Bulan ramadhan telah berlalu.
Kini, bulan syawal belum berlalu. Mudah-mudahan kesadaran iman kita masih
kental, sekental nasgitel, karena ibarat batarey yang baru saja di ces pada
bulan ramadhan. Cahayanya masih terang sehingga mampu menyinari kehidupan kita
sehingga tidak tersesat ke jalan-jalan yang tidak diridloi oleh Allah.
Kita sering mendengar bahwa bulan
syawal adalah bulan peningkatan. Alasannya, selama sebulan penuh pada bulan
ramadhan kita telah digembleng. Kalau dalam istilah pewayangan seperti raden
Gatot Kaca yang dimasukkan ke dalam kawah Candradimuka oleh para dewa agar
menjadi sakti mandraguna. Tentu saja kita tidak menginginkan kesaktian seperti
cerita-cerita wayang tersebut.
Kesaktian yang kita inginkan adalah kemampuan kita mengendalikan hawa nafsu
sehingga kita tidak terjebak seperti kehidupan binatang, apalagi seperti setan
dan iblis! Ibadah puasa memang tidak hanya menahan diri dari makan minum dan
hubungan sex dengan istri di siang hari, tetapi pada hakekatnya adalah menahan
diri dalam arti yang seluas-luasnya. Jika hal tersebut dapat dilakukan secara
berjamaah pasti bangsa kita akan menjadi aman, tenteram, damai, sehingga bangsa
ini mampu mengoptimalkan energinya untuk hal-hal yang positif!
Secara etimologi arti syaala
- yasyuulu adalah irtafa’a, naik menjadi tinggi, dan bulan syawal memang
moment yang tepat untuk meningkatkan diri bagi umat Islam. Meskipun,
sebenarnya, peningkatan itu menurut Rasulullah tidak harus menunggu bulan
syawal. Ingat sabdanya : Barang siapa hari ini sama dengan kemarin, maka dia
termasuk orang yang rugi, barang siapa hari ini lebih buruk dari kemarin maka
dia adalah orang yang terlaknat, dan barang siapa hari ini lebih baik dari
kemarin maka dialah orang yang beruntung. Nah, bukankah kita diperintahkan
untuk senantiasa meningkatkan kualitas hidup kita, tidak harus menunggu bulan
syawal. Cuma, bulan syawal memang jatuh setelah bulan ramadhan sehingga
seharusnya setelah umat islam menjalankan ibadah puasa dengan benar kualitas
hidupnya akan meningkat. Seperti tujuan utama berpuasa, yaitu agar menjadi
orang-orang yang bertakwa.
Kebetulan bulan syawal kali ini
bertepatan dengan bulan agustus. Bulan di mana bangsa kita memproklamirkan
kemerdekaannya. Dan ada kebetulan yang lain, bangsa kita punya hajatan memilih
pemimpin yang kebetulan tepat pada bulan ramadhan, dimana pemilihan presiden
tersebut sampai saat ini, pada tanggal 20 Agustus 2014 jam setengah sebelas
lewat dua menit saat saya masih menulis artikel ini, belum beres. Kubu
Prabowo-Hatta menganggap PEMILU kali ini curang sehinga mereka mereka menggugat
ke MK. Komentarpun seperti pelor di dalam peperangan, dan kita tidak usah
membahasnya karena masing-masing pihak mempunyai pembenar untuk menguatkan
pendapatnya.
Dan besok, pada tanggal 21
Agustus 2014 hasil gugatan di MK akan diumumkan. Kita tentu harap-harap cemas.
Bagi yang mencintai bangsa ini pasti terselip kekhawatiran di hati mereka akan
terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa
dengan bangsa ini, marilah kita sama-sama berdoa. Jika terjadi apa-apa,
mudah-mudah endingnya baik, membawa kemaslahatan bersama. Seperti jabang bayi
yang sudah saatnya lahir di dunia ini, pasti terjadi kontraksi, dan itu
menyakitkan! Dan setelah jabang bayi terlahir ke dunia, semua tersenyum, semua
tertawa, semua berbahagia.