta alam ini, tidak memperbudak dirinya, dan tidak menjadi motivasi gerak
hidup mereka. Sehingga mereka meletakkan harti itu di dalam genggaman tanganya.
Mereka senantiasa berpikir bagaimana cara membelanjakan harta yang dia miliki
itu untuk mencari keridhoan Allah. Karena di dalam hati mereka telah terpatri
bahwa sesungguhnya keberedaan mereka, atau sesungguhnya mereka diciptakan oleh
Allah hanyalah untuk beribadah atau hidup mengabdi menurut-Nya.
Sementara itu, bagi orang-orang
yang tidak beriman, yang jauh dari Allah Pencipta Alam semesta ini, keberadaan
harta yang dia miliki justru akan menjerumuskan mereka ke dalam gaya hidup
hedonis. Suka bermewah-mewah, akhirnya perlahan-lahan, secara tidak disadari
mereka berani menerjang apa saja yang dilarang oleh Allah.
Barangkali Anda menganggap
terlalu menyederhanakan, jika saya katakana bahwa sesungguhnya bagi orang-orang
yang tidak menjadikan ajaran Allah sebagai dasar berpijak dalam kehidupannya,
sebenaranya mereka hanya terbelenggu dalam tiga hal. Yaitu, harta, tahta, dan
wanita. Atau dengan kata lain hidupnya hanya digerakkan oleh perut, bawah
perut, dan atas perut. Perut adalah lambang dari makan, maksudnya seluruh
hidupnya hanya didedikasikan untuk mencari makan … makan … dan makan,
seolah-olah makan itu menjadi Tuhan mereka. Atas perut adalah lambang
kekuasaan. Artinya kehidupannya hanya didedikasikan untuk mencari kekuasaan
untuk memenuhi syahwatnya. Kekuasaan yang mereka peroleh biasanya hanya
digunakan untuk memenuhi kepentingan pribadi dan kroni-kroninya. Orang yang
demikian ini, jika menjadi pemimpin biasanya bersikap otoriter, korup dan
menindas rakyat baik dilakukan secara halus maupun kasar. Bawah perut adalah
lambang dari sex, dimana mereka bekerja keras, memeras keringat dan membanting
tulang hanya demi memenuhi tuntutan libidonya. Mengumbar nafsu birahi. Menjadi
tukang kawin, bahkan gemar mencari pelacur!
Bagaimanakah dengan kita? Apakah
kita termasuk orang yang meletakkan harta di dalam tangan atau di dalam hati?
Apakah kita termasuk orang yang diperbudak oleh hawa nafsu atau orang yang
dapat mengendalikan hawa nafsu?
Sebenarnya, sebagai manusia yang
dikarunia akal oleh Allah bebas memilih. Hanya saja, masing-masing pilihan itu
membawa konsekuensi sendiri-sendiri. Jika kita memilih jalan gelap,
kepastiannya bahwa kita akan tersesat dan jika tidak bertobat dapat terjerumus
ke dalam jurang kenistaan dan kesengsaraan. Sebaliknya, jika kita memilih jalan
terang, jalan akan tampak dengan jelas dan terang-benderang sehingga kita tidak
mungkin tersesat lagi, apalagi sampi terjerumus ke dalam jurang. Orang-orang
yang memilih jalan ini hidupnya akan selalu dirahmati oleh Allah. Wallahu a’lam
bi showab!