Politik Jahiliyah adalah politik dusta dan sulit dipercaya. Tidak demi rakyat tetapi demi keuntungan pribadi dan kelompoknya. Menghalalkan segala cara, dan tidak perduli meskipun mereka menari-nari dan berpestapora di atas penderitaan orang lain.
Pagi menggunjing, siangnya memfitnah dan sorenya adu
domba. Sarapan paginya menggunjing,
makan siangnya fitnah, makan malamnya adu
domba. Dalam politik jahiliyah tidak ada
kawan yang abadi, tetapi yang ada hanyalah kepentingan abadi.
Di dalam Islam politik itu harus sesuai
dengan Al-Quran. Mengajak semua orang masuk surga, fi dunya khasana fil
akhirati khasanah. Surga dunia maupun akhirat. Di Indonesia mayoritas bergama
islam, bersatulah maka akan akan kuat. Jangan menjadi mayoritas yang
minoritas.Ibaratnya seperti empat ekor sapi yang menghadapi seekor singa,
sebenarnya empat ekor sapi itu jika bersatu mampu menghadapi singa. Namun,
karena keempat ekor sapi itu gontok-gontokan sendiri, maka mereka menjadi
mangsa singa.
Akhirnya, dengan penuh percaya diri dan
tanpa ragu-ragu lagi dia merealisasikan keinginannya itu. Maka ia terkam sapi
yang pertama. Melihat hal itu sapi yang ke dua, ke tiga dan ke empat berkata
dengan enteng, “tidak apa-apa asal bukan saya”. Besoknya diterkam lagi sapi
yang ke dua. Sapi ke tiga dan ke empat, berkata “Mampu lu rasai! asal bukan
saya!”. Di lain hari giliran sapi ke ketiga yang diterkam, sapi ke empat masih
bisa berkata, “silahkan, asal bukan saya!”. Barulah timbul penyesalan ketiga
giliran sapi keempat yang akan di terkam! Dalam hatinya berkata. “Ketika dulu
kami bersatu dan tidak berpecah-belah, tentu kami bisa melawan singa yang
biadab itu! Tapi sekarang apa daya, nasi telah menjadi bubur! Kekuatan saya
tidak berimbang dengan dia. Akhirnya ke empat sapi itu innalilah”.
Bagaimana politik Islam? Nasibnya akan
seperti sapi-sapi itu jika tidak bersatu. Bersatu kita teguh, bercerai kita
runtuh. Apakah kondisi politik umat islam seperti sapi-sapi itu? Silahkan di
teliti dan di analisa sendiri untuk dijadikan bahan instropeksi.