Pernahkah Anda merasa bahwa diri
Anda adalah orang hebat yang tidak memerlukan orang lain? Pernahkan Anda
merasakan hati Anda sakit ketika melihat orang lain mendapatkan kenikmatan?
Atau Anda ingin berpenampilan lain dari pada yang lain agar Anda dipuji oleh
orang lain? Barangkali Anda ingin melakukan pencitraan, atau bahkan Anda telah
melakukan pencitraan! Kalau hal itu terjadi pada diri Anda, itu artinya Anda
harus waspada. Atau lampu kuning, artinya Anda harus hati-hati dan segera
melakukan instropeksi. Periksalah hati Anda, karena indikator tersebut
menandakan penyakit-penyakit hati telah mulai melakukan serangan. Jika hal
tersebut dibiarkan, niscaya penyakit itu akan menggerogoti jiwa Anda, dan
akhirnya Anda akan rugi dunia akherat. Jika hati kita dibiarkan membusuk, maka
diri kitapun akan ikut busuk. Karena hati adalah panglima yang menentukan baik
buruknya seseorang. Seperti sabda Rasulullah:
وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إذَا صَلَحَتْ
صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا
وَهِيَ الْقَلْبُ".
[رَوَاهُ الْبُخَارِيُّوَمُسْلِمٌ[
Ketahuilah bahwa dalam
diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini
dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah
hati “.
(Riwayat
Bukhori dan Muslim)
Dalam
hadits tersebut salah satu pelajaran yang dapat kita ambil adalah, perilaku kita adalah cerminan hati kita. Atau, kalau kita balik, hati akan sangat
berpengaruh pada perilaku kita. Jika hati kita baik maka perilaku kitapun akan
baik pula. Sifat sombong ,riya, iri-dengki, seperti yang kami kemukakan di atas
adalah penyakit hati. Jika kita telah merasakan sifat-sifat tersebut, maka itu
adalah lampu kuning, atau bahkan lampu merah! Kita harus melakukan instropeksi,
kemudian membuang jauh-jauh penyakit-penyakit tersebut agar kita tidak semakin
terjerumus. Berikut ini akan kami kemukakan beberapa penyakit hati yang perlu
diwaspadai agar kita dapat merenungkannya, apakah penyakit-penyakit tersebut
sudah menjangkiti hati kita atau belum. Dengan harapan, dengan mengenalinya,
kita akan lebih berhati-hati, sehingga selamat dalam menapaki kehidupan ini.
Amiin!
Ananiah
(egois)
Sifat
egois adalah perbuatan atau tingkah laku yang hanya mementingkan diri sendiri
tanpa memerhatikan lingkungan sekelilingnya, dan kepentingan bersama. Perbuatan
tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dimana Islam menganjurkan kepada
umatnya untuk memerhatikan dan saling tolong-menolong antara satu dengan yang
lain dalam hal kebaikan dan takwa.
"Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan". Bertakwalah
kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksaan-Nya (Q.S. al-Maidah : 2)
Sifat
egois bila dibiarkan akan menjadi sifat sombong, kikir,dan takabur. Semua sifat
tersebut dilarang oleh Allah swt. Dalam sejarah umat manusia, tidak ada manusia
yang bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bahkan kesempurnaan hidup seseorang
terletak pada kesanggupan hidup bersama orang lain.
Sifat
egois tumbuh dan berkembang dari bujukan nafsu setan dan pengaruh orang yang
bersikap egois. Benih tumbuhnya sifat egois adalah perasaan mampu hidup tanpa
bantuan orang lain atau merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain.
Gadab
(marah)
Orang yang
mempunyai sifat pemarah cenderung mengedepankan emosi. Orang dengan sifat
pemarah biasanya akan mengalami penyesalan di waktu kemudian.
Manusia
marah terhadap manusia lain adalah wajar. Akan tetapi kemarahan yang berlarut-larut
melanggar ajaran agama Islam. Islam mengajarkan apabila seorang muslim
berselisih dengan sesamanya, tidak boleh lebih dari 3 hari. Bukankah dengan kesalahan
orang lain, berarti kita dapat belajar dari kesalahan tersebut?
"Tidak
ada seorang muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari."
(H.R. al-Bukhari Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
"Haram
hukumnya bagi seorang muslim untuk bermarahan dengan saudara muslimnya lebih
dari tiga hari, dan bila dua orang muslim bertemu, mereka saling berolok-olok
dan saling menantang, dan yang terbaik antara keduanya adalah yang memulai
dengan salam."
(H.R.
al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Muatha dan Ahmad).
Kita harus
menjauhi rasa amarah. Apabila sesuatu terjadi dan membuat kita marah, maka
diamlah sesaat, tarik nafas dan berdoa kepada Allah swt. agar diberi kekuatan
dan kesabaran. Orang yang kuat sesungguhnya bukanlah orang yang perkasa dan
gagah jasmaninya, tapi orang yang bisa mengendalikan rasa amarahnya. Jadi,
sebelum terlambat dan kemudian menyesal, bijaksanalah dalam mengelola hati dan
perasaan.
Hasad
(dengki/iri)
Hasad
artinya perasaan tidak senang yang terus menerus terhadap nasib
baik/keberuntungan/kesenangan orang lain. Setiap muslim tidak boleh
memperlihatkan sifat iri dan dengki terhadap saudara-saudaranya. Sebaliknya, ia
harus bersikap senang, bila seseorang mendapatkan apa yang juga menjadi
harapannya. Sabda Rasulullah saw.:
"Tidak
sempurna iman seseorang di antara kamu, sampai ia merasa senang dengan
kesenangan yang didapat oleh saudaranya, sesuai dengan harapan hal itu terjadi
pada dirinya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Atau
perumpamaan sebagai berikut :
"Seorang
mu'min terhadap mu'min lainnya bagai suatu bangunan yang menopang satu bagian
dengan bagian lainnya." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Sifat
dengki berakibat buruk bagi pribadi seseorang. Sifat dengki juga dapat merusak
tatanan hidup yang rukun dan harmonis di masyarakat. Oleh karenanya, sifat
dengki dicela dalam Islam. Bahkan Rasulullah saw. menegaskan kalau dengki
merupakan duri dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, serta racun dalam
kehidupan beragama.
"Jauhkan
dirimu dari dengki karena dengki itu memakan kebaikan, tak ubahnya sebagaimana
api membakar kayu kering." (H.R. Abu Dawud)
Gibah
(menggunjing)
Gibah
artinya menceritakan sesuatu yang tidak disukainya kepada orang lain.
Mendengarkan orang yang sedang ghibah dengan sikap kagum dan menyetujui apa
yang dikatakannya,maka hukumnya adalah sama dengan gibah.
12.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Hujurat : 12)
Tentu
sangat menjijikkan makan daging bangkai, terutama bangkai manusia, terlebih lagi
saudara kita sendiri. Gibah sangat menjijikkan sehingga sudah sepantasnya untuk
dijauhi dan ditinggalkan. Balasan bagi orang-orang yang suka gibah, seperti
diceritakan oleh Rasulullah saw., adalah di akhirat nanti mereka akan menjadi
kaum yang mencakar wajah dan dada mereka sendiri dengan kuku mereka yang
terbuat dari tembaga. Akan tetapi, dengan alasan tertentu, ada gibah yang
diperbolehkan. Gibah yang diperbolehkan antara lain:
- Orang yang dizalimi boleh menceritakan
kepada hakim tentang kezaliman yang dilakukan terhadapnya.
- Meminta pertolongan untuk mengubah
kemungkaran dengan menceritakan kepada orang yang mampu mengubah
- Bercerita kepada seorang mufti/ahli
untuk meminta fatwa.
- Memperingatkan
kaum muslimin dari kejahatan seseorang.
Apabila kita menggunjing harus segera
bertaubat. Cara bertaubat dari gibah sebagai berikut.
- Dengan cara menyesali perbuatan
tersebut dan bertekad untuk tidak lagi mengulanginya.
- Bila gibah telah terdengar pada orang
yang bersangkutan, maka dia harus mengemukakan alasan dan meminta maaf.
Namimah
(adu domba / provokasi)
Namimah
mengandung arti mengadu domba antara pihak satu dengan pihak yang lain. Orang
yang mempunyi penyakit hati namimah suka sekali menyebarkan berita yang
menimbulkan kekacauan antar manusia. Namimah termasuk dosa besar yang
diharamkan.
Namimah
juga dapat berbentuk provokasi atau memanasmanasi situasi agar terjadi perselisihan.
Perilaku mengadukan ucapan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak
dan menciptakan perselisihan agar putus ikatan persaudaraan atau persahabatan.
Allah
berfirman dalam surat Al-Qalam :
"Dan
janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina,
suka mencela, yang kian ke mari menyebarkan fitnah." (Q.S.
al-Qalam/68: 10-11)
Dalam sebuah hadits disebutkan :
"Diriwayatkan
Huzaifah: Saya mendengar Rasulullah bersabda; Tidak akan masuk surga tukang adu
domba." (H.R. al-Bukhari dan Muslim)
Demikianlah beberapa penyakit hati yang patut kita waspadai. Sebelum melumpuhkan kesadaran kita, ada baiknya kita melakukan tindakan preventif agar kita selamat dunia akherat. Amiin!