Tuesday, December 3, 2013

Presiden Indonesia 2014



Tahun 2014 yang akan kita masuki bakal menjadi momen penting bagi perjalanan bangsa dan Negara. Pada tahun itu, rakyat Indonesia punya gawe besar: pesta demokrasi! Meski PEMILU untuk memilih presiden secara langsung masih jauh, tetapi sudah beredar kencang para nominator calon presiden. Bak gayung bersambut, sang calonpun sudah mulai berkampanye, baik secara terselubung maupun secara terang-terangan. Aneka pencitraanpun telah mereka lakukan untuk menarik simpati public.


 Kayak apa sih calon presiden yang tepat untuk memimpin negeri yang banyak dirundung masalah ini? Barangkali itulah yang menjadi pertanyaan public. Siapa capres favorit yang mumpuni yang benar-benar membawa pencerahan. Banyak kriteria-kriteria pemimpin yang dilontarkan dengan maksud memberi pendidikan politik, atau dengan motivasi mempengaruhi pembaca agar mau memilih CAPRES yang mereka dukung.

Ada belasan alasan yang dilontarkan mengapa orang memilih capres. Antara lain soal pendidikan, pengalaman, dan track recordnya di masyarakat. Ada pula yang mendasarkan pilihannya pada statement sang kandidat presiden itu.

Semua itu sah-sah saja. Namun rasanya kurang afdol jika kita tidak menyimak visi dan misi mereka secaraa detail. Sebab, bukan rahasia lagi jika public telah muak melihaat pencitraan yang sekarang ini sedang naik daun dikalangan elite politik kita. Sebenarnya kiat dan program apa yang mereka lakukan jika kelak menjadi presiden. Misalnya, bagaimana mengatasi pengangguran, kemiskinan, kesehatan, perumahan, dan memberantas korupsi.

Nah, sekarang sudah saatnya kita meninggalkan pencitraan, tetapi bersikap jantan mau duduk bersama mengadu program agar public tahu dan dapat memilih pemimpinnya tidak seperti membeli kucing di dalam karung. Sikap malupun harus dikedepankan. Bagi capres yang memiliki track record jelek seharusnya tidak nyalon saja. Tetapi, tentu saja, mereka bebas mencalonkan diri dan sah-sah saja. Sebab, bukan rahasia lagi, dengan kedigdayaan uang orang yang memiliki track record buruk bisa disulap menjadi baik. Apalagi jika orang itu memiliki media, mereka memeliki banyak kesempatan untuk nampang dan mengiklankan diri untuk mempengaruhi dan membentuk opini public.

Pada zaman ini uang menjadi raja. Ia menjadi pengganti jimat sakti yang menjadi andalan nenek moyang kita dulu. Tetapi tentu saja sebagai rakyat yang mencintai bangsa ini tidak rela mengamanahkan kepemimpinan negeri ini pada orang yang mendewa-dewakan orang, yang menghalalkan segala cara untuk meraih tampuk kepemimpinan negeri ini. Sudah saatnya kita meninggalkan money politik jika kita ingin menjadi bangsa yang besar.

Tetapi, bagaimana ingin menjadi presiden jika tidak punya duit? Biaya politik sangat mahal! Hampir tidak mungkin menjadi presiden hanya dengan modal dengkul. Mungkin kita populer dan memiliki elektabilatas tinggi tetapi tanpa duit sulit. Kita tetap membutuhkan biaya. Dari mana? Yah, kita harus mampu meyakinkan para pengusaha agar mau membackup dan membiayai kiprah kita. Nah, dalam hal ini harus hati-hati. Terutama bagi calon presiden miskin. Jangan sampai budi yang sudah mereka lepas nantinya minta balasan untuk kepentingan pribadi dan krooni-kroninya. Sehingga ketika benar-benar berhasil menduduki tampuk pimpinan pertama-tama yang dia lakukan balas budi, bayar hutang dan melupakan tugas utama untuk menyejahterakan rakyat. Konyol, kan?

Bekerja sama dengan pihak lain itu sah-sah saja, tetapi harus tetap mengedepankan kepentingan bangsa dan amanat penderitaan rakyat. Kita semua adalah anak bangsa. Gembel, konglomerat, pengusaha, pelacur, garong, politikus, guru, ulama, kyai, artis, presiden semua memiliki tanggung jawab menjadikan negeri tercinta ini aman, tenteram, damai, adil, makmur dan bermartabat.

Yang kita perlukan adalah menyatukan visi dan misi kita untuk melepaskan negeri tercinta ini dari keterpurukan. Hindarkan politik jegalmenjegal, tindasmenindas, fitnahmemfitnah, niscaya negeri tercinta ini akan menjadi bangsa yang besar. Amiin! Selamat memilih pemimpin baru!

No comments:

Post a Comment