Saturday, October 5, 2019

KETIMPANGAN


Lawan dari keseimbangan adalah ketimpangan. Salah satu alternatif makna kata timpang, dalam KBBI, adalah tidak seimbang; ada kekurangan (ada cela); berat sebelah. Ketimpangan jika dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan carut marut di dalam kehidupan. Seperti telah kita bicarakan dalam postingan sebelumnya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta ini dengan perhitungan yang sangat seimbang. Misalnya dalam sistem tata surya kita, dimana matahari beredar pada porosnya dikelilingi planet-planet yang diikat oleh gaya tarik Matahari. Antara planet yang satu dengan yang lainnya punya jalur edar sendiri-sendiri dan tidak saling berbenturan, yang semua itu bisa terlaksana hanya dengan rumusan yang sangat seimbang. Begitu juga dengan benda-benda angkasa yang lainnya.


Sebenarnya kondisi keseimbangan alam organis tersebut jika kita perhatikan merupakan ungkapan budaya bagi manusia. Sehingga keseimbangan itu juga berlaku pada kehidupan sosial budaya manusia. Kita sepakat bahwa setiap agama, atau setiap orang yang berpikiran waras, selalu mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang baik dan keseimbangan hidup. Agama selalu memerintahkan untuk berlaku adil, tidak membeda-bedakan status, menghormati terhadap sesama manusia, saling menyayangi, menolong mereka yang membutuhkan dan melindungi mereka yang lemah. Setiap agama dan orang-orang yang berpikiran waras juga melarang perilaku serakah, menimbun-nimbun harta, merugikan orang lain. Sewenang-wenang, egois, menindas sesama manusia, merusak lingkungan, dll. Tuhan berharap bahwa dengan berpegang pada ajaran-Nya, manusia bisa hidup selaras dan seimbang terhadap sesama manusia maupun alam disekelilingnya, sehingga tercipta kondisi kehidupan yang saling menyayangi, sejahtera, teratur, bersih, bagaikan taman surga yang demikian indah.

Namun, sifat buruk manusia, seperti serakah, iri, dengki, dendam, egois dan lain-lain biasanya lebih dominan. Mereka dengan berbagai cara berusaha melanggar, menafsirkan, menghapus, bahkan merubah-rubah aturan Tuhan untuk mendapatkan status yang tinggi, kekayaan yang berlimpah, dan kekuasaan yang memabukkan dalam kehidupan ini.

Tuhan melarang manusia menimbun-nimbun harta  (AQ, surat Humazah 1-3), serta memerintahkan kepada manusia untuk melindungi dan mensejahterakan anak-anak yatim dan fakir miskin (Al-Ma’uum, 1-3). Namun, apa yang terjadi? Sebagian besar manusia justru berlomba-lomba memperkaya diri dan tidak mau tahu terhadap mereka yang kekurangan.


Karena keterbatasan kemampuan fisik manusia dewasa yang secara umum tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya, maka kelebihan harta secara mencolok yang diperoleh atas usaha/kerja seseorang berarti ada pihak lain yang dirugikan. Dengan kata lain, kekayaan yang berlimpah dari seseorang adalah hasil kontribusi orang lain yang tidak mendapatkan bagian secara adil, yang berarti, ada penindasan sebagian manusia terhadap sebagian manusia lainnya. Kenyataan tersebut yang menyebabkan kesenjangan, yakni sebagian kecil manusia hidup dalam kondisi yang berlebihan, dan mayoritas manusia hidup dalam kondisi pas-pasan dan kekurangan, sehingga kehidupan tidak lagi berjalan selaras dan harmonis, tetapi penuh gejolak dan bencana.

Tuesday, October 1, 2019

MENJAGA KESEIMBANGAN


Menjaga Keseimbangan




"Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin, tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan". (Q.S. Luqman : 20)

Allah menciptakan makhluk-Nya dalam bentuk yang berbeda-beda, baik bentuk fisik, tingkah laku, tabiat, dll. Tidak dapat dihindari, dalam keragaman tersebut mereka saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Adakalanya keburukan mendapatkan angin, tetapi suatu saat bisa jadi kebaikan mendominasi. Tentu saja pengaruh yang kita harapkan adalah pengaruh yang baik, yang dapat meningkatkan kwalitas budaya manusia sehingga alam raya ini menjadi lestari dan tercegah dari kerusakan yang diakibatkan oleh tangan-tangan manusia. Sebaliknya, pengaruh yang buruk akan membawa kerusakan dan kehancuran.


"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."
 (Q.S. Qomar : 49).

Sungguh Allah menciptakan segala sesuatu itu dengan ukuran masing-masing, ada takdirnya masing-masing, artinya segala sesuatu itu satu dengan yang lainnya memiliki ukuran yang berbeda. Tidak ada satupun ciptaan Allah itu yang takdirnya persis sama. Begitu juga halnya dengan manusia, selalu ada kelebihan dan kekurangannya. Allah `azza wa jalla.


"Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya." (Q.S. Al Isra : 21)




Bayangkan jika seluruh makhluk ciptaan Allah itu persis sama! Dapatkah alam raya ini bergerak? Atau jika manusia itu kondisinya sama persis, dapatkah kehidupan ini berjalan? Perbedaan itu adalah fitrah dan yang menggerakkan dinamika kehidupan ini. Hanya saja jika perbedaan-perbedaan itu tidak dikelola dengan baik justru akan menimbulkan kerusakan di permukaan bumi ini. Keseimbangan merupakan kunci agar kehidupan ini berjalan dengan baik.




Tuhan menciptakan alam semesta ini dengan satu perhitungan yang sangat seimbang. Kenyataan tersebut dapat kita lihat misalnya dalam sistem tata surya, dimana Matahari berputar pada porosnya dikelilingi planet-planet yang diikat oleh gaya tarik Matahari. Antara satu planet dengan planet yang lain punya jalur edar sendiri dan tidak saling berbenturan, yang semua itu hanya bisa dilakukan dengan rumus yang sangat seimbang. Demikian pula pada rotasi bumi atau peredaran bumi pada porosnya. Rotasi bumi menghasilkan gaya grafitasi yang mampu menahan komponen-komponen yang menempel di muka bumi sehingga tidak tumpah atau melayang di udara. Rotasi bumi juga menghasilkan pergantian siang dan malam atau gelap dan terang. Siang hari umumnya digunakan untuk berafktivitas, sedangkan malam untuk istirahat.
Bukti keseimbangan yang lain adalah bentuk ekosistem kehidupan di bumi, dimana terjadi saling ketergantungan antara satu organisme dengan organisme yang lain membentuk jaring-jaring kehidupan dan rantai makanan. Diciptakannya dua jenis makhluk hidup, laki-perempuan, jantan-betina juga merupakan bagian dari bentuk keseimbangan ciptaan Tuhan.

Demikianlah seharusnya manusia menata kehidupan ini. Menegakkan keseimbangan dan menjauhi ketimpangan-ketimpangan yang akan mengakibatkan malapetaka bagi manusia. 

Berbeda dengan makhluk-makhluk lain, manusia diberi kebebasan beralternatif oleh Tuhan. Tetapi, tentu saja alternatif pilihannya itu akan memberi konsekuensi masing-masing. Manusia dengan akalnya, jika tidak dibimbing oleh wahyu Ilahi, justru telah menciptakan kehancurannya sendiri. Dengan merusak keseimbangan yang telah ditakdirkan oleh Tuhan, setapak demi setapak kehancuranpun mulai terjadi. Kehancuran tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui proses dan tahapan yang sangat panjang. Wallahu a’alam bis showab!