Wednesday, March 13, 2013

Pengertian Hedonisme


Apakah Anda beranggapan bahwa kebahagiaan itu adalah kenikmatan syahwat kita? Baik syahwat yang berhubungan dengan makanan, sex, kekuasaan, atau gaya hidup bermewah-mewah? Jika Anda beranggapn seperti itu, maka Anda sudah terjangkiti virus hedonisme. Sebelum terlambat dan masuk ICU, cepat-cepatlah bertobat untuk kembali pada rel yang benar. Hawa nafsu itu jika dipertuhankan tidak akan terpuaskan, ibaratnya seperti minum air laut yang tidak pernah memuaskan rasa dahaga. Untuk mendektisi apakah kita telah terjangkiti virus hedonisme atau belum, berikut ini akan saya coba mendefiniskan pengertian hedonisme yang saya kutip dari berbagai sumber.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.

Definisi lain yang saya kutip dari Wikipedia tidak jauh berbeda, yaitu hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

Dengan kata lain, hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, tidak perduli menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan bahwa hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya, di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup dijalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Kesimpulanya adalah kesenangan dan kenikmatan materi adalah sebagai tujuan utama penganut hedonisme.

Pandangan hidup seperti ini jelas bertentangan dengan Islam yang mengajarkan bahwa sesungguhnya manusia itu diciptakan semata-mata untuk beribadah kepada-Nya. Hidup taat dan patuh dengan ajaran yang telah diturunkan-Nya. Beribadah berarti hidup mengabdi berlandaskan ajaran Allah, yaitu Al-Qur’an yang telah wahyukan kepada Nabi Muhammad. Menjadikan kesenangan materi dan kenikmatan sebagai tujuan hidup utama merupakan penuhanan terhadap hawa nafsu, dan boleh ditakan orang-orang yang berfaham seperti itu telah hidup mengabdi dengan hawa nafsunya sendiri!

Al-Qur’an sendiri mengkritik dan memperingatkan kepada orang-orang yang suka bermewah-mewah seperti yang termaktub di dalam surat At-Taakatsur.

Bermewah-mewah itu akan menjadikan kita lalai hingga kita masuk ke dalam kubur. Sebab bermewah-mewah itu akan menyibukkan kita hingga kita lalai dengan hakekat kehidupan yang sebenarnya. Kata At-Taakatsur menurut Al-Ustadz Muhammad Abduh, dapat juga diartikan sebagai saling mengalahkan dalam banyaknya sesuatu, yakni setiap orang berusaha agar harta atau kelompoknya lebih banyak daripada orang lain dengan motivasi ingin saling mengalahkan, sehingga dia meras puas karena lebih tinggi dari orang lain dan dapat mendemonstasikan kekuatan seperti layaknya pendukung revolusi. Orang-orang yang terlibat dalam kasus ini tidak memperhatikan tujuan akhir yang sangat mulia dari apa yang mereka usahakan, sehingga pengorbanan mereka tidak mereka arahkan pada jalan-jalan kebaikan, demonstrasi kekuatan mereka tidak mereka arahkan untuk membela kebenaran dan mengajak para pelaku kebatilan untuk mengetahui dan menempuh kebenaran itu, kemudian memeliharanya.

Sebagai orang-orang yang beragama, yang meyakini hari akhir, tentunya akan senantiasa sadar bahwa kenikmatan yang kita sombongkan dan kita jadikan sarana untuk bermegah-megah itu pasti akan dimintai pertanggungjawaban! Bermewah-mewah, bermegah-megah tidak hanya dalam hanya dalam jumlah kelompok, banyaknya harta, tetapi juga meliputi segala hal yang dapat melalaikan kita dari beribadah kepada Allah! Wallahu a’lam bi showab!

No comments:

Post a Comment