Friday, November 1, 2013

Hidup Seperti Lebah

CONTOH KEHIDUPAN YANG MULIA



Pada postingan yang lalu kita telah membicarakan binatang-binatang yang tidak patut kita teladani, karena memberikan cerminan negative  bagi kehidupan manusia. Meskipun binatang tersebut adalah baik karena mereka memang sudah ditakdirkan oleh Allah hidupnya seperti itu. Jadi, artinya mereka selalu hidup tunduk dan taat kepada Allah. Berbeda dengan manusia, binatang tidak bisa memilih seperti manusia, karena binatang bukan makhluk alternative seperti manusia. Allah memberikan dua jalan, apakah manusia ingin hidup patuh dan taat dengan ajaran Allah, atau ingin membangkang dipersilahkan. Tentu saja masing-masing pilihan itu akan memberikan konsekuensi tersendiri, akan memberikan kepastian terakhir menurut pilihan masing-masing. Bagi manusia yang mau hidup taat akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun diakherat, sebaliknya bagi para pembangkang akan mendapatkan adzab baik di dunia maupun di akherat.

Kita disuruh untuk memikirkan alam ini, baik pasti alam maupun budaya, untuk diambil pelajarannya. Bagi orang-orang beriman seluruh kejadian ini tidak ada yang sia-sia, dan mereka selalu dapat mengambil hikmah dibalik semua itu. Termasuk binatang dan kehidupannya, semua itu dapat dijadikan sebagai metafor-metafor kehidupan. Perhatikan, di dalam Al Quran sering menggunakan binatang untuk memberikan pangajaran kepada manusia. Misalnya lebah. Atau dalam menggambarkan calon-calon penghuni neraka, dimana mereka digambar seperti orang-orang yang memiliki sifat binatang ternak seperti yang termaktub dalam surat Al A’raf 179:

179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Pada postingan yang lalu kita telah membicarakan nasib sapi yang selalu diekspolitasi, diperas tenaganya, dikerangkeng untuk diambil susu dan dagingnya. Kita juga telah berbicara tentang nyamuk binatang kecil yang sangat menjengkelkan. Pekerjaannya selalu membikin bising, menghisap darah dan menyebarkan penyakit. Ada lagi binatang kecil yang menjengkelkan, yaitu lalat. Seburuk-buruk manusia adalah yang hanya sibuk mencari aib/kekurangan orang-orang….inilah karakter lalat yang suka pada tempat-tempat yang busuk. Seperti lalat yang hanya memperhatikan bagian luka. Selalu saja matanya tertarik dengan melihat keburukan... Maka tidaklah ia memandang kecuali perbuatan buruk dan kesalahan…Tidaklah matanya melihat kecuali keburukan-keburukan kita. 

Atau kita ingin hidup seperti laba-laba? Dalam hidupnya, laba-laba adalah binatang yang terlihat seram dan menakutkan, juga penipu dan pemalas. Banyak binatang lainnya takut untuk mendekat padanya. Ia memiliki kemampuan membangun sarang dengan membuat jaring-jaring seluas apapun yang diinginkannya, tetapi ia menjadikan jaring-jaring itu untuk menjebak mangsanya. Yang kemudian, hanya dengan menunggu ia pun berhasil mendapat mangsa untuk ia lahap sebagai santapan. Binatang apapun yang tersangkut di jaringnya, pasti akan binasa. Sebesar apapun jaring-jaring yang dibuatnya, tidaklah memiliki manfaat apapun untuk makhluk di sekitarnya. Bahkan, meski tampak kokoh, ternyata jaring laba-laba sangatlah rapuh.


Ternyata selain binatang yang tidak patut kita tauladani, ada juga makhluk yang patut kita tiru perilakunya.
Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar).

Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peranan dan tugas apa pun yang dia pikul akan selalu membawa manfaat dan maslahat(kebaikan) bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”

Untuk menjadikan kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera sangat memerlukann manusia-manusia seperti itu. Dalam keadaan apa sekalipun, dia akan membuat yang terbaik; apa pun peranan dan tugas yang diberikannya, dia akan menjadi manusia dan keadaan di sekelilingnya menjadi bahagia dan sejahtera.

Maka, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah.

Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)

Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang mukmin, contohnya seperti ini:

Hinggap di tempat yang bersih dan menghirup  yang bersih saja. Lebah hanya hinggap di tempat-tempat terpilih saja. Lebah sangat jauh berbeda dengan lalat. Lalat sangat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih yang mengandung bahan madu atau nektar.Mengeluarkan yang bersih

Mengeluarkan yang bersih. Siapa yang tidak tahu madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat yang banyak untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Lebah sangat kaya dengan kebaikan, sedangkan dari organ tubuh pada binatang lain, mereka hanya mengeluarkan sesuatu yang menjijikan. Begitu juga seorang mukmin, kita haruslah menjadi manusia yang produktif dengan kebaikan. Segala yang keluar dari dirinya seharusnya adalah kebaikan. Hatinya bersih jauh dari prasangka buruk, iri, dengki. Lidahnya tidak tajam menyakiti orang lain, dan tidak akan pernah mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik-baik. Tidak menindas dan menari-nari di atas kesengsaraan orang lain seperti melakukan korupsi yang marak akhir-akhir ini. Jika diberi amanah berupa kekuasaan akan menggunakan kekuasaan tersebut untuk sebesar-besarnya kemanfaat manusia.

Tidak membuat kerusakan. Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan kerusakan di muka bumi. Bahkan selain diperintahkan untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi, mereka juga harus beramar ma’ruf nahi munkar!  


Bekerja keras. Lebah adalah termasuk binatang pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? Kerja keras dan semangat pantang mundur itu lebih-lebih lagi dituntut lagi dalam menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang ramai manusia yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya rugi dalam menegakkan keadilan.  


Suka Bergotong-royong. Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman.   

Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu. Lebah tidak pernah memulai serangan. Ia akan menyerang hanya manakala apabila terasa diganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.
 
Itulah beberapa karakter lebah yang patut kita tiru. Jika para pemimpin kita dan rakyat berperilaku seperti lebah, niscaya bangsa yang kita cintai ini akan dapat menjadi bangsa yang adil makmur saling menghamburkan kasih-sayang. Korupsi akan teratasi, dan segala penyakit social akan hilang dari bumi pertiwi ini! Amiin!

diambil dari berbagai sumber




 


 





 


 
 
 


 
  

 




 
 
 
 

No comments:

Post a Comment