Wednesday, April 10, 2019

PERBEDAAN MERENUNG, MELAMUN DAN GELISAH


Apa perbedaan Merenung, Gelisah, dan Melamun?

Kita sering mendengar kata Merenung, Gelisah, dan Melamun. Saking seringnya sehingga kata-kata itu dianggap biasa dan tidak perlu dipikirkan terlalu mendalam. Padahal, antara perenungan, lamunan, dan kegelisahan memiliki perbedaan yang signifikan, dan seringkali bermain-main di dalam pikiran kita. Apa yang kita pikirkan akan menentukan apa yang akan kita lakukan. Oleh karena itu, perlu dipahami antara perenungan, lamunan dan kegelisahan agar kita tidak tersesat jalan karena menganggap lamunan sebagai perenungan.

Silahkan Anda mencari referensi sendiri untuk menjawab pertanyaan tersebut? Kita bebas dan berdaulat untuk menafsirkannya, asal bernilai positif, sesuai akal sehat, dan tentu saja bermanfaat. Namun, sebelum Anda mendapatkan referensi lain, saya akan menjawab sebatas kemampuan saya. Semoga ini menjadi pemicu dan pemacu untuk mencari jawaban lain.

Merenunng,Gelisah, dan Melamun

Merenung,melakukan pemikiran mendalam terhadap peristiwa untuk mendapatkan hikmah tertentu. Dimaksud dengan peristiwa, bisa sebuah cerita, analogi, anekdot, atau kejadian sehari-hari, atau apa saja yang dapat ditangkap oleh akal manusia. Jadi, merenung berbeda dengan melamun atau gelisah.

Apa untungnya melakukan perenungan? Kuncinya adalah ada hikmah yang kita dapatkan dari hasil pemikiran yang mendalam dari sebuah peristiwa yang akan langsung masuk ke dalam qolbu kita. Proses mendaptkan hikmah dari sebuah renungan adalah momen pencerahan yang tidak akan mudah dilupakan.

Melamun, memikirkan sesuatu dengan hati didominasi oleh hawa nafsu, tanpa menggunakan akal sehat. Berangan-angan yang bukan-bukan, berkhayal, atau berfantasi.
Gelisah, Tidak tenteram, selalu merasa khawatir, tidak tenang, cemas. Memikirkan sesuatu tanpa bisa menemukan jawabannya, takut dan resah tidak sesuai yang diharapkan dan tanpa ada penyelesaian.

Haruskah kita Merenung, Merenung dan Merenung?

Merenung terus tanpa mengejawantahkan dalam kenyataan, buah pikiran hasil perenungan itu akan menjadi mandul, tidak membuahkan apa-apa. Jika itu dipraktekkan sama bahanya dengan bekerja, bekerja, dan bekerja! Keduanya harus berimbang. Suatu perenungan jika sudah mendapatkan hikmah dan pencerahan harus segera dipraktikkan dalam kehidupan, jangan sampai hasilnya sia-sia tanpa membawa perubahan apa-apa!

Contoh perintah melakukan perenungan dalam Al-Qur’an:
Ali Imran : 190-191:
ž   
190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah)bagi orang-orang yang berakal.

191. (Yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),”Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka.


12. dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya), (An-Nahl : 12)

Banyak perumpamaan (analogi) dalam Al-Quran maupun Al-Hadits yang akan membawa kita menemukan banyak hikmah yang tiada ternilai harganya. Berikut ini adalah contoh analogi dalam hadits yang patut kita renungkan,

Perumpamaan Mukmin Bagaikan Bangunan
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain.” [Shahih Muslim No.4684]

Bagaikan Satu Tubuh

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]

Bagaikan Lebah

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ مَثَلُ النِّحْلَةِ ، إِنْ أَكَلَتْ أَكَلَتْ طَيِّبًا ، وَإِنْ وَضَعَتْ وَضَعَتْ طَيِّبًا ، وَإِنْ وَقَعَتْ عَلَى عُودِ شَجَرٍ لَمْ تَكْسِرْهُ

“Perumpamaan seorang Mukmin seperti lebah, apabila ia makan maka ia akan memakan suatu yang baik. Dan jika ia mengeluarkan sesuatu, ia pun akan mengeluarkan sesuatu yang baik. Dan jika ia hinggap pada sebuah dahan untuk menghisap madu ia tidak mematahkannya.” (HR. Al-Baihaqi].

Masih banyak yang lainnya, silahkan dicari sendiri dan direnungkan sebagai pelajaran kehidupan yang bermanfaat. Di sekitar kitapun banyak peristiwa sosial budaya yang dapat kita renungkan untuk diambil hikmahnya, atau kita juga bisa mendapatkan hikmah dari renungan-renungan yang sudah dilakukan oleh orang lain. Selamat mencoba. Mudah-mudahan Anda mendapatkan pencerahan dari hasil perenungan Anda!

Wallahu A’lam bi Showab!
Plaosan, Selasa 9 April 2019
Forum Tholabul ‘Ilmi

Friday, April 5, 2019

MAKNA KEHIDUPAN


 MAKNA KEHIDUPAN



Jadikanlah hidup Anda bermakna! Kita sering mendengar nasehat seperti itu meskipun dalam bahasa yang berbeda dan tentunya dalam perspektif yang berbeda-beda pula. Lantas, seperti apakah hidup yang bermakna itu? Apakah tolok ukurnya adalah kekuasaan yang kita dapatkan, popularitas, atau mungkin kesuksesan dalam mengumpulkan harta benda? Apa parameternya? Apakah kehidupan yang kita jalani selama ini tidak bermakna, atau justru sia-sia?
Bagi orang-orang yang beragama, hidup kita di dunia ini akan menentukan kehidupan abadi kita di akherat nanti. Oleh karena itu, jika kita salah memaknai hidup ini, kemudian kita hidup berdasarkan makna yang salah, maka sudah bisa ditebak kearah mana kita akan hidup? Biasanya mengedepankan hawa nafsu sebagai panglima kehidupannya.
Hidup itu tidak terjadi secara kebetulan, atau tidak ada dengan sendirinya. Oleh karena itu, mencari makna hidup adalah hal yang serius, bukan main-main. Salah satu cara yang paling aman dan dijamin benar adalah mencari makna hidup menurut yang memberi dan menciptkan kehidupan. Karena tidak ada yang lebih tahu tentang makna hidup ini kecuali Sang Pencipta kehidupan itu sendiri.
Ibarat suatu pabrik yang membuat produk tertentu, karena dia yang membuat produk tersebut, maka dialah yang paling tahu dan berhak membuat manual untuk mengetahui bagaimana cara memperlakukan produknya. Para user harus mengoperasikan produk tersebut berdasarkan manual yang dibuat oleh pabriknya jika menginginkan barangnya tidak rusak. Begitu juga dengan Allah yang menciptakan manusia, Allah tidak membiarkan manusia hidup tanpa pedoman. Allah mengutus para Rasul dengan satu kitab sebagai contoh kehidupan indah bagi umat manusia. Seyogyanya umat manusia mencari makna kehidupan berdasarkan Rasul sebagai uswatun khasanah (contoh kehidupan yang indah).



MENCARI MAKNA HIDUP YANG BENAR
2. Kitab(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[2:2],
Al-Qur’an adalah pedoman hidup untuk orang hidup bukan untuk orang mati. Tidak ada pemisahan antara kehidupan dunia dan akherat. Tidak ada pemikiran parsial yang membedakan urusan dunia dan urusan akhirat. Hidup dunia justru menjadi penentu bagaimana hidup kita di akhirat. Dunia adalah ladangnya akherat. Dunia adalah cerminnya akherat, jadi keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan. Dengan demikian, mencari makna hidup adalah titik kritis yang tidak boleh salah. Ini akan menentukan hidup Anda baik di dunia dan di akherat.
Mungkin dengan metode-metode mutakhir, kita akan menemukan berbagai metode menemukan makna hidup atau tujuan hidup. Kemudian, hal ini memberdayakan hidup kita, menjadi lebih sukses di dunia. Namun, kesuksesan dunia tidak ada artinya jika di akhirat menjadi manusia yang gagal.
Bolehkah kita mencari makna hidup dibawah bimbingan motivator? Tentu saja boleh, tetapi tentu saja Al-Quran dan sunnah Rasul harus menjadi rujukannya, karena dia adalah pembeda antara yang haq dan yang bathil. Sesungguhnya hanya kepada Tuhanmulah tempat kembali.
Untuk itu, dalam mencari makna hidup, kita harus bertanya: “apa itu hidup menurut Al Quran?”. Silahkan baca dan gali Al Quran dan Hadits. Silahkan meminta bimbingan ulama yang memahami tafsir Al Quran. Silahkan baca tafsir-tafsir Al Quran yang ditulis oleh ulama terpercaya.
Lalu Apa Makna Hidup Menurut Al Quran?
Sekali lagi, Anda bisa mendalami Al Quran untuk menemukan makna hidup yang sebenarnya. Berikut adalah beberapa pemahaman inti tentang makna hidup menurut Al Quran.
Pertama: Hidup Adalah Ibadah
Pada intinya, arti hidup dalam Islam ialah ibadah. Keberadaan kita dunia ini tiada lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Makna ibadah yang dimaksud tentu saja pengertian ibadah yang benar, bukan berarti hanya shalat, puasa, zakat, dan haji saja, tetapi ibadah dalam setiap aspek kehidupan kita.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS Adz Dzaariyaat:56)
Kedua: Hidup Adalah Ujian
Allah berfirman dalam QS Al Mulk [67] : 2 yang terjemahnya,
(ALLAH) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
Allah akan menguji manusia melalui hal-hal sebagai berikut sesuai dengan QS Al Baqarah [2]:155-156 sbb,
dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.”

Ketiga: Kehidupan di Akhirat Lebih Baik dibanding Kehidupan di Dunia
Dalam QS Ali ‘Imran [3]:14, “ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).“
QS Adh Dhuha [93]:4,
dan sesungguhnya hari kemudian (akhirat) itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).”
Keempat: Hidup Adalah Sementara
Dalam QS Al Mu’min [40]:39, Allah berfirman,
 “Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.“
Dalam QS Al Anbiyaa [21]:35,
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.“
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Agar Hidup Lebih Bermakna
Setelah Anda memahami makna hidup, maka langkah selanjutnya ialah menyelaraskan hidup dengan makna hidup tersebut. Inilah yang akan menjadikan hidup kita lebih bermakna. Jika kita salah memaknai hidup, maka apa makna yang bisa kita dapatkan dari hidup ini?
Menyelaraskan hidup dengan makna hidup diatas diantaranya dengan cara:
1. Jika hidup itu adalah ibadah, maka pastikan semua aktivitas kita adalah ibadah. Caranya ialah pertama selalu meniatkan aktivitas kita untuk ibadah serta memperbaharuinya setiap saat karena bisa berubah. Kedua, pastikan apa yang kita lakukan sesuai dengan tuntunan (ibadah mahdhah) dan tidak dilarang oleh syariat (ghair mahdhah).
2. Jika hidup itu adalah ujian, maka tidak ada cara lain menyelaraskan hidup kita, yaitu menjalani hidup dengan penuh kesabaran.
3. Jika kehidupan akhirat itu lebih baik, maka kita harus memprioritaskan kehidupan akhirat. Bukan berarti meninggalkan kehidupan dunia, tetapi menjadikan kehidupan dunia sebagai bekal menuju akhirat.
4. Jika hidup ini adalah sementara, maka perlu kesungguhan (ihsan) dalam beramal. Tidak ada lagi santai, mengandai-ngandai, panjangan angan-angan apalagi malas karena kita tidak hidup ini tidak selamanya. Bergeraklah sekarang, bertindaklah sekarang, dan berlomba-lombalah dalam kebaikan.
Mudah-mudahan usaha kita memahami makna hidup menjadikan hidup kita lebih bermakna.Wallahu A’lam bi Showab!