Ada yang mengatakan bahwa
lakukarya kita di dalam menapaki kehidupan ini merupakan cermin dari keluarga
kita. Dengan alasan, keluarga adalah dasar pembentukan kepribadian kita. Saya
kira kita sulit menolak pendapat ini, meskipun sejatinya banyak faktor lain
yang mempengaruhi pandangan dan sikap hidup seseorang. Namun demikian, siapa
sih yang menyangkal bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama
dan utama dalam masyarakat? Saya kira hal tersebut tidak berlebihan, karena di
keluargalah kita dilahirkan, berkembang menjadi dewasa sehingga sangat mungkin
bentuk dan cara pendidikan di dalam keluarga akan sangat berpengaruh terhadap
tumbuh dan berkembangnya watak kita, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap
manusia. Boleh dikatakan tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga
terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi
pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan.
Dalam pandangan Islam,
pembentukan kepribadian dan sosial anak memerlukan waktu dan tahapan yang
relatif panjang, dimulai sejak dalam kandungan. Pembentukan kepribadian berkait
erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Para ahli psikologi secara umum
berpendapat bahwa kepribadian adalah suatu mekanisme yang mengendalikan dan
mengarahkan sikap dan perilaku seseorang.
Apabila kepribadian anak kuat dan
memiliki sikap tegas, tidak akan mudah terpengaruh faktor-faktor negatif yang
datang dari luar, serta ia memilik tanggungjawab penuh terhadap ucapan dan
perbuatannya. Sebaliknya, apabila kepribadian seorang anak lemah, dia akan
mudah terkontaminasi berbagai faktor negatif.
Apabila norma agama banyak
berperan di dalam pembentukan kepribadian anak, tingkah lakunya tentu saja
sesuai dengan norma-norma agama. Di sinilah pentingnya pengalaman dan
pendidikan agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan kepribadian
seorang anak.
“Hai anakku, sesungguhnya jika
ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit
atau di bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya
Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman:16).
Demikianlah pendidikan Luqman
terhadap anaknya yang patut kita contoh, mulai dari penampilan pribadi Luqman
yang beriman, beramal saleh, besyukur kepada Allah, dan bijaksana dalam segala
hal. Luqman juga menanamkan secara khusus kesadaran dan pengawasan Allah,
sebagaimana tersirat dalam firman-Nya tersebut di atas.