Dalam setiap proses
pembelajaran, selalu akan ada tiga komponen penting yang saling terkait satu
sama lain. Tiga komponen penting itu adalah materi yang akan diajarkan, proses
mengajarkan materi dan hasil dari proses pembelajaran tersebut. Ketiga aspek
ini sama pentingnya karena merupakan satu kesatuan yang membentuk lingkungan
pembelajaran. Satu kesenjangan yang selama ini dirasakan dan dialami adalah
kurangnya pendekatan yang benar dan efektif dalam menjalankan proses
pembelajaran. Selama ini, di sekolah, para guru hanya terpaku pada materi dan
hasil pembelajaran. Mereka disibukkan oleh berbagai kegiatan dalam menetapkan
tujuan (kompetensi) yang ingin dicapai, menyusun materi apa saja yang perlu
diajarkan, dan kemudian merancang alat evaluasinya. Namun, ada satu hal penting
yang sering kali dilupakan, yakni bagaimana mendesain proses pembelajaran
secara baik agar bisa menjembatani antara materi (tujuan/kurikulum) dan hasil
pembelajaran.
Dalam
pembelajaran matematika, mendisain proses pembelajaran merupakan tantangan
untuk mencari dan memilih metode pembelajaran matematika yang menarik, mudah
dipahami siswa, menggugah semangat, menantang terlibat, dan pada akhirnya
menjadikan siswa cerdas matematika. Kurangnya kreatifitas guru dan kesalahan
memilih metode pembelajaran matematika akan membuat siswa kurang bergairah
dalam proses belajar mengajar dan akhir akan berpengaruh pada prestasi belajar
siswa.
Untuk meningkatkan hasil belajar tersebut banyak alternatif cara yang
bisa digunakan. Salah satu diantaranya adalah pendekatan pembelajaran
matematika realistik. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik (PMR)
merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang selalu menggunakan
masalah-masalah yang realistik. Kebermaknaan konsep matematika merupakan konsep
utama dari Pendidikan Matematika Realistik. Dalam proses belajar, hanya akan
terjadi jika pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi siswa. Suatu pengetahuan
akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam
suatu konteks atau pembelajaran menggunakan masalah realistik. Pembelajaran
akan bermakna jika siswa dapat mengkonstruk sendiri pengetahuannya.
Hal ini sesuai dengan karakteristik perkembangan anak yang masih
berada pada masa operasional konkret. Pada tahap ini, anak lebih mudah
mempelajari sesuatu yang nyata dan dapat ditemui dalam kehidupan mereka dan
masih kesulitan untuk dapat mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak, sehingga
diharapkan guru dapat menyampaikan matematika dengan diawali permasalahan yang
nyata atau kontekstual bagi siswa. Matematika sebelumnya dianggap sebagai suatu
mata pelajaran yang menjenuhkan, membosankan dan sulit bagi siswa. Pembelajaran
matematika realistik merupakan pembelajaran matematika berdasar pada ide bahwa
aktivitas manusia harus dihubungkan secara nyata. Dimana siswa mengkonstruk
sendiri pengetahuannya. Hal tersebut sesuai dengan teori kognitif bahwa
pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, tetapi belajar harus
dapat melibatkan siswa secara aktif mengalami sendiri secara realistik agar
dapat menentukan suatu konsep.