Syawalan adalah ibadah muamalah yang bersifat universal
berlaku untuk segala golongan, lintas aliran, karena saling maaf-memaafkan itu
berlaku umum. Siapa sih yang melarang orang saling maaf-memaafkan kecuali orang
gila. Kita tidak bisa melarang orang lain yang ingin memperkuat tali
silaturahmi yang terputus dengan cara saling memaafkan dan mengharmoniskan
kembali hubungan mereka.
Namun demikian, bagi umat islam, syawalan yang dimaknai sebagai
peningkatan itu tidak bisa dilepaskan dari tiga hal. Yaitu ; puasa ramadhan,
idul fitri, dan syawalan itu sendiri. Kita perlu menggali kembali
istilah-istilah tersebut agar memahami hakekat syawalan yang sebenarnya. Tidak
terjebak pada seremonial yang hampa makna. Apalagi hanya dijadikan ajang pamer
kekayaan bahwa mereka telah sukses dalam mengumpulkan materi dan harus
dikagumi.
Pertama ramadhan, secara etimologi ramadhan barasal dari akar
kata ramadha yang berarti panas yang menyengat. Kemudian, orang lebih
memahami secara metaforik (kiasan). Karena pada bulan ramadhan orang-orang
berpuasa, tenggorakannya terasa panas karena kehausan. Atau, diharapkan dengan
ibadah-ibadah di bulan ramadhan dosa-dosa terdahulu menjadi hangus terbakar dan
seusai ramadhan orang yang berpuasa menjadi suci.
Ramadhan memang bulan pensucian dari kotoran-kotoran atau
dosa-dosa. Bulan tarbiyah (pendidikan) dan pengendalian diri dengan berperang
mengendalikan hawa nafsu dengan tujuan mencapai derajat takwa. Orang-orang yang
berhasil dalam puasanya disebut orang-orang yang kembali suci, orang-orang yang
menang seperti doa ketika Idul Fitri.
تَقَبَّلَ
اللهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ جَعَلَنَا اللهُ وَ اِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَ
الْفَائِزِيْنَ كُلُّ عَامٍ وَّاَنْتُمْ بِخَيْرِ
Mudah-mudahan ibadah kita (selamat bulan ramadhan) diterima
Allah (sehingga) Allah menjadikan kita orang-orang yang menang dan kembali………
Kembali kemana? Untuk mengetahui tempat kembali kita harus
memahami kata fitrah. Ada tiga alternative makna fitrah yang nyambung
dengan Idul Fitri : kesucian, Diin atau agama, keadaan semula (keadaan seperti awal penciptaan sebagai makhluk
berTuhan), makan.
Dosa mengakibatkan manusia menjauh dari posisi semula sebagai
makhluk bertuhan, baik kedekatannya posisinya kepada Allah maupun sesama
manusia. Maka pada hari raya Idul Fitri kita kembali/kembali kepada Diin,
kembali kepada jalan Tuhan yaitu menjadi manusia bertakwa seperti
diperintahkanya ibadah puasa. Ketika bulan syawal tiba ditandai dengan takbir yang membahana. Selain pekikan takbir hendaknya dalam menapaki hidup ini setelah bulan ramadhan hendaknya selalu menganggungkan Allah. Artinya ajaran Allah hendaknya senantiasa menjadi pedoman dan menjadi prioritas utama dalam hidup ini, bukan hanya bertakbir sekedar mendapatkan pahala saja tetapi harus diimplementasikan dalam kehidupan. Itulah hakekat kesuciaan yang sebenarnya.
Jika diartikan kesucian, maka kita kembali suci seperti
jabang bayi yang terlahir dari perut ibu (untuk lebih lebih memahami hakekat
kesucian coba anda cermati metaphor bayi untuk kehidupan). Jika diartikan
seperti awal penciptaan, maka awal penciptaan manusia itu sebagai makhluk
berTuhan, makhluk religious, fitrah.
Pada hakekatnya kembali ke fitrah adalah kembali meniti jalan
Tuhan setelah selama sebelas bulan kita menjauh karena dosa-dosa yang telah
kita perbuat dan pada bulan syawal kita kembali lagi ke jalan Allah sebab pada
bulan ramadhan kita telah melakukan penyucian diri dengan melakukan
ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah.
Pada bulan ramadhan ibaratnya kita menenun pakaian, bukan
pakaian jasmani tetapi pakaian takwa karena tujuan syiam ramadhan adalah agar
kita bertakwa. Harapannya, pakaian yang kita tenun selama bulan ramadhan kita
kenakan pada kehidupan kita, bukan hanya terbatas pada Idul Fitri atau bulan
syawal. Benang-benang pakaian itu adalah : kesabaran, kemampuan menahan hawa
nafsu, kedermawanan, kerelaan untuk memaafkan orang lain, dan mental suka
berbuat baik karena menurut Islam orang yang paling baik itu adalah orang yang
suka berbuat baik kepada orang lain.
Itulah orang-orang yang bertakwa. Orang yang mau mengamalkan
perintah-perintah Allah dan mau menjauhi larangan-larangan Allah. Definisi itu
benar tetapi terlalu umum. Kita perlu mengetahu ciri-cirinya untuk lebih
memahami pengertian takwa. Salah satu firman Allah yang perlu kita cermati adalah
surat Alim Imran 133-134.
133. dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan
kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk
orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
Lebaran bukan dengan pakaian yang indah. Tetapi lebaran
adalah dengan perbuatan dan kelakuan yang indah. Ini bukan berarti kita
dilarang memakai pakaian indah pada hari raya. Allah indah dan Allah menyukai
keindahan. Allah senang Jika hambanya menampakkan nikmat-nikmat yang telah
dianugerahkannya kepada sang hamba. Menampakkannya dalam bentuk memakai
pakaian-pakaian indah. Bahkan Allah memerintahkan Untuk memakai pakaian indah
setiap akan shalat. Atau dimanapun kamu berada. Karena pakaian yang indah
disenangi bukan hanya oleh pemakainya tetapi juga oleh yang melihatnya.
Tetapi pada hakekatnya ketika kita beridul fitri kita mengenakan pakaian takwa. Pakaian yang
kita tenun selama bulan ramadhan. Pakaian yang mestinya kita pakai sepanjang saat
khususnya setelah kita menempa diri selama sebulan penuh dengan berpuasa.
Benang-benang pakaian takwa yang kita tenun itu adalah :
Kesabaran :
Puasa mengajarkan seseorang menjadi sabar. Orang selalu
berusaha untuk menahan diri mulai pagi sampai terbenam matahari. Bukan hanya
menahan diri dari makan, minum dan berhubungan sex tetapi juga memuasakan
seluruh anggota badan kita dari berbuat maksiat.
Kepatuhan
Puasa mendidik kita untuk menjadi orang yang patuh. Artinya,
tidak mau mencederai apa-apa yang menjadi peraturan. Kepatuhan itu menjadi hal
yang penting.
Kedermawanan
Puasa juga mendidik kita untuk menjadi orang yang dermawan.
Karena, orang yang berpuasa ikut merasakan bagaimana rasanya lapar dan haus.
Orang yang merasakan, lebih menghayati daripada sekadar melihat apalagi
mendengar. Nah, sikap-sikap terpuji ini --yang sebenarnya sifat-sifat yang
fitrah-- harus kita miliki setelah ibadah puasa kita laksanakan selama sebulan
penuh. Karena itu, kita kembali ke fitrah, kembali kepada kebaikan, dan
memiliki sifat-sifat terpuji.
Setelah Idul Fitri jangan sampai kita melepaskan Kendali ke
dalam hal-hal yang tidak diperkenankan oleh agama. Dengan memasuki bulan
syawal, yang artinya meningkat, diharapkan Kita meningkatkan kebaikan kita,
meningkat keindahan dan kebenaran kita, meningkat ilmu kita, meningkat
segala-galanya Itulah makna syukur kepada Allah dan makna Idul Fitri!
Pakaian jasmani memelihara kita dari sengatan panas dan
dingin. Tetapi pakaian rohani akan melindungi kita dari sengatan api dunia
maupun akherat. Kalau pakaian jasmani membedakan kita dari yang lain. Kalau
pakaian rohani membedakan kita dari yang muslim Dengan yang non muslim.
Seseorang yang memakai pakaian rohani dia akan selalu bersih
walapun miskin. Murah hati dan murah Tangan, tidak berjalan membawa fitnah,
tidak menuntut yang Bukan haknya dan tidak menahan hak orang lain. Kalau beruntung dia bersyukur, kalau ditegur
dia menyesal, Kalau diuji dia bersabar. Kalau dimaki dia tersenyum. Kalau Makian
anda benar semoga Tuhan mengampuniku jika makianmu Keliru semoga Tuhan
mengampunimu.
Nah, sebenarnya orang yang memiliki
mental seperti inilah orang-orang yang kembali kepada ajaran Allah. Dalam
menapaki hidup ini nafsunya selalu terkendalikan, dalam hidup mereka hakekatnya
adalah berpuasa!