CONTOH KEHIDUPAN YANG MULIA
Pada postingan yang lalu kita
telah membicarakan binatang-binatang yang tidak patut kita teladani, karena
memberikan cerminan negative bagi
kehidupan manusia. Meskipun binatang tersebut adalah baik karena mereka memang
sudah ditakdirkan oleh Allah hidupnya seperti itu. Jadi, artinya mereka selalu
hidup tunduk dan taat kepada Allah. Berbeda dengan manusia, binatang tidak bisa
memilih seperti manusia, karena binatang bukan makhluk alternative seperti
manusia. Allah memberikan dua jalan, apakah manusia ingin hidup patuh dan taat
dengan ajaran Allah, atau ingin membangkang dipersilahkan. Tentu saja
masing-masing pilihan itu akan memberikan konsekuensi tersendiri, akan
memberikan kepastian terakhir menurut pilihan masing-masing. Bagi manusia yang
mau hidup taat akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun diakherat,
sebaliknya bagi para pembangkang akan mendapatkan adzab baik di dunia maupun di
akherat.
Kita disuruh untuk memikirkan
alam ini, baik pasti alam maupun budaya, untuk diambil pelajarannya. Bagi
orang-orang beriman seluruh kejadian ini tidak ada yang sia-sia, dan mereka
selalu dapat mengambil hikmah dibalik semua itu. Termasuk binatang dan kehidupannya,
semua itu dapat dijadikan sebagai metafor-metafor kehidupan. Perhatikan, di
dalam Al Quran sering menggunakan binatang untuk memberikan pangajaran kepada
manusia. Misalnya lebah. Atau dalam menggambarkan calon-calon penghuni neraka,
dimana mereka digambar seperti orang-orang yang memiliki sifat binatang ternak
seperti yang termaktub dalam surat Al A’raf 179:
179. Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lalai.
Pada postingan
yang lalu kita telah membicarakan nasib sapi yang selalu diekspolitasi, diperas
tenaganya, dikerangkeng untuk diambil susu dan dagingnya. Kita juga telah
berbicara tentang nyamuk binatang kecil yang sangat menjengkelkan. Pekerjaannya
selalu membikin bising, menghisap darah dan menyebarkan penyakit. Ada lagi
binatang kecil yang menjengkelkan, yaitu lalat. Seburuk-buruk manusia adalah yang hanya sibuk mencari
aib/kekurangan orang-orang….inilah karakter lalat yang suka pada tempat-tempat
yang busuk. Seperti lalat yang hanya memperhatikan bagian luka. Selalu saja
matanya tertarik dengan melihat keburukan... Maka tidaklah ia memandang kecuali
perbuatan buruk dan kesalahan…Tidaklah matanya melihat kecuali
keburukan-keburukan kita.
Atau kita ingin hidup seperti laba-laba? Dalam hidupnya,
laba-laba adalah binatang yang terlihat seram dan menakutkan, juga penipu dan
pemalas. Banyak binatang lainnya takut untuk mendekat padanya. Ia memiliki
kemampuan membangun sarang dengan membuat jaring-jaring seluas apapun yang
diinginkannya, tetapi ia menjadikan jaring-jaring itu untuk menjebak mangsanya.
Yang kemudian, hanya dengan menunggu ia pun berhasil mendapat mangsa untuk ia
lahap sebagai santapan. Binatang apapun yang tersangkut di jaringnya, pasti
akan binasa. Sebesar apapun jaring-jaring yang dibuatnya, tidaklah memiliki
manfaat apapun untuk makhluk di sekitarnya. Bahkan, meski tampak kokoh,
ternyata jaring laba-laba sangatlah rapuh.
Ternyata selain binatang yang
tidak patut kita tauladani, ada juga makhluk yang patut kita tiru perilakunya.
Rasulullah
saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman
itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap
di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar).
Seorang mukmin adalah manusia
yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki
keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada,
kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peranan dan tugas apa pun yang dia
pikul akan selalu membawa manfaat dan maslahat(kebaikan) bagi manusia lain.
Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak
memberikan manfaat bagi manusia lain.”
Untuk menjadikan
kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera sangat
memerlukann manusia-manusia seperti itu. Dalam keadaan apa sekalipun, dia akan
membuat yang terbaik; apa pun peranan dan tugas yang diberikannya, dia akan
menjadi manusia dan keadaan di sekelilingnya menjadi bahagia dan sejahtera.
Maka, sifat-sifat yang
baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya
dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang
dimiliki oleh lebah.
Tentu saja, sifat-sifat
itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan
(mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di
pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah
dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah
dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang
bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi
manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)
Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang
seharusnya dilakukan oleh seorang mukmin, contohnya seperti ini:
Hinggap
di tempat yang bersih dan menghirup yang bersih saja. Lebah hanya hinggap di
tempat-tempat terpilih saja. Lebah sangat jauh berbeda dengan lalat. Lalat
sangat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau
busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau
tempat-tempat bersih yang mengandung bahan madu atau nektar.Mengeluarkan yang bersih
Mengeluarkan yang bersih. Siapa yang tidak tahu
madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat yang banyak untuk kesehatan
manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu
keistimewaan lebah. Lebah sangat kaya dengan kebaikan, sedangkan dari organ tubuh
pada binatang lain, mereka hanya mengeluarkan sesuatu yang menjijikan. Begitu
juga seorang mukmin, kita haruslah menjadi manusia yang produktif dengan
kebaikan. Segala yang keluar dari dirinya seharusnya adalah kebaikan. Hatinya
bersih jauh dari prasangka buruk, iri, dengki. Lidahnya tidak tajam menyakiti
orang lain, dan tidak akan pernah mengeluarkan kata-kata kecuali yang
baik-baik. Tidak menindas dan menari-nari di atas kesengsaraan orang lain
seperti melakukan korupsi yang marak akhir-akhir ini. Jika diberi amanah berupa
kekuasaan akan menggunakan kekuasaan tersebut untuk sebesar-besarnya kemanfaat
manusia.
Tidak membuat kerusakan. Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini,
lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah
seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan kerusakan di muka bumi. Bahkan
selain diperintahkan untuk tidak membuat kerusakan di muka bumi, mereka juga
harus beramar ma’ruf nahi munkar!
Bekerja keras. Lebah adalah termasuk binatang pekerja keras. Ketika muncul
pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik
sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan
larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh
semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin
untuk bekerja keras? Kerja
keras dan semangat pantang mundur itu lebih-lebih lagi dituntut lagi dalam
menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang ramai manusia yang cinta keadilan,
namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika
dirinya rugi dalam menegakkan keadilan.
Suka Bergotong-royong. Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri.
Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas
sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan
memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya,
seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh
binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang
teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang
beriman.
Tidak pernah melukai
kecuali kalau diganggu. Lebah tidak pernah memulai serangan. Ia akan menyerang hanya
manakala apabila terasa diganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan
“kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh
pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada,
tidak lari.
Itulah beberapa karakter lebah yang patut kita tiru. Jika para
pemimpin kita dan rakyat berperilaku seperti lebah, niscaya bangsa yang kita cintai
ini akan dapat menjadi bangsa yang adil makmur saling menghamburkan
kasih-sayang. Korupsi akan teratasi, dan segala penyakit social akan hilang
dari bumi pertiwi ini! Amiin!
diambil dari berbagai sumber
No comments:
Post a Comment