Sunday, April 10, 2016

PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK

Dalam setiap proses pembelajaran, selalu akan ada tiga komponen penting yang saling terkait satu sama lain. Tiga komponen penting itu adalah materi yang akan diajarkan, proses mengajarkan materi dan hasil dari proses pembelajaran tersebut. Ketiga aspek ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk lingkungan pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini dirasakan dan dialami adalah kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam menjalankan proses pembelajaran. Selama ini, di sekolah, para guru hanya terpaku pada materi dan hasil pembelajaran. Mereka disibukkan oleh berbagai kegiatan dalam menetapkan tujuan (kompetensi) yang ingin dicapai, menyusun materi apa saja yang perlu diajarkan, dan kemudian merancang alat evaluasinya. Namun, ada satu hal penting yang sering kali dilupakan, yakni bagaimana mendesain proses pembelajaran secara baik agar bisa menjembatani antara materi (tujuan/kurikulum) dan hasil pembelajaran.

Dalam pembelajaran matematika, mendisain proses pembelajaran merupakan tantangan untuk mencari dan memilih metode pembelajaran matematika yang menarik, mudah dipahami siswa, menggugah semangat, menantang terlibat, dan pada akhirnya menjadikan siswa cerdas matematika. Kurangnya kreatifitas guru dan kesalahan memilih metode pembelajaran matematika akan membuat siswa kurang bergairah dalam proses belajar mengajar dan akhir akan berpengaruh pada prestasi belajar siswa.

Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut banyak alternatif cara yang bisa digunakan. Salah satu diantaranya adalah pendekatan pembelajaran matematika realistik. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang selalu menggunakan masalah-masalah yang realistik. Kebermaknaan konsep matematika merupakan konsep utama dari Pendidikan Matematika Realistik. Dalam proses belajar, hanya akan terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi siswa. Suatu pengetahuan akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam suatu konteks atau pembelajaran menggunakan masalah realistik. Pembelajaran akan bermakna jika siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya.


Hal ini sesuai dengan karakteristik perkembangan anak yang masih berada pada masa operasional konkret. Pada tahap ini, anak lebih mudah mempelajari sesuatu yang nyata dan dapat ditemui dalam kehidupan mereka dan masih kesulitan untuk dapat mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak, sehingga diharapkan guru dapat menyampaikan matematika dengan diawali permasalahan yang nyata atau kontekstual bagi siswa. Matematika sebelumnya dianggap sebagai suatu mata pelajaran yang menjenuhkan, membosankan dan sulit bagi siswa. Pembelajaran matematika realistik merupakan pembelajaran matematika berdasar pada ide bahwa aktivitas manusia harus dihubungkan secara nyata. Dimana siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Hal tersebut sesuai dengan teori kognitif bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, tetapi belajar harus dapat melibatkan siswa secara aktif mengalami sendiri secara realistik agar dapat menentukan suatu konsep.