Tuesday, March 31, 2015

Menuju Jalan Kemuliaan

Konon, Luqmanul Hakim memberikan nasehat kepada anaknya, “Wahai anakku sayang, dunia ini laksana samudra yang sangat dalam. Sudah banyak manusia yang tenggelam di dalam samudra itu. Supaya kapal kamu tidak tenggelam, jadikan kapalmu bertakwa kepada Allah. Muatannya adalah iman. Layarnya adalah tawakal kepada Allah. Niscaya kamu akan sampai ke pantai akhirat dengan selamat.”


Untuk dapat mengambil makna dari nasehat tersebut kita harus memahaminya dengan bahasa metafor. Makna dari “kapalmu harus bertakwa kepada Alah” adalah seluruh tubuh diarahkan untuk mengikuti kehendak dan tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Mata jangan digunakan semaunya sehingga sulit membedakan mana haknya dan mana hak orang lain. Telinga tidak boleh diobral semaunya, tanpa memperdulikan mana suara yang mengajak ke surga dan mana yang menjerumuskan ke jurang neraka. Lidah harus dikendalikan sehingga dapat membedakan mana kata-kata yang menyinggung perasaan orang lain, dan mana yang tidak. Jangan jadikan mulut seperti tong sampah makan semaunya, tanpa memperdulikan yang halal dan yang haram. Tanganpun harus dijaga, begitu juga kaki harus diperhatikan mana perjalanan yang mendekatkan dirinya kepada ridha Allah atau sebaliknya.

Untuk menjaga agar tidak terjadi sikap dan perilaku yang dapat menjerumuskan, arahkan tubuh ini menjadi pengamal-pengamal takwa yang baik kepada Allah. Melalui takwa, kita menyadari kehadiran Allah dalam hidup. Inti takwa adalah kesadaran yang sangat mendalam bahwa Allah selalu hadir dalam setiap langkah dan detak nafas kita. Allah selalu menyertai dan mengawasi kita sehingga langkah hidup semakin pasti, terukur, dan terarah, sikap semakin terjaga, perbuatan semakin teratur.
Allah memuji siapapun yang bertakwa sambil memberikan bentuk-bentuk kemudahan jika ketakwaan itu menjadi jati diri seseorang,

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkannya.” (ath-Thalaaq: 2-3)

Ayat di atas mengisyaratkan fasilitas yang disediakan Allah bagi orang-orang yang bertakwa:

1.    Memberi jalan ke luar dari Semua Kesulitan Hidup



Di dunia ini tidak ada orang yang hidupnya selalu mulus. Hambatan, tantangan, dan rintangan pasti pernah dirasakan oleh manusia. Siapapun manusia di planet bumi ini tidak ada yang tidak mempunyai masalah hidup. Memang ada persoalan-persoalan yang selesai setelah kita mengerahkan segenap kemampuan kita, namun tidak sedikit masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan mengandalkan kemampuan manusia semata-mata. Di sini perlunya kita meminta bantuan dan perlindungan Allah. Baik masalah yang menimpa secara individu, dalam keluarga, dilingkungan masyarakat, bahkan dalam berbangsa dan bernegara. Bagi orang-orang yang bertakwa di perlu kawatir, karena Allah akan memberikan jalan ke luar dari semua kesulitan hidup.

2.    Allah akan mencurahkan Karunia atau Rezeki melalui jalan yang tidak di duga

Kehadiran rezeki yang tidak disangka-sangka, jauh dari perkiraan manajemen modern, hal itu merupakan bukti kemahakuasaan Allah. Misalnya dalam satu bulan kita mendapat rezeki dua juta rupiah, tetapi tiba-tiba mendapat bonus sehingga menjadi tiga setengah juta. Atau boleh jadi secara kuantitas tidak bertambah tetapi Allah anugerahkan keberkahan yang banyak sehingga mampu mencukupi kebutuhan dalam sebulan bahkan lebih. Banyak di antara kita yang diberikan Allah fasilitas hidup lebih dari cukup. Tetapi tidak ada yang dapat dinikmati tapi justru bingung dengan kekayaannya. Inilah yang dijanjikan Allah kepada orang-orang yang bertakwa, yaitu Dia akan mencurahkan karunia atau rezeki melalui jalan yang tidak terduga. Wallahu a'lam!


Sumber Bacaan: K.H. Anwar Sanusi, Jalan Kebahagiaan

Sunday, March 22, 2015

Jalan Menuju Kemuliaan

Setiap orang pasti menginginkan kehidupan yang mulia, hanya orang gila yang tidak menginginkan predikat tersebut. Cuma, pemahaman tentang kemuliaan tiap-tiap orang tidak sama. Ada yang menganggap kemuliaan hidup itu dengan berlimpahnya harta, diraihnya kekuasaan, diraihnya pangkat yang tinggi, dan istri cantik atau suami tampan yang membanggakan! Untuk meraih semua itu, tidak jarang mereka menghalalkan segala cara tanpa memperdulikan penderitaan orang lain yang menjadi korban.

Benarkah semua itu kemuliaan? Boleh jadi mayoritas manusia berpendapat seperti itu. Tetapi Allah tidak mengehendaki yang demikian, orang yang paling mulia di sisi Allah bukan orang yang berduit banyak, mempunyai kekuasaan yang besar, atau memiliki wajah yang cantik/tampan, tetapi mereka tidak mau memnafaat kelebihan mereka untuk taat kepada-Nya! Tetapi yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa.


13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Al-Hujuraat)
Inilah kunci kemuliaan seseorang. Yaitu takwa. Dia merupakan sumber perbendaharaan kebaikan yang dapat memotivasi jiwa menuju naungan ridha Allah.

Kata takwa berasal dari kata waqa, yaqi, yang bermakna menghindari, menjauhi, berhati-hati, khawatir, berjaga-jaga. Apa yang harus dihindari dan dijauhi? Semua bentuk larangan yang dapat menjerumuskan kita ke dalam lembah neraka untuk jangka panjang dan kesulitan hidup dalam jangka pendek di dunia ini. Ketika semua larangan sudah dihindari, kita hanya memiliki satu pilihan lagi yaitu, mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, jumhur ulama mendefinisikan takwa adalah kemampuan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah swt.

Jika manusia bertakwa, maka Allah akan membukakan pintu keberkahan dari langit dan bumi seperti firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 96 :

96. Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Allah swt. menerangkan dalam ayat ini, bahwa seandainya umat manusia beriman kepada agama yang dibawa oleh Rasul-Nya. dan seandainya mereka bertakwa kepada Allah sehingga mereka menjauhkan diri dari segala yang dilarangnya, seperti kemusyrikan dan berbuat kerusakan di bumi, niscaya Allah akan melimpahkan kepada mereka kebaikan dan keberkatan yang banyak, baik yang datang dari langit maupun yang datang dari bumi.

 Nikmat yang datang dari langit, misalnya ialah hujan yang menyirami dan menyuburkan bumi, sehingga tumbuhlah tanam-tanaman dan berkembang-biaklah binatang ternak yang kesemuanya sangat diperlukan oleh manusia. Di samping itu mereka akan memperoleh ilmu pengetahuan yang banyak, serta kemampuan untuk memahami sunatullah yang berlaku di alam ini, sehingga mereka mampu menghubungkan antara sebab dan akibat dan dengan demikian mereka akan dapat membina kehidupan yang baik, serta menghindarkan malapetaka yang biasa menimpa umat yang ingkar kepada Allah dan tidak mensyukuri nikmat dan karunia-Nya.

Akan tetapi apabila umat manusia tidak beriman dan bertakwa, bahkan sebaliknya mereka mendustakan Rasul dan membelakangi yang dibawanya, maka kejahatan yang mereka lakukan akan mendatangkan azab, baik oleh alam maupun manusia. Salah satu bentuk adzab yang diakibat manusia misalnya menjamurnya korupsi yang menghisap darah rakyat, kejahatan yang merajalela, saling sikat dan sikut didalam kehidupan, dan kerusakan alam akibat ulah manusia.



Orang yang mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya adalah orang yang bertakwa, yang berpandangan dan bersikap hidup dengan kitab suci yang diwahyukan-Nya, mengimani pada yang ghaib, meyakini dan mengikuti sunnah rasul, mau mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Itulah jalan yang lurus! Seperti jalan yang kita pintakan setiap kita melaksankan shalat. Ihdinasyiratill mustaqim! Ya Allah, tunjukilah kami jalan yang lurus. Yaitu jalannya orang yang telah Engkau beri nikmat (sunnah para rasul), bukan jalannya orang-orang yang engkau murkai, dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat.