Wednesday, January 30, 2019

HARI ISTIMEWA


Ada yang berpendapat bahwa hari dan waktu itu itu sama. Bagi saya, hari dan waktu itu itu berbeda. Misalnya hari kemarin dan hari ini. Bedanya jelas, usia alam semesta ini sudah berkurang satu hari, dan usia kitapun sudah berkurang satu hari. Belum lagi peristiwa-peristiwa sosial budaya yang terjadi, tahun kemarin, jelas berbeda dengan hari ini. Contohnya sangat jelas dan Anda dapat merasakannya. Pada tahun 2019 ini suhu politik semakin panas karena sudah mendekati PILPRES berbeda dengan tahun lalu, meskipun panas tetapi tidak sepanas hari ini. Dan bagi anak-anak zaman old yang berkepala lima atau lebih, pasti juga tahu PILPRES sekarang dengan tahun delapan puluhan dulu jauh berbeda.



 
Adakah Hari Istimewa?
Tentu saja ada, tetapi sifatnya subyektif. Tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari istimewa bagi rakyat Indonesia, karena pada tanggal dan tahun itu diproklamasikan kemerdekaan NKRI. Bagi negara lain, misalnya Somalia, tanggal dan tahun itu biasa-biasa saja. Karena mungkin tidak ada peristiwa sejarah yang penting, atau satu tragedi yang dahsyat seperti di Hirosima ketika di bom atom misalnya.

Bagaimana dengan tahun baru?
Kalau melihat fenomena penyambutan tahun baru, tampaknya pergantian tahun itu dianggap sesuatu yang istimewa. Entah apa dasar dan alasannya sehingga mereka menyambut pergantian tahun dengan gegap gempita? Padahal, bagi saya pribadi, pergantian tahun tersebut justru membuat saya termenung, hati deg-degan, pikiran berjalan kesana-kemari mengembara merenungi diri karena jatah hidup kita sudah berkurang satu tahun. Apalagi di tahun baru bulannya pas dengan kelahiran saya sehingga kalau menurut ukuran umum tidak ada alasan untuk tidak mengistimewakannya. Tetapi, haruskah mengistimewakan sesuatu itu selalu dilakukan dengan hura-hura? Kan bisa juga mengistimewakan itu bisa dengan mentertawai, merenungi, atau bahkan menangisi …! Menurut standar para cerdik-pandai, pergantian tahun itu hendaknya dijadikan momen untuk muhasabah sehingga akan muncul satu titik cahaya pencerahan mengenai hakekat kehidupan yang sebenarnya. Mungkin bisa satu pertenyaan yang menggelitik dan mendebarakan, sudah siapkah jika sewaktu-waktu Allah memanggil kita? Sudah cukupkah bekal yang kita kumpulkan untuk menghadap Allah? Atau, justru diusia yang makin menua ini kita lebih banyak menumpuk dosa-dosa dibandingkan tahun kemarin?

Bagaimana dengan hari ulang tahun?
Hari ulang tahun sebenarnya sangat penting karena hari itu merupakan peristiwa kelahiran kita. Pada tanggal, bulan, dan tahun itulah kita terlahir dana mulai menapakkan kaki mengukir sejarah menempuh ujian untuk memasuki kehidupan abadi di akherat nanti.

Agaknya penting untuk diperhatikan nasehan-nasehat para cerdik pandai agar kita bermuhasabah, merenungi diri untuk menemukan pencerahan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan selanjutnya. Bukan berpestapora dan berhura-hura! Mungkin kita dianugerahi kenikmatan-kenikmatan duniawi yang berlebih oleh Tuhan. Akan lebih baik jika kita sisihkan sebagian kenikmatan tersebut untuk orang lain yang lebih membutuhkan.

Nah, pada hari istimewa ini, tepatnya tanggal 12 Januari 1019 sayapun ingin berbagi dengan Anda. Tetapi jangan menduga saya akan berbagi duit, karena kebetulan duit saya sampai detik ini belum layak untuk dibagi-bagikan. Apalagi untuk nyaleg … ha ha ha, masih sangat kurang!

Sebagai ungkapan rasa syukur atas kenikmatan-kenikmatan yang dianugerahkan Allah SWT, saya ingin berbagi aplikasi bagi teman-teman yang membutuhkan. Mungkin ini kedengarannya aneh, tetapi itulah yang saya punya, meskipun aplikasi itu cuma sederhana. Aplikasi yang saya buat itu saya beri nama Kamus Pintar_052, sebuah aplikasi pembuat kamus yang dapat Anda manfaatkan untuk membantu pekerjaan Anda. Jika Anda tertarik, silahkan Klik link berikut untuk mengunduh Aplikasi tersebut Mudah-mudahan bermanfaat bagi Anda!





Monday, January 21, 2019

POLITIK MALING DURIAN


 TEORI POLITIK MALING DURIAN


Bagi anak-anak zaman now barangkali tidak femiliar dengan kenakalan anak-anak zaman old yang suka mencuri durian tetangga dengan taktik dan strategi yang brilant tetapi sangat gampang dilakukan.

 

Caranya mudah, tidak usah menggunakan teknologi canggih dan berbiaya mahal, tetapi lempar saja batu, pasti siempunya pohon durian akan keluar mengambil durian yang dikiranya jatuh. Lempar lagi, lempar lagi, dan lempar lagi hingga siempunya pohon tidak percaya lagi bahwa sesuatu yang jatuh itu adalah durian!

 

Ketika durian beneran giliran yang jatuh, siempunya pohon sudah mengalami krisis kepercayaan. Bukan rasa gembira dan penuh harap mendapatkan durian yang jatuh yang muncul dihatinya, tetapi justru rasa marah dan mangkel melihat kenakan anak-anak yang sedang mempermainkan dirinya.

 

Saat itulah anak-anak nakal yang menjadi biang kerok menikmati hasilnya. Mereka berpesta durian sambil tertawa-tawa, menikmati lezatnya durian sembari mentertawakan siempunya pohon durian yang berhasil dia tipu.

 

Masih adakah kenakalan seperti itu dizaman now? Barangkali dipelosok-pelosok sana masih ada, atau mungkin sudah tidak ada lagi. Karena pohon durian sekarang tidak tinggi sehingga tidak perlu menggunakan batu untuk mencurinya. Atau, mungkin yang dilempar-lempar itu bukan batu lagi tetapi sesuatu yang lain dengan maksud menipu. Misalnya berita-berita hoak yang sekarang sedang naik daun dan bertebaran di dunia medsos.

 

Pelakunya tentu saja bukan anak-anak nakal lagi, tetapi bapak-bapak nakal yang haus tahta, harta, dan wanita! Demi hajatnya mereka menghalalkan segala cara, tanpa memikirkan orang-orang yang menderrita karena ulahnya.

 

Batu yang dulu dijadikan alat menipu oleh anak-anak nakal, barangkali sekarang sudah berubah menjadi berita-berita hoak. Dilempar, dilempar, dan terus dilempar. Reaksinya mungkin seperti siempunya pohon durian yang mengira duriannya jatuh. Berlari-lari keluar dengan penuh harap ingin mengambil durian. Sipenerima berita hoakpun akan mengira berita itu beneran, dan ternyata cuma bohong. Dan pelemparan itu dilakukan berulang_ulang hingga sipenerima berita hoak seperti siempunya pohon durian, mengalami krisis kepercyaan. Nah, disaat-saat seperti itulah pencurian yang sesungguhya terjadi.

 

Barangkali bagi para pelaku pencurian hal itu dianggap biasa-biasa saja, boleh jadi kelucuan-kelucuan yang terjadi mereka anggap sebagai hiburan yang menyenangkan, mungkin mereka akan melihat dari kejauhan sembari tertawa menyaksikan kegaduhan yang mereka ciptakan.  Masalah harta, mereka berlebihan karena mampu membayar para pelempar berita hoak.

 

Bagi rakyat kebanyakan yang rata-rata hidup seninkemis dan berhati baik cukup dilempar beberapa kali lemparan mereka sudah mengalami krisis kepercayaan. Apalagi isu-isu lain membombardir mereka sehingga mereka akan lupa dengan berita hoak yang mereka terima. Pada saat seperti itulah moment yang pas bagi para maling untuk melaksanakan hajatnya. Disaat rakyat hingar-bingar, riuh-rendah, hiruk-pikuk, membicarakan dan mendiskusikan isu baru yang dilempar, para maling dengan aman damai dan terkendali mulai beraksi!

Thursday, January 3, 2019

MEMAKNAI TAHUN BARU 2019


Kini kita telah memasuki tahun baru, tahun 2018 telah berganti tahun 2019. Pergantian tahun biasanya disambut dengan gegap-gempita. Malam itu seperti hari raya saja layaknya, kembang api dan mercon menerangi langit dan suaranya memecahkan keheningan malam. Entah berapa anggaran yang dikeluarkan untuk menyambut tahun baru itu? 



Bagi umat islam, sebenarnya setiap hari adalah tahun baru dan harus senantiasa memperbaharui diri. Karena, barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin mereka termasuk orang-orang yang rugi, dan siapa yang hari ini lebih buruk dari pada hari kemarin, maka dia orang-orang yang terlaknat, dan barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang-orang yang beruntung.

Satu hal yang patut direnungkan adalah bahwa jatah hidup kita kian hari kian berkurang. Sudahkah tanggungjawab yang dipikulkan Tuhan kepada kita dapat kita penuhi. Atau, kita justru telah menyia-nyiakan dan menyepelekannya? Atau, apakah kita justru telah melupakan Tuhan? Sehingga kita berbuat semau-maunya dan membikin kerusakan di permukaan bumi ini.

Bagi para pemimpin, sudahkan amanat yang diberikan oleh rakyat dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata? Atau, justru kebohongan-kebohongan makin bertumpuk-tumpuk sehingga makin menyengsarakan rakyat. Jika tidak mau bertobat maka tunggulah pengadilan Tuhan Yang Maha Adil. Waktu sudah semakin dekat, karena pada hakekatnya, tiap pergantian detik, menit, jam, hari, bulan, dan tahun jatah kita semakin berkurang. Itu artinya pertemuan kita dengan Tuhan sudah semakin dekat.

Hal kedua yang patut kita garis bawahi dan kita lakukan adalah mensyukuri nikmat-nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Barang siapa yang mau bersyukur maka Allah akan melipatgandakan kenikmatan yang diberikan-Nya, sebaliknya kalau kita kufur maka sesungguhnya adzab Allah sangat pedih.

Bersyukur tidak cukup hanya mengucapkan Alhamdullilah, tetapi harus mau menggunakan nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah untuk berlakukarya seperti apa yang dikehendaki oleh Allah. Bahasa agamanya harus menggunakan apa yang dianugerahkan oleh Allah untuk berbuat taat kepada-Nya.

Bagi umat islam, bersyukur itu tidak hanya satu tahun sekali karena pada hakekatnya nikmat-nikmat yang dianugerahkan oleh Allah itu tidak dapat kita hitung, saking banyaknya. Tidak harus menunggu satu tahun, tiap haripun kita diperintahkan untuk bersyukur. Setiap habis shalat kita diperintahkan untuk mengucapkan tahmid, tasbih dan takbir. Belum lagi kalau kita mendapatkan kenikmatan-kenikmatan yang tidak terduga, baik bersifat materi  mupun non-materi.

Permasalahanya, sudahkan  kita menindaklanjuti ucapan-ucapan syukur yang sering kita ucapkan menjadi kenyataan, menggunakan kenikmatan-kenikmatan yang kita dapatkan untuk berbuat taat kepada Allah? Bagi para pemimin, dalam segala level, sudahkah janji-janji yang mereka umbar dulu sudah diujudkan menjadi kenyataan?



Selamat tahun baru, bagi yang merayakannya. Mudah-mudahan hari ini kita lebih baik dari hari kemarin!