Thursday, January 22, 2015

Sabar


Pernahkah Anda nyetir mobil? Mungkin hanya kalangan tertentu saja yang biasa nyetir mobil. Karena tidak semua rakyat Indonesia mampu beli mobil. Atau, pernahkah Anda mengendarai sepeda motor? Nah, kalau sepeda motor saya kira mayoritas penduduk Indonesia pernah mengendarainya. Maklumlah, sepeda motor lebih murah dari harga mobil. Sehingga dapat Anda saksikan sekarang ini sepeda motor di jalan melimpah ruah saking banyaknya orang berkendaraan. Namun Anda jangan salah paham, saya kali ini tidak sedang membicarakan harga mobil maupun sepeda motor, saya juga tidak akan membicarakan ruwetnya lalu lintas, polusi kendaraan, atau kecelakaan yang sering terjadi di jalan raya akibat pengendara yang kurang disiplin, atau sekarang yang lagi poluler, pengendara mobil yang mengonsumsi narkoba sehingga mencelakakan pengguna jalan yang lainnya.
Bukan itu yang ingin saya bicarakan. Tetapi saya hanya ingin mengajak Anda merasakan, merenungkan, bagaimana di saat kita sedang asyik dengan kendaraan kita. Ha ha ha! Mungkin Anda menganggap ini adalah konyol, lo wong berkendaraan koq disuruh merenungkan, apa maksudnya ini? Jangan banyak protes dulu! Coba kita rasakan dan renungkan bersama-sama.

Pertama, jika kondisi jalanan mulus, kita sangat enjoy mengendarai mobil atau motor kita. Apalagi kalau jalannya adalah jalan tol satu arah. Dengan bebasnya kita tancap gas memacu mobil kita. Tetapi, meskipun demikian, kita juga tetap harus hati-hati, kalau kita lengah atau ngantuk, kita bisa lepas kendali. Bisa jadi kita menabrak trotoir sehingga mengakibatkan kita mengalami kecelakaan yang fatal. Mendingan kalau yang menjadi korban diri sendiri, kalau orang lain? Kan konyol, menjadi penyebab bencana orang lain!

Ketika jalan licin, kitapun harus mengurangi kecepatan kendaraan kita agar tidak terpeleset, atau terguling. Bagaimana kalau jalan menanjak dan bekelok-kelok ketika kita melewati pegunungan? Jangan lupa, Anda harus menyiapkan rem Anda dan mengurangi kecepatan agar tidak terguling di tebing, giginyapun harus Anda kurangi agar mesin kuat menempuh tanjakan.

Yang paling memusingkan adalah jika jalan ruwet dan macet. Kita bisa menungu berjam-jam. Bahkan kalau pas hari raya ada yang menunggu sampai tiga hari! Situasi seperti ini sangat menjemukan dan menjenuhkan. Bisa-bisa kita stress! Tetapi agar sampai ke tempat tujuan, kita harus rela ngantri apapun yang terjadi!


Saya yakin, situasi seperti ini sudah sangat femiliar bagi Anda, apalagi berkendaraan di Indonesia. Mudah-mudah tidak lama lagi kita semakin nyaman dalam berkendaraan. Agar kalian tidak penasaran, terus terang saja, saya hanya ingin mengajak Anda untuk membicarakan masalah kesabaran. Ilustrasi di atas dapat Anda gunakan untuk memahami kesabaran. Sebab, tidak jarang, sabar sering dipahami pasip tanpa ada upaya yang maksimal untuk mewujudkan keinginan kita.
Disaat bangsa kita masih berada dalam kesulitan karena berbagai masalah yang ada, kesabaran menjadi suatu yang niscaya dan sangat diperlukan. Sabar merupakan senjata utama demi suksesnya usaha yang kita lakukan. Sabar dapat dimaknai dalam konteks yang berbeda-beda. Berdasar konteks inilah sabar dapat terwujud dalam perilaku yang berbeda-beda pula. Suatu ketika sabar terlihat dalam bentuk pasrah menerima nasib karena ditimpa musibah yang bertubi-tubi. Dalam bentuk yang lain sabar justru terlihat dalam bentuk aktivitas aktif, misalnya dalam peperangan, dalam mencegah kemungkaran, dan semisalnya. Dengan demikian, sabar tidak seperti yang selama ini dipahami oleh kebanyakan orang, yakni menerma apa adanya tanpa upaya aktif. Sabar merupkan sifat sekaligus sipat yang harus terwujud bersamaan dengan bentuk perilaku yang dilakukan.

Pengertian Sabar

Sabar dapat berarti tahan menghadapi cobaan, tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, dan tidak lekas patah hati. Sabar dapat juga berarti tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu. Orang yang sabar adalah orang yang tabah dan tahan dalam menghadapi berbagai cobaan yang menimpanya serta tidak mudah putus asa. Orang yang sabar adalah orang yang dapat menahan kepahitan hidup tanpa mengeluh, menyiksa diri, dan mengkambing hitamkan orang lain.

Esensi (intisari) sabar menurut Imam al-Ghazali adalah keteguhan yang mendorong hidup beragama dalam menghadapi dorongan hawa nafsu. Jika dorongan agama lebih kuat dalam menghadapi dorongan hawa nafsu berarti telah mencapai tingkat sabar. Sabar akan terwujud ketika terjadi perang antara ke dua dorongan tersebut. Karena itulah sabar sangat erat kaitannya dengan iman seseorang.

Dalam menjalani hidup tidak selamanya kita berada dalam kesenangan dan kesuksesan. Adakalanya kita dihadapkan pada kegagalan dan kesusahan. Karena itulah Allah mengajarkan kepada kita agar selalu sabar dalam menghadapi kegagalan dan kesusahan. Allah memberikan keteladanan kepada kita dalam bersikap sabar dengan mencontoh kesabaran para rasul yang bergelar Ulul Azmi, yakni para rasul yang memiliki ketabahan dan kesabaran yang tinggi dalam menghadapi semua cobaan yang menimpa mereka.

35. Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka….. (QS. Al Ahqaf : 35)

***






Sunday, January 18, 2015

Kepemimpinan Adalah Amanah

Kepemimpinan adalah amanah bukan kekuasaan. Islam memandang pemimpin dan kepemimpinan merupakan masalah yang sangat penting. Untuk mengetahui betapa pentingnya eksistensi seorang pemimpin Anda dapat menyimak sabda Rasulullah berikut ini: 

Jika ada dua orang yang berjalan, angkat salah seorang di antara keduanya menjadi imam.

Demikianlah yang ditegaskan oleh Rasulullah. Penegasan Nabi tersebut sekaligus mengindikasikan pentingnya kehadiran pemimpin dalam kehidupan masyarakat. Jika kita bepergian dengan teman kita, kita disuruh untuk mengangkat seorang pemimpin, apalagi dalam satu masyarakat atau negara! Kehadiran pemimpin diharapkan untuk mengatur dan mengayomi masyarakat agar tercipta tujuan hidup yang lebih aman, damai, dan berkesinambungan. Keserasian hidup dan keharmonisan hubungan akan terwujud jika pemimpin yang diangkat adalah pemimpin yang berkualitas. Bukan hanya berkualitas dalam hal ilmu dan pengalaman tetapi juga memberikan pelayanan publik yang baik dan menyeluruh.



Satu hal yang harus dicamkan, dalam Islam, kepemimpinan adalah amanah bukan kekuasaan. Kepemimpinan adalah tanggung jawab bukan kesewenang-wenangan. Kepemimpinan adalah tugas bukan keistimewaan. Jika seorang pemimpin dalam kepemimpinannya menunjukkan tanda-tanda yang menunjuk kepada amanah, tegas, dan tanggung jawab, ia berpotensi besar mendapat perhatian dan apresiasi publik atau oleh orang yang dipimpinnya. Namun, jika jabatan dianggap sebagai “kekuasaan”, “keistimewaan”, dan kesewenang-wenangan” tentu akan terjadi kehancuran dan kerusakan baik antarmanusia maupun kerusakan pada alam ini. Rakyat akan resah dan umat akan bingung. Pemimpin seperti ini akan dengan mudah menyalahgunakan jabatan dan kekuasaan.

Yang menjadi pertanyaannya adalah pemimpin yang bagaimana yang dapat memberikan yang terbaik kepada yang dipimpinnya? Apa syarat-syarat yang harus diipenuhi agar  seseorang layak menjadi seorang pemimpin? Apa syarat-syarat yang harus diipenuhi agar  seseorang layak menjadi seorang pemimpin?


Saturday, January 10, 2015

Wisata Ke Pantai Baron


Jika pikiran Anda penat, sumpek, galau, jangan biarkan dia memperbudak diri Anda. Stop. Letakkan sejenak untuk melupakan sesaat. Siapa tahu dalam waktu yang sesaat itu kita mendapatkan pencerahan. Mendapat solusi jitu yang akan membuat jiwa kita kembali bugar.

Nah, tidak ada salahnya kita berwisata untuk menyegarkan pikiran dan menemukan keagungan Tuhan! Syukur kita berwisata bersama-sama, baik dengan keluarga, teman-teman, atau sahabat-sahabat kental kita. Di dalam kebersamaan kita dapat menjalin kembali kemesraan di antara kita.


Tali silaturahmi yang sudah kusut, ruwet, atau mungkin sudah hampir putus dapat dijalin kembali. Tentu saja hal tersebut dapat terlaksana dengan mulus apabila kita menjauhkan prasangka di dalam hati kita.


Konon, menurut para pakar, penyakit itu masuknya dari pikiran. Resah-gelisah, cemas, sumpek, carut-marut, merupakan jalan mulus masuknya penyakit-penyakit yang senantiasa mengancam kesehatan kita. Di zaman sekarang, yang dianggap zaman modern, fakta yang memiriskan hati telah terpampang nyata di depan kita. Dokter selalu kalah langkah dengan penyakit-penyakit yang muncul, banyak anak-anak muda yang terserang penyakit gawat yang sebenarnya dulu hanya diidap oleh orang tua. Misalnya strok, penyakit gula, lever, ginjal, dsb. Konon, menurut para ahli, banyak faktor yang menyebabkan. Dan saya hanya akan menyoroti masalah hati yang menjadi sumber kegelisahan, kegalauan dan kecemasan kita.. 


Mari kita berwisata sejenak untuk menawarkan hati yang pilu dan melihat keagungan Tuhan lewat ciptaannya yang hebat. Ini memang hanya salah satu cara, dan sebenarnya masih banyak cara yang dapat ditempuh untuk menyegarkan kembali jiwa kita.

Jika Anda menyukai pantai, di Yogyakarta, ada banyak opsi yang dapat Anda pilih. Salah satunya adalah pantai Baron yang terletak Desa Kemandang, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Gunung Kidul. Dari Pusat Yogyakarta pantai ini kira-kira berjarak 40 Km. Konon, menurut situs wikepedia, nama pantai ini berasal dari nama seorang bangsawan dari Belanda yang bernama Baron Skeber. Bangsawan tersebut pernah mendaratkan kapalnya di pantai selatan, tepatnya di pantai Baron. Bagi Anda yang berusia 40 keatas, pasti pernah mendengar nama Baron Skeber, karena cerita Baron Skeber telah menjadi lakon dalam kesenian ketoprak.


Selain keindahan pantainya yang membentuk cekungan, keunikan lain adalah adanya sungai bawah tanah yang mengalir cukup deras ke arah lautan.Uniknya air bawah tanah di pantai Baron meskipun berada sangat dekat dengan pantai rasanya tawar, tidak asin. Sekarang tempat tersebut menjadi pangkalan perahu. Dengan uang lima ribu rupiah, Anda sudah dapat berperahu sembari melihat pemandangan gunung karang dari jarak dekat. Pengunjung yang tidak berani bermain di laut dapat bermain dan berenang di aliran sungai bawah tanah tersebut. Pemandangan lain yang ada dipantai Baron, dan ini dapat Anda lihat dari dekat dengan berperahu, adalah sebuah bukit yang berada di sekitar pantai.


Namun demikian, bagaimanapun keindahan suatu pantai, rasa kurang afdol kalau tidak bermain-main dengan air pantai. Tentu saja Anda juga harus berhati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 


Dari gambar di atas kita dapat menyaksikan keceriaan wajah para wisatawan yang sedang bermain di pantai. Mudah-mudahan keceriaan mereka mampu mengusir kepenatan hidup akibat rutinitas sehari-hari. Menurut para psikolog, kita memang perlu refresing untuk penyegaran jiwa. Ada beberapa nasehat dari mereka yang layak kita renungkan bersama.

Luangkan waktu Anda sedikit untuk beristirahat, salah satu caranya adalah menggunakan waktu akhir pekan, atau mungkin liburan Anda, dengan baik dan maksimal untuk memanjakan diri sendiri dan keluar dari rutinitas sehari-hari. Apalagi jika kita habis menghadapi peristiwa-peristiwa yang menegangkan dan menyulut emosi. Kumpul bersama keluarga atau teman-teman, mengadakan wisata bersama dapat menjadi cara terbaik untuk menumbuhkan energi positif dan semangat baru.

Keluarkan energi positif dalam diri Anda dengan selalu berpikiran positif dan optimis dalam menghadapi setiap permasalahan. Sadarlah bahwa disetiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Selain itu, jangan terlalu bersikap keras terhadap diri sendiri. Ketahuilah bahwa setiap yang telah dibuat belum tentu pasti dapat tercapai karena adanya halangan. Bersikaplah lebih fleksibel sehingga Andapun dapat lebih menikmati hidup.





Thursday, January 1, 2015

Keteladanan


Ketika  lagu ibu pertiwi terdengar dari vocal seorang bocah, tidak terasa mata sayapun basah. Saya kira Andapun hafal dengan syair tersebut. Namun, tidak ada salahnya kita cermati syair-syair tersebut, dengan harapan dapat menginspirasi kita untuk menapaki kehidupan di tahun 2015. Ini adalah tahun baru. Seharusnya di tahun baru ini kita mendapatkan sesuatu yang baru!


Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intan yang kau kenang
Huran gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
Kulihat ibu pertiwi
Sedang bersusah hati
Air matanya berlinang
Mas intan yang kau kenang
Huran gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa
Huran gunung sawah lautan
Simpanan kekayaan
Kini ibu sedang susah
Merintih dan berdoa

Entah kenapa? Mungkin karena kecintaan saya terhadap ibu pertiwi, meskipun belum ada yang patut dibanggakan yang pernah saya berikan terhadap tanah air tercinta. Ketika kubuka buku-buku sejarah, terlintas di benak saya penderitaan rakyat ketika dijajah Belanda selama tiga setengah abad, kemudian dilanjutkan oleh bangsa Jepang. Dan, ketika kemerdekaan itu telah diproklamasikan, ternyata prahara itu belum juga usai. Artinya permasalahan-permasalahan berat masih melanda bangsa kita. Contohnya adalah korupsi. Dengan dibentuknya KPK, kita sama-sama tahu bahwa korupsi yang terjadi di negeri ini sudah parah. Jika tidak, ngapain repot-repot membentuk KPK?


Kenapa demikian? Mungkin pertanyaan ini yang sedang dicari  jawabannya oleh para cendikiawan bangsa Indonesia. Apakah pemimpin-pemimpin kita memang demen korupsi, atau rakyat juga ikut andil dalam menyuburkan penyakit korupsi? Dalam hal ini pemerintah memang tidak bisa kerja sendirian, tetapi seluruh rakyat juga harus ikut terlibat dalam pemberantasan korupsi jika kita menginkan penyakit ini hengkang dari hadapan kita. Yang di atas memang harus jadi pelopor dan menjadi teladan, tetapi yang di bawahpun tidak bisa cuek membiarkan pemerintah sibuk sendiri.

Ibarat membersihkan rumah, yang di atas seharusnya mendapatkan prioritas, karena jika yang diatas tidak bersih yang bawahpun tidak bersih. Mungkin kita sudah bekerja keras membanting tulang menyapu lantai, mengepel sampai kinclong, tetapi kalau atapnya tidak dibersihkan pasti kotoran akan terus berjatuhan sehingga rumah bersih yang diidam-idamkan tidak pernah terwujud! Salah satu hal penting untuk muwujukan rumah idaman yang bersih, yang di atas harus memberikan contoh atau keteladanan, tidak hanya ngomong doang dengan kata-kata yang menyihir!

Kata keteladanan amat populer dan sering digunakan dimana-mana untuk memberi nasehat. Kata ini memang amat mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan. Coba lihat saja ketika rakyat mengkritik pemimpinnya, dimana jeritan rakyat sangat mengharapkan keteladanan dari para pemimpin mereka, bukan hanya memerintah saja dan mereka tidak mentaati dengan kebijakan-kebijakan yang mereka buat sendiri. Di dunia pendidikan, kata inipun sangat terkenal. Bahkan menjadi peribahasa yang sudah kita hapal sejak kita duduk di sekolah dasar. Guru kencing berdiri, murid kecing berlari.


Keteladanan memang amat penting. Ia merupakan unsur paling mutlak untuk melakukan perubahan perilaku hidup. Konon, jika dikalkulasi, pengaruh yang diserap melalui mata sebanyak 84%, melalui telinga 11%, sedangkan karena faktor yang lain 5%. Melalui mata (atau keteladanan), artinya apa yang dilihat dan disaksikan akan dicontoh. Melalui telinga berupa nasihat, tausiyah, saran, pendapat hanya efektif mengubah perilaku sebanyak 11%. Artinya, nasehat yang tidak dibarengi dengan keteladanan sebenarnya sama dengan membawa garam ke laut untuk mengasinkan laut. Sebuah pekerjaan yang lebih banyak sia-sia dari pada manfaatnya.

Bagi para orang tua, keteladanan adalah kata kunci untuk mendidik anak-anak mereka. Jika Anda tidak memberikan contoh pada anak-anak Anda, maka Anda jangan terlalu berharap banyak kepada mereka. Bagi tokoh-tokoh masyarakat, jika mereka tidak ingin dilecehkan, mereka harus mengedapankan keteladanan dari pada gembar-gembor tentang kebajikan tetapi mereka tidak pernah melaksanakan apa yang mereka gembar-gemborkan.

Seperti halnya iman, tidak cukup dengan kata-kata saja, tetapi juga harus dengan ucapan dan laku perbuatan. Seperti sabda Rasullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah : Iman itu adalah kepercayaan di dalam hati yang menggema menjadi ucapan dan kemudian diwujudkan di dalam laku perbuatan. Ketiga komponen tersebut harus menyatu jika seseorang menginginkan kesempurnaan iman mereka. Laku perbuatan merupakan manifestasi dari sesuatu yang diimaninya.


Mungkin kita sering gembar-gembor tentang korupsi atau berharap agar korupsi yang busuk itu tidak menjarat kita. Konsekuensinya, jika ingin apa yang kita lontarkan diikuti oleh orang lain dan apa yang kita harapkan jadi kenyataan, maka kitapun harus menjauhkan diri dari korupsi dan saudara-saudaranya. Jika tidak, boleh dikatakan apa yang kita lakukan cuma seperti dagelan atau sandiwara yang penuh kepura-puraan. Seperti seorang pelawak yang tukang bikin ketawa dan senang orang lain, tetapi dirinya stress sendiri hingga terjerumus mengonsumi narkoba yang dilarang agama dan negara. 

Di dalam agama islam, bahkan di dalam agama apa saja dan dinegara manapun korupsi itu dilarang. Karena eksistensinya akan menyuburkan kemunkaran dan kedzoliman. Maaf saya tidak perlu mencari dalil yang muluk-muluk, karena saya anggap tindakan ini menurut kesepakatan umum tidak baik. Meskipun orang belum bisa melepaskan diri dari cengkeramannya. Seperti yang kerap kita lakukan, atau barangkali saudara-saudar lakukan, menyuap itu tidak baik, tetapi kadang-kadang kita sering menyuap petugas agar urusan kita lancar dan tidak bertele-tele. Atau, dengan enjoynya tanpa ingat dosa kita menerima uang sogokan dari para caleg agar mau memilih dirinya, atau mungkin pemilihan-pemilihan yang lain tidak terbatas pada caleg legislatif. Padahal, jika kita renungkan, sejati suap merupakan akar dari korupsi. Tetapi sayang, tampaknya masyarakat masih menganggap suap sebagai hal yang wajar, lumrah, dan tidak menyalahi aturan. Jika kita perhatikan, suap terjadi hampir di semua aspek kehidupan dan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Banyak yang belum memahami bahwa suap, baik memberi maupun menerima, termasuk tindak korupsi.

Suap dianggap sebagai bentuk primitif dan induk korupsi. Suap adalah awal lahirnya budaya koruptif dalam skala luas yang terjadi saat ini.

Contoh paling sederhana dari suap adalah memberi hadiah kepada seseorang atau keluarganya, yang berhubungan dengan jabatan yang dimilikinya, sebagai bentuk terima kasih atas jasa yang diberikan. Tradisi pemberian hadiah yang semula bermaksud baik akhirnya justru disalahgunakan demi keuntungan pribadi dan saling menguntungkan antara pemberi dan penerima.

Aplikasi suap terjadi mulai dari hal yang sederhana dan sepele hingga urusan kenegaraan yang rumit. Suap terjadi mulai dari pengurusan kartu tanda penduduk (KTP) hingga pembuatan undang-undang (UU) di lembaga legislatif.

Dalam masyarakat yang kian materialistis, adagium "tak ada yang gratis" menjadi acuan. Akibatnya, sesuatu yang menjadi kewajiban seseorang, karena jabatannya menjadi "diperjualbelikan" demi keuntungan pribadi. 

Selamat tahun baru 2015! Mudah-mudahan tahun depan, bangsa kita telah terlepas dari belenggu korupsi yang menyengsarakan rakyat!