Apakah Anda beranggapan bahwa
kebahagiaan itu adalah kenikmatan syahwat kita? Baik syahwat yang berhubungan
dengan makanan, sex, kekuasaan, atau gaya hidup bermewah-mewah? Jika Anda
beranggapn seperti itu, maka Anda sudah terjangkiti virus hedonisme. Sebelum
terlambat dan masuk ICU, cepat-cepatlah bertobat untuk kembali pada rel yang
benar. Hawa nafsu itu jika dipertuhankan tidak akan terpuaskan, ibaratnya
seperti minum air laut yang tidak pernah memuaskan rasa dahaga. Untuk
mendektisi apakah kita telah terjangkiti virus hedonisme atau belum, berikut
ini akan saya coba mendefiniskan pengertian hedonisme yang saya kutip dari
berbagai sumber.
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan
materi sebagai tujuan utama dalam hidup.
Definisi lain yang saya kutip dari Wikipedia tidak jauh berbeda, yaitu
hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan
menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin
menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau
pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan
manusia.
Dengan kata lain, hedonisme
adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi
adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang,
pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, tidak perduli
menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan bahwa hidup
ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup
senikmat-nikmatnya, di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani
dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Kesimpulanya
adalah kesenangan dan kenikmatan materi adalah sebagai tujuan utama penganut
hedonisme.
Pandangan hidup seperti ini jelas
bertentangan dengan Islam yang mengajarkan bahwa sesungguhnya manusia itu
diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Hidup taat dan patuh dengan
ajaran yang telah diturunkan-Nya. Beribadah berarti hidup mengabdi berlandaskan
ajaran Allah, yaitu Al-Qur’an yang telah wahyukan kepada Nabi Muhammad.
Menjadikan kesenangan materi dan kenikmatan sebagai tujuan hidup utama
merupakan penuhanan terhadap hawa nafsu, dan boleh ditakan orang-orang yang
berfaham seperti itu telah hidup mengabdi dengan hawa nafsunya sendiri!
Al-Qur’an sendiri mengkritik dan
memperingatkan kepada orang-orang yang suka bermewah-mewah seperti yang
termaktub di dalam surat At-Taakatsur.
Bermewah-mewah itu akan
menjadikan kita lalai hingga kita masuk ke dalam kubur. Sebab bermewah-mewah
itu akan menyibukkan kita hingga kita lalai dengan hakekat kehidupan yang
sebenarnya. Kata At-Taakatsur menurut Al-Ustadz Muhammad Abduh, dapat juga
diartikan sebagai saling mengalahkan dalam banyaknya sesuatu, yakni setiap
orang berusaha agar harta atau kelompoknya lebih banyak daripada orang lain
dengan motivasi ingin saling mengalahkan, sehingga dia meras puas karena lebih
tinggi dari orang lain dan dapat mendemonstasikan kekuatan seperti layaknya
pendukung revolusi. Orang-orang yang terlibat dalam kasus ini tidak
memperhatikan tujuan akhir yang sangat mulia dari apa yang mereka usahakan,
sehingga pengorbanan mereka tidak mereka arahkan pada jalan-jalan kebaikan,
demonstrasi kekuatan mereka tidak mereka arahkan untuk membela kebenaran dan
mengajak para pelaku kebatilan untuk mengetahui dan menempuh kebenaran itu,
kemudian memeliharanya.
Sebagai orang-orang yang
beragama, yang meyakini hari akhir, tentunya akan senantiasa sadar bahwa
kenikmatan yang kita sombongkan dan kita jadikan sarana untuk bermegah-megah
itu pasti akan dimintai pertanggungjawaban! Bermewah-mewah, bermegah-megah
tidak hanya dalam hanya dalam jumlah kelompok, banyaknya harta, tetapi juga
meliputi segala hal yang dapat melalaikan kita dari beribadah kepada Allah!
Wallahu a’lam bi showab!
No comments:
Post a Comment