Tuesday, September 22, 2015

Apakah Allah Membutuhkan Shalat Kita?


Bagaimanakah jika manusia tidak mau beribadah kepada Allah? Misalnya, manusia tidak mau melakukan shalat atau ibadah-ibadah lain? Apakah eksistensi Allah akan terpengaruh? Apakah Allah akan pensiun menjadi Penguasa? Atau, apakah Allah akan sedih?


Sebenarnya, Allah itu tidak butuh dengan kesalehan kita. Andai seluruh umat manusia yang ada di muka bumi ini menjadi ahli ibadah, menjadi orang takwa, maka itu tidak akan menambah kebesaran dan keagungan Allah. Keagungan dan kebesaran Allah itu sudah luar biasa, dan sudah di atas segala-galanya! Sebaliknya, jika yang ada di seluruh muka bumi ini menjadi ahli maksiat, kemaksiatan itu tidak akan mengurangi kebesaran dan keagungan Allah.



Lantas, kenapa kita harus shalat dan melakukan ibadah-ibadah yang lain? Padahal kalau kita shalat Allah tidak mendapatkan keuntungan apa-apa? Dan kalau tidak shalat Allah juga tidak rugi. Lantas, kenapa kita harus shalat?

Diwajibkannya kita shalat sebenarnya semata-mata untuk kemaslahatan kita. Allah itu nggak butuh dengan shalat kita, tetapi kita butuh dengan shalat. Sebagai manusia alternative, kita dibebaskan untuk memilih, apakah mau mentaati perintah Allah atau tidak. Masing-masing akan memiliki konsekuensi sendiri-sendiri. Jika kita tunduk dan taat dengan perintah-perintah Allah, maka kita akan diberikan kebahagiaan di dunia dan di akherat (fi dunya hasanah fil akhirati hasanah). Sebaliknya, jika kita menjadi penentang, azab yang pedih dunia akherat akan menimpa kita! Nah, kita dipersilahkan untuk melakukan pilihan!


Jika ditinjau dari motivasinya, orang shalat itu ada tiga tipe:

Orang melakukan shalat karena takut disiksa! Bolehkah orang melakukan shalat karena takut disiksa? Boleh dan sah-sah saja. Sebab, jika seseorang tidak melakakun shalat mereka akhirnya tidak tercegah dari perbuatan keji dan munkar. Orang yang tidak tercegah dari perbuatan keji dan munkar akan tersiksa hidupnya. Jika tidak cepat-cepat taubat, matinya akan suul khatimah, dan adzab akherat akan menantinya!

Orang yang shalat karena menginginkan Surga? Bolehkah orang shalat menginginkan surga? Boleh dan sah-sah saja! Sebab, shalat itu memang kunci surga.



Sunan Tirmidzi 4: telah menceritakan kepada kami Abu Bakr Muhammad bin Zanjawih Al Baghdadi dan tidak hanya satu, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad berkata, telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Qarn dari Abu Yahya Al Qattat dari Mujahid dari Jabir bin Abdullah Radliaallahu 'anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: " Kunci surga adalah shalat, sedang kunci shalat adalah wudlu."

Dimaksud surga di sini adalah, fi dunya hasanah fil akhirati hasanah, kebahagiaan di dunia maupun di akherat. Al Jannah yang biasa diterjemahkan surga adalah dambaan setiap orang. Rasulullah sendiri mengatakan baiti jannati (rumahku adalah surgaku) untuk menggambarkan kebahagiaan beliau di dunia. Tentu saja surga di dunia akan berlanjut surge di akherat. Sebab, dunia ini adalah ladangnya akherat, dunia ini adalah cerminan di akherat nanti!


Orang yang melakukan shalat karena membutuhkannya, cintanya, dan karena syukur kepada Allah. Inilah yang hebat! orang melakukan shalat karena  butuh, syukur dan karena cintanya kepada Allah. Kenapa kamu shalat? Aku ingin berterimakasih kepada Allah. Terlalu banyak nikmat yang aku rasakan dan jika aku menjadi orang yang bersyukur jiwa aku menjadi sehat. Karena butuh, syukur, dan cinta, itulah yang hebat!
Butuh, karena aku membutuhkan shalat. Shalat itu sebagai bahasa syukurku kepada Allah. Aku melakukannya dengan penuh kecintaan!

Shalat itu sebenarnya sarana yang Allah berikan kepada kita demi kebaikan kita. Oleh karena itu kita harus mengupayakan agar shalat kita baik. Sebab, shalat yang nanti akan dihisab pertama kali, dan menjadi penentu baik buruknya seseorang! Bagaimana shalat yang baik itu? Bagaimana dengan shalat kita?

Wednesday, September 9, 2015

APAKAH KITA SUDAH MERDEKA?


Setiap manusia yang sehat akalnya pasti menginginkan kemerdekaan. Apalah artinya hidup jika dijajah orang lain? Di tindas, di perbudak, apalagi jika hal itu terjadi dinegeri sendiri! Mengingat betapa pentingnya kemerdekaan, maka tidak mengherankan apabila para leluhur kita rela mengorbankan jiwa dan raganya demi memperoleh kemerdekaan dari para penjajah.



Sungguh sayang jika kita tidak mensyukuri kemerdekaan yang telah diperjuangkan para leluhur kita dengan membiarkan kekuatan asing menancapkan kuku-kuku kolonialis mereka di bumi tercinta ini.

Jangan biarkan intervansi asing mendominasi segala lapisan aspek kehidupan dalam bermasyarakat dan bernegara. Pada hakekatnya, kecuali orang-orang yang diuntungkan dengan intervensi asing, setiap warga Negara ingin menentukan nasibnya sendiri, ingin berdiri di atas kakinya sendiri, baik di bidang politik, ekonomi, social dan budaya.

Contoh yang kasat mata adalah produk-produk hukum kita masih banyak warisan dari penjajah! Undang-undang yang di gugat Muhammadiyah dalam jihad konstitusnya banyak yang menguntungkan asing. Padahal kita semua tahu, sejak di bangku sekolah, kita telah hafal di luar kepala bahwa kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak itu dikuasai Negara, bukan dikuasai asing. Mudah-mudahan jihadnya berhasil sehingga kekayaan kita tidak diekploitasi oleh asing.

Dalam ranah kebudayaan, saya sendiri miris melihat pergaulan anak-anak muda kita yang mengikuti pola-pola budaya asing dari pada mempertahankan kebudayaan kita sendiri. Konyolnya yang ditiru adalah hal-hal yang busuk. Pasti Anda ingat kasus siswa SMP yang melakukan adegan mesum di sekolah, bahkan direkam dengan video. Contoh lain, cari sendiri! Pasti stoknya masih seabrek.

Dalam bidang politik dan ekonomi, ada kekuatan super power dari luar yang memaksakan menjadi imam kita dan negara-negara berkembang lainnya demi mengeruk keuntungan ekonomi’

Sebenarnya kita tidak bisa seratus persen menyalahkan mereka, karena pada hakekatnya dalam interaksi kehidupan ini adalah persaingan, jika kita sendiri tidak dapat memproteksi dengan menanamkan nilai-nilai keilmuan, kebangsaan dan spiritualitas yang kuat, maka jangan salahkan jika kita menjadi injak-injakan bangsa lain! Jangan meratap jika kita menjadi sapi perah dan budak orang lain.



Kemerdekaan dari kebodohan

Jika kita cerdas dan merdeka dari kebodohan, kita sulit dijajah bangsa lain. Boleh jadi kita justru bisa mewarnainya. Kebodohan berkaitan erat dengan pendidikan, dan pendidikan selalu bersinggungan langsung dengan materi. Tanpa materi, seseorang tidak mungkin mendapatkan pendidikan yang layak dan tanpa pendidikan seseorang menjadi bodoh dan terbelakang. Barangkali demikian pentingnya pendidikan sehingga wahyu yang pertama yang diturunakan Allah menyuruh kita untuk membaca atau belajar. Orang yang banyak membaca dan belajar akan memiliki wawasan yang luas dan ilmu yang mumpuni sehinga memudahkan mereka dalam menyusun rencana masa depannya. 

Sebagai bangsa yang Berketuhanan Yang Maha Esa kita wajib membangun pendidikan dengan didasari ajaran Tuhan. Suara Tuhan harus terdengar jelas di negeri tercinta ini, karena hanya dengan itulah kita benar-benar merdeka. Jika tidak, pendidikan justru akan menjadi sarana penajajahn yang efektif. Karena dapat diibaratkan bahwa pendidikan itu sama dengan cuci otak. Kalau otak anak cucu kita dicuci dengan kotoran, tentu hasilnya akan mengerikan. Otak itu ada kaitannya dengan hati dan ilmu. Dan ilmu itulah yang akan menjadi pengerak kehidupan manusia!



Bayangkan, jika keilmuan kita juga terjajah, maka pendidikan hanya akan menjadi alat penjinak Kritik Freire. Beliau mengatakan bahwa sekolah selama ini menjadi alat “penjinak”, yang memanipulasi peserta didik agar mereka dapat diperalat untuk melayani kepentingan kelompok yang berkuasa.

Bagaimanakah dengan kita? Mudah-mudahan pendidikan kita benar-benar mencerdaskan dan memerdekakan, tidak menjadikan kita justru terbelenggu. Mudah-mudahan pendidikan kita benar-benar mampu menjadikan kita mandiri tidak mencetak  orang-orang yang mendewakan/mengkultuskan asing! Merdeka!