Friday, February 26, 2016

PESAN PERSATUAN DAN PERDAMAIAN DARI SYEKH AL-AZHAR

Hati-hati dengan perpecahan karena perpecahan tidak akan membawa keberuntungan. Pepetah mengatakan, besatu kita teguh bercarai kita runtuh. Jika kita menginginkan rahmat Allah selalu mengalir ke negeri tercinta ini, bersatulah, karena persatuan akan membawa berkah. Persatuan akan membawa perdamaian, dan perdamaian akan mengantarkan kepada kebahagiaan baik di dunia maupun di akherat. Firman Allah surat Ali Imran ayat 103 mengingatkan kita betapa perpecahan membawa umat dalam kehidupan di jurang neraka, dan kita diperintahkan untuk selalu berpegang teguh dengan tali Allah agar kehidupan kita bersaudara dan penuh perdamaian. Dan umat islam, jika benar-benar berpegang teguh dengan tali Allah tersebut seharusnya mengedepankan perdamaian tidak justru saling berpecah-belah sehingga melemahkan umat dan menyenangkan kelompok-kelompok yang tidak menyukai islam.
Terkait dengan persatuan dan perdamian kita patut menyimak pesan persatuan dan perdamaian dari Pemimpin tertinggi Institusi al-Azhar, Kairo, Mesir, Grand Syekh al-Azhar Ahmad at-Thayyib yang tiba di Indonesia bersama rombongan, Ahad (21/2) malam. Terlepas dari latar belakang Anda marilah kita simak pesan persatuan dan perdamaian dari beliau. Dengarkan semua pembicaraan dan ambil yang baik tanpa melihat golongan atau aliran seperti firman Allah dalam surat Az Zumar ayat 18:
18. yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya[1311]. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal.


Pesan Persatuan dan Perdamaian dari Grand Syekh Al-Azhar

Hentikan Konflik Suni-Syiah, Kalian Bersaudara

"Syiah beragam, namun mereka adalah saudara, mereka tetap Muslim, kita tidak bisa serta-merta menghakimi mereka keluar Islam hanya karena satu perkara. Memang terdapat sikap berlebihan, tidak di semua Syiah dan tidak semua ulama mereka demikian, ketika saya berdialog dengan sejumlah tokoh mereka ihwal mencaci maki sahabat dan Abu Bakar RA, Aisyah RA, dan Umar bin Khatab, ia mengatakan, ”Mereka bukan representasi kami.”
Jika Anda telaah buku-buku Syiah klasik, Anda tak akan menemukannya. Mungkin Anda temukan kecenderungan sebagian demikian, tetapi mayoritas Syiah menghormati sahabat Rasulullah SAW. Sebagian kecil ulama menganggap mencaci maki sahabat berarti keluar dari Islam, tetapi bagi kami Al-Azhar tidak. Cacian terhadap sahabat bentuk kesesatan, maksiat, dan berdosa, tapi tak serta-merta keluar dari Islam. Mereka  Kita tidak bisa kafirkan mereka.
Bagaimana? Suni dan Syiah adalah sama-sama sayap Islam. Tentu, kita bicarakan Syiah yang moderat, ada Imamiyah, Zaidiyyah, yang memiliki kedekatan dengan Suni, tetapi ada sekte  menyimpang dan sesat yang mengangkat isu tasyayyu’ yang mengakui risalah selain untuk Muhammad SAW, mereka itu, seperti saya katakan, menyalahi apa yang konstan dalam agama dan bisa dinyatakan keluar Islam.
Akan tetapi, sesunguhnya, sebagian perbedaan kita dengan saudara Syiah kita, adalah perbedaan nonprinsipil (furu’), kecuali dalam soal imam. Syiah percaya imam sebagai bagian pokok agama, sedangkan kita, Suni soal itu termasuk nonprinsipil. Isu imamah juga tak membuat Syiah serta-merta keluar Islam.
Kitab as-Sayyid Ali al-Amin cukup bagus mendudukkan hakikat imamah tersebut. Yang dimaksud imamah Ali bin Thalib adalah dalam hal spiritualitas dan ketakwaan bukan bermakna kekuasaan fisik. Kekuasaan seperti itu Ali bin Abi Thalib juga tak menginginkannya.  Pemikiran ini berupaya mendekatkan antara Suni dan Syiah." 

Persatuan Umat Dimulai dari Ulama

"Saya percaya, selama ulama tidak bersatu terlebih dahulu, maka tidak ada harapan. Anda sebagai ulama hendak menebarkan perdamaian, sementara Anda sendiri tak berdamai dengan sesama ulama, maka seperti kata pepatah “Faqidus sya’i la yu’thihi” (Orang kehilangan tak bisa memberi). Masalahnya, perbedaan ini berubah menjadi perselisihan yang rigid akibat fanatisme mazhab atau pemikiran tertentu dan mengklaim mazhab lain tidak benar.
Namun sayangnya, di balik gencarnya mazhab tersebut, ada dukungan materiil dan spiritual, yang lantas disebarluaskan di jalan alih-alih menghargai perbedaan, justru malah memecah belah umat. Muncullah fenomena pembida’ahan dan pengafiran yang sangat rentan dengan menghalalkan darah. Solusinya adalah kembali ke khazanah klasik bagaimana menyikapi perbedaan.
Umar bin Abd al-Aziz pernah mengatakan bahwa ia sangat senang jika para sahabat tidak berselisih pendapat, tetapi fakta berkata lain. Dengan perbedaan itu, justru banyak opsi-opsi kemudahan dibandingkan dengan satu opsi pendapat saja. Silakan saja Anda memilih satu mazhab, tetapi jangan anggap pendapat Anda saja yang benar, sementara orang  lain salah."

Ingatlah, Musuh Menginginkan Kita Tercerai-berai

"Dan ingat, perselisihan antara keduanya, Suni-Syiah inilah yang diembuskan oleh musuh Islam untuk memorak-porandakan umat, seperti saat ini yang terjadi di Suriah tak ada justifikasi meletusnya konflik tersebut, kecuali membenturkan Suni-Syiah, lihat pula Irak yang kacau balau atas dasar apa?
Konflik Suni-Syiah. Perhatikan pula Yaman. Kita sadar betul tentang peta konflik ini, karena itu sejak awal kita kampanyekan Suni dan Syiah bersaudara dan memang kita intinya bersaudara. Konflik tersebut akan terus diembuskan karena memang mereka musuh Islam tak meninginkan kita bersatu."   

Berhati-hatilah Jangan Mudah Mengafirkan Sesama Muslim

"Soal taqrib memang yang menginisiasi Al-Azhar oleh Syekh Syaltut dan sejumlah cendekiawan lainnya. Al-Azhar menegaskan, sebagaimana Mazhab Asy’ari, kita tidak akan mengafirkan siapa pun dari golongan orang beriman.
Perbuatan maksiat yang diperbuat adalah soal lain. Berhati-hatilah untuk tidak mengafirkan. Otoritas ini hanya milik ulama, jangan biarkan orang awam bebas menebarkannya. Jika, misalnya, ada 99 persen kemungkinan kufur dan 1 persen kemungkinan tetap Muslim, tetap berhati-hatilah. Inilah jalan Al-Azhar.
Maka itu, tiap Ramadhan kita punya satu program yang melibatkan Suni dan Syiah dari berbagai kawasan, termasuk Suriah dan Irak, silakan sampaikan pernyataan untuk tidak saling membunuh satu sama lain karena Suni dan Syiah sesama Muslim.
Jangan kafirkan orang kecuali yang mengingkari Alquran dan mengingkari perkara yang mendasar dalam agama. Muslim yang mengatakan zina atau khamar halal, bisa keluar agama, tetapi Muslim yang percaya zina dan khamar haram, tetapi melakukannya, dia tetap Muslim."  
Pesan ini saya kutip dari harian Republika, mudah-mudahan bermanfaat dan menjadi inspirasi untuk membangun persatuan dan perdamaian di negeri tercinta ini. Amiin!



Tuesday, February 16, 2016

Mewujudkan Keadilan dalam Kehidupan Kita

Tidak ada satu bangsapun di muka bumi ini yang tidak menginginkan keadilan. Kata itu mudah diucapkan tetapi sulit diwujudkan. Di mana-mana orang mencari keadilan baik dalam lingkup bangsa, masyarakat, keluarga, bahkan masing-masing pribadi selalu memperjuangkan keadilan. Terlepas keadilan itu hanya menurut tafsirnya sendiri atau memang untuk kepentingan universal dengan didasarkan menurut ajaran Allah.


Ditingkat global, sudahkah dunia ini menikmati keadilan dan tidak ada penjajahan maupun penindasan dimuka bumi ini? Bagaimana dengan bangsa kita? Apakah keadilan sosial bagi seluruh bangsa yang tercantum pada sila ke lima pancasila benar-benar sudah mengujud menjadi kenyataan? Dan bagaimana dengan diri Anda sendiri? Sudahkah bersikap adil terhadap istri Anda, anak-anak Anda, atau masyarakat di sekitar Anda? Pertanyaan-pertanyaan tersebut patut kita renungkan jika kita benar-benar ingin menjadi pejuang keadilan, paling tidak di lingkungan sekitar kita.

Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat dan porsinya. Keserasian dan keteraturan dalam memperlakukan sesuatu dapat menghadirkan kebahagiaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan : (1) tidak berat sebelah/tidak memihak, (2) berpihak pada kebenaran, dan (3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.

Keadilah diungkap oleh Al-Quran antara lain dengan kata-kata al’adl, al-qisth, al-mizan. Untuk memahami tentang keadilan, tidak berlebihan jika kita merujuk ke Al-Quran karena kata-kata tersebut memang terambil dari Al-Quran. Pertama-tama, marilah kita lihat bagaimana Allah menciptakan alam ini dengan prinsip keseimbangan dan keadilan.

Menurut Al-Quran, alam semesta inipun diciptakan oleh Allah dan bisa harmoni karena prinsip keadilan yang terdapat di dalamnya, Surat 55:7-8 :

7. dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
8. supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

Dan Allah tetapkan keadilan. Jadi, bumi mengitari matahari, matahari berjalan pada orbitnya, kemudian bintang-bintang, galaksi-galaksi yang ada di kesemestaan ini kenapa tidak bertabrakan? Karena Allah telah menciptakannya dengan prinsip adil. Jadi adil itu artinya proporsional. Adil itu artinya seimbang. Bahkan ternyata didalam AQ ketika Allah menetapkan aturan-aturan hidup, itu juga dibangun atas keadilan. Misalnya dalam surat Al- An’am ayat 116 juga disebutkan bahwa ternyata Allah menyebutkan ketika Allah membuat aturan-aturan hidup manusia juga dibangun di atas keadilan.

115. telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Allah memerintahkan kepada kita untuk bersikap adil. Jadi ternyata dari ayat-ayat tersebut terlihat jelas bahwa Allah menciptakan kesemestaan ini dengan keseimbangan. Adil itu seimbang. Sebab kalau tidak adil, tidak seimbang, tidak harmoni, maka akan terjadi kehancuran. Lalu. Allah pun menetapkan aturan-aturan kepada manusia dalam surat Al An’am ayat 115 diatas, 

Allah menurunkan ketentuan-ketentuan, firman-firman, kalimat-kaliamat dalam kitab sucinya juga sidqan wa ‘adlan, dibangun dengan kebenaran dan keadilan. Lalu di dalam surat An Nahl ayat 90, diungkap bahwa manusia itu kalau ingin harmoni hidupnya, ingin stabil, perlu suatu gaya hidup yanga adil, yang proporsional :

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Contoh sederhana sesuatu yang tidak seimbang, sesuatu yang tidak proporsional misalnya dalam berolah raga atau dalam hal makan. Kita tahu bahwa berolahraga itu baik dan menyehatkan selama tidak dilakukan melewati batas. Jika melewati batas olah raga yang menyehatkan itu justru akan menanggu kesehatan kita. Banyak kasus orang mati mendadak ketika mereka sedang berolahraga karena kena serangan jantung. Begitu juga makan. Para ahli kesehatan menyarankan kita untuk makan makanan yang bergizi, kalau bisa empat sehat lima sempurna. Tetapi, jika berlebihan, makanan itu justru menimbulkan malapetaka, misalnya terserang kolestrol, asam urat, kegemukan yang justru membawa kematian. Segala sesuatu kalau diluar takaran dan ukuran akan mengalami disharmoni. Akan mengalami ketidakadilan, itulah satu gambaran bahwa keadilan, sikap pronorsional itu harus melekat dalam kehidupan kita jika kita menginginkan harmoni.

Banyak orang tidak puas karena merasa terdzolimi dan melakukan demo-demo di jalan menuntut keadilan. Mereka merasa tertindas dan hidup mereka tidak sejahtera. Jargonnya biasanya meminta keadilan! Apakah Anda termasuk orang-orang yang suka turun di jalan melakukan demo menuntut keadilan? Jika Anda tidak diperalat orang lain, atau Anda sudah benar-benar memenuhi kewajiban-kewajiban Anda, maka hal itu wajar dilakukan. Tetapi kita juga harus ingat keadilan itu jika dilihat skalanya ada yang besar dan ada yang kecil. Dan biasanya orang yang bisa mewujudkan keadilan yang besar itu mereka sudah mampu mewujudkan keadilan pada skala yang lebih kecil. Misalnya adil terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat disekitar kita.

Perlu digarisbawahi bahwa adil itu bukan sama rata sama rasa seperti konsep komunis. Tetapi adil itu sesuai dengan porsinya. Misalnya ada orang yang punya tiga anak. Anak pertama mahasiswa, anak kedua SMA dan anak ketiga masih duduk di bangku sekolah dasar, tentu saja tidak sama dalam memperlakukan ketiga anak tersebut. Misalnya yang kuliah dikasih uang jajan sama seperti yang di SD dengan alasan ingin adil sama anaknya. Hal seperti ini tidak bisa disebut adil karena tuntutan-tuntutan anak itu beda. Jadi adil itu bukan sama rata, tetapi memberikan kepada seseorang sesuai haknya. 

Analogi lain dalam membelikan baju atau sepatu. Kalau baju yang kecil maupun besar sama haknya. Bicara uang penggunaannya. Boleh jadi anak yang kuliah pakai sepatu yang harganyya 200.000, tetapi yang SD justru 300.000. Yang kecil lebih mahal, maksudnya performa. Yang SD butuh sepatu yang bagus karena dia dalam masa pertumbuhan dan yang besar sudah tidak dalam masa pertumbuhan. Murah nggak apa-apa karena tidak mengganggu formasi kaki. Yang SD harus bagus karena kakinya sedang tumbuh.

Dalam sebuah cermahnya ustadz Aam Amirudin menyatakan, di dalam kitab suci Al Quran adil itu ada ruang lingkupnya. Pertama, kita harus adil terhadap diri kita. Nabi pernah menegur seorang sahabat yang rajin ibadah tetapi dia tidak adil terhadap dirinya. Ada seorang perempuan mengadu kepada Rasul. Ya Rasulullah, saya punya suami yang rajin ibadah, ibadahnya sangat-sangat hebat. Lalu kata wanita itu, ya rasul, suami saya itu kalau malam nggak pernah tidur. Shalat saja sampai dikamarnya ada tambang, jadi kalau capai untuk sandaran. Kalau siang dia puasa terus nggak pernah berbuka. Jadi siang malam nggak tidur ibadah terus. Setelah mendengar laporan dari wanita itu Nabi menegur pada suami wanita itu. Beliau bertanya : Kata istrimu kamu begini … begini …. Begini ….? Betul ya rasul jawab sang suami. Karena saya ingin dekat dengan surgamu. 

Apa kata nabi? Ketahuilah aku adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Aku tiap malam nggak pernah begadang untuk ibadah. Aku malam ada tidur. Nanti tengah malam aku bangun shalat. Siang aku nggak pernah puasa tiap hari kecuali bulan ramadhan. Kalau kamu mau, puasa yang maksimal itu puasanya Nabi Daud sehari puasa, sehari berbuka. Ini gambaran bahwa kita harus adil terhadap diri kita.

Sering orang nonton TV pencet-pencet remot untuk mencarai saluran tv meskipun matanya sudah ngantuk, remotnya berkali-kali sudah jatuh tetapi dia tidak menghentikannya. Kenapa begitu? Tubuhnya sudah berteriak-teriak minta istirahat, tetapi dia tidak adil terhadap diri mereka sendiri. Tidak adil terhadap tubuhnya dan dipaksa nonton. Kalau mata sudah ngantuk, tubuh sudah lelah, itu sebenarnya tubuh kita sudah berteriak-teriak, kamu harus tidur, kamu harus istirahat. Kalau kita cuek dan tidak memperhatikannya berarti kita tidak adil terhadap tubuh kita sendiri.


Yang kedua, kita harus adil terhadap keluarga.  Terhadap pasangan atau istri, terhadap anak-anak, saudara, dan tetangga. Menemukan kesalah istri atau suami lalu mereka melakukan generalisir. Kesalahan suami atau istri satu kali lalu dianggap kesalahan itu dilakukan selama pernikahan. Misalnya sang suami kalau mau ngasih uang pada saudaranya selalu bilang pada istrinya, mah tadi saya ngasih adik saya sekian …. ! satu saat adik sang suami mau KKN misalnya. Tanpa pikir panjang sang suami ngasih uang satu juta misalnya, secara spontan. Tiba-tiba adiknya ketemu denga istri sang suami, lalu mengucapkan. Terimakasih ya mbak, saya dikasih uang satu juta oleh mas Bejo ….! Istrinya langsung emosi karena sang suami ngasih uang tanpa bilang-bilang. Pulang kantor langsung bertanya dengan nada penuh emosi.

            “Ayah. Benar nggak kemarin ngasih uang satu juta pada adik?”
            “Benar.”
            “Ya Allah, jadi selama berumah tangga setahun ayah nggak pernah ngomong kalau ngasih uang sama adik ….? Padahal aku nggak pernah ngelarang kamu ngasih uang pada keluarga!”

Kalau menemui kesalahan Istri atau suami jangan menggeneralisir peristiwa tersebut, padahal kasusnya cuma sekali dan mungkin dia sedang khilaf. Jadi kalau kita menemukan kesalahan suami atau istri jangan digeneralisir. Termasuk jika ada kecurigaan selingkuh …. Jadi selama dua puluh tahun kamu selingkuh. Padahal, baru mau dan baru belajar sudah ketahuan. Belum ahli. Misalnya ada salah satu anak kita gagal memasuki perguruan tinggi faforit, lalu menyalahkan seratus persen pada istri dan menafikan kebaikan-kebaikan istrinya.
            “Mama ini kerjaannya apa sih koq sampai anak kita gagal memasuki perguruan tinggi faforit?”

Itulah contoh-contoh kecil tentang keadilan. Jika kita ingin mewujudkan keadilan dalam skala yang besar, hendaknya kita selesaikan dalam lingkup yang lebih kecil. Ingat sabda Rasulullah, sebenarnya kita ini adalah pemimpin dan nanti akan ditanyakan tentang kepemimpinan kita, akan ditanya apakah ketika kita memimpin bersikap adil?

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan keadilan dalam lingkup kecil adalah :

Adil terhadap Allah

Bagaimana cara berlaku adil kepada Allah. Pertama, jangan menyekutukan dengan apapun karena dalam hidup ini ada orang yang sama sekali tidak percaya kepada Tuhan. Tetapi ada juga yang percaya tetapi Tuhannya kelewat banyak. Yang adil dalam hal ini adalah, percaya kepada Tuhan, dan Tuhan itu jangan disekutukan dengan sesuatu. Hal ini sangat adil jika dilakukan oleh manusia, karena Allahlah yang menciptakan manusia, mengasihinya, membimbing dan mendidikanya serta memberikan nikmat yang tidak dapat kita hitung jumlahnya.

Adil terhadi diri kita sendiri (hal ini telah dijelaskan di atas)

Adil terhadap anak. 

Kita tidak boleh membeda-bedakan anak kita. Masih menurut Aam Amirudin : Nabi Bertemu terhadap satu keluarga. Mereka mempunyai anak kecil dua. Sang ayah menggendong atau memangkunya, sementara yang lain dibiarkan tanpa diperhatikan. Lalu, Nabi berkata kepada sang ayah :

“Takwahlah kamu kepada Allah dan kamu harus adil sama anak-anakmu!”

Jika anak-anak masih kecil, jika yang satu dipangku disebelah kanan, yang lainpun harus dipangku disebelah kiri, terkecuali anak itu memang tidak mau dipangku. Nah, ruapanya pada saat itu rasul melihat peristiwa itu sehingga beliau menegur laki-laki itu.
Adil terhadap dua orang yang berselisih

Kepada dua orang/kelompok yang sedang berselisih kita harus bersikap adil. Ini dijelaskan dalam surat Al Hujurat ayat 9.

9. dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.

Ketika ada orang yang berselisih kita harus mendamaikannya dengan penuh keadilan. Di situ ada kata-kata wa in thaifataani minal mu’miniina iqtataluu kalau ada dua kelompok orang beriman itu beselisih, maka damaikan di antara ke duanya. Kalau salah satunya melewati batas, kita harus mengingatkannya supaya tidak berlaku dzalim terhadap yang lain. Damaikanlah antara ke duanya dengan adil. Kita tidak boleh berfihak kepada salah satu yang berselisih. Karena  sangat mungkin setelah kita hadir justru tidak tambah damai. Misalnya ada perselisian, salah satu di antaranya meminta tolong kepada kita. Seharusnya kita bersikap adil, tidak justru mengompori, “temanmu itu memang goblok. Sudahlah, hajar saja!”. Kalau bersikap demikian namanya tidak mendamaikan tapi memprovokasi hingga perselisihan itu semakin tajam.

Ada lagi yang lebih parah, dan ini sering terjadi di kantor-kantor/instansi-instansi terutama instansi pemerintah. Biasanya jika ada teman kerja yang kelewat rajin justru diledek oleh temannya. Alah! Kenapa rajin-rajin dan terlalu bersemangat, besok akhir bulan gajinya kan sama! Canda seperti ini kadang menjadi virus keburukan. Boleh jadi pegawai yang rajin itu merenung setelah di ledek temannya. Oh, iya, ya! Benar juga kata si Fulan, kenapa harus rajin-rajin, gajinya nantikan tetap sama!

Untuk unsur-unsur keadilan yang lain silahkan dielaborasi sendiri. Dengan memahami hakekat keadilah mudah-mudahan kehidupan keluarga kita, masyarakat kita dan bangsa kita semakin berkualitas. Amiin! Wallahu a’lam bishowab!




Wednesday, February 3, 2016

PERBEDAAN ADALAH RAHMAT

Apakah Anda pernah membayangkan, bagaimana jika di dunia ini tidak ada perbedaan? Semua sama. Apakah manusia bisa eksis di dunia ini? Misalnya, Bagaimana jadinya jika waktu itu cuma malam saja, tidak pernah ada siang? Pasti dunia ini akan dingin dan membeku dan tidak dapat dihuni oleh manusia. Sebaliknya jika dunia ini siang terus maka bumi ini akan terpanggang dan mengering. Perhatikan surat Al-Qhashas ayat 71-72 :

71. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Maka Apakah kamu tidak mendengar?"

72. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaKu, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?"

Dalam surat Al-Hujuraat ayat 13 Allah berfirman bahwa diciptakannya manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling kenal mengenal dan saling berkomunikasi.

13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

Dalam surat Ar-Rum ayat  22 dinyatakan bahwa di antara tanda-tanda kekuasaan Allah adalah berbeda-beda bahasa dan warna kulit.

22. dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dalam surata Ar-Ra’d ayat 4 menyatakan bahwa pepohon yang tumbuh di tempat yang sama, disirami air yang sama ternyata buahnya berlain-lainan. Bahkan kalau kita cermati didalam satu pohonpun rasanya tidak sama persis.

4. dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.
Dalam surat Adzariat ayat 49 manusia diciptakan oleh Allah berpasang-pasangan agar supaya mereka mengeingat kebesaran Allah.

49. dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

Coba bayangkan jika penghuni planet bumi ini perempuan semua, atau laki-laki semua. Bagaimana jadinya. Jika tidak ada perbedaan dipastikan bahwa dunia ini tidak akan berjalan, pasti jawaban Anda seperti itu. Dan kenyataannya memang seperti itu. Nah, kalau begitu, kenapa kita marah-marah kalau ada yang beda dengan kita? Kadang-kadang kita sangat sensitif dengan perbedaan, meskipun perbedaan itu tidak prinsip, hanya masalah sepele. Tidak jarang perbedaan-perbedaan kecil itu menimbulkan perpecahan di antara kita. Fenomena apa ini?


Jika kita renungkan dengan sungguh-sungguh sebenarnya perbedaan itu sunatullah, fitrah, ketetapan, hukum yang harus ada, kalau tanpa perbedaan akan menjadi persoalan di dalam kehidupan. Perbedaan itu harus timbul. Mula-mula perbedaan tetapi lama-lama harus menjadi sepasang. Sesuatu yang beda itu oleh Allah dijadikan pasangan, dan pasangan itu berjalan karena ada perbedaan. Contoh baut dan mur itu berbeda, secara fisik keduanya berbeda tetapi jika menyatu menjadi kekuatan yang besar. Perbedaan-perbedaan itu seharusnya untuk mencapai satu tujuan

Di dalam bidang ekonomipun terdapat perbedaan-perbedaan, ada yang kaya dan ada yang miskin. Bayangkan kalau di dunia ini kaya semua, adakah orang yang mau bekerja kasar? Barangkali jika Anda ingin mendirikan hotel atau perusahaan Anda akan kesulitan mencari pekerja. Andapun akan kesulitan memberikan zakat, karena manusia sudah kaya semua! Misalnya Anda nginap di hotel, kemudian Anda haus, dan menelpon waiters untuk mengantarkan minuman tentu Anda akan mengalami kesulitan. Bagaimana kira-kira jawaban mereka. Mungkin mereka berkata, jangan nyuruh-nyuruh saya mas … enak aja saya ini orang kaya lho! Di kampung Anda akan menjadi sumber penyakit jika tidak ada yang mengangkat dan membuang sampah! Oleh karena itu kaya dan miskin merupakan pasangan. Dan sikap orang kaya seharusnya baik dan berterimakasih terhadap orang miskin dengan mengeluarkan zakat sebagai hak Allah. Perbedaan jangan disikapi dengan cemas, atau disesali karena perbedaan merupakan fitrah. Sesungguhnya perbedaan itu rahmat. Laki-laki dan perempuan itu berbeda dan akan menjadi rahmat di nikmat jika kita mampu memangenya. Perbedaan jangan dihindari tetapi marilah kita manage sehingga menjadi rahmat dan kenikmatan bagi umat manusia!

Jika Anda seorang penjahat maka Anda adalah sparing patner dari orang-orang beriman, dan orang-orang yang taubat ingin kembali ke jalan Allah. Dan orang-orang yang beriman, orang-orang yang bertakwa, merupakan patron baik yang harus kamu teladani untuk bertobat. Dan kamupun telah berjasa melahirkan para pahlawan. Dan hidup ini merupakan ujian siapa yang buruk dan siapa yang baik. Dan menurut Allah yang baiklah nanti yang akan mendapatkan keberuntungan. Dan jika baik semua, mungkin banyak ayat-ayat Al-Quran yang harus diganti, dan tidak usah ada ujian karena sumuanya sudah baik.


Akhinya, manusia itu adalah makhluk alternatif. Mereka boleh memilih sesuai dengan keinginannya, tetapi tentu saja masing-masing pilihan itu memiliki konsekuensi sendiri-sendiri. Jika mereka menjadi pejuang kebaikan, maka mereka akan mendapatkan kehidupan hasanah baik di dunia maupun diakherat. Sebaliknya, jika memilih menjadi pejuang kebathilan, maka yang akan kita dapatkan adalah satu kehidupan memedihkan baik di dunia maupun di akherat!