Wednesday, April 9, 2014

KAMPANYE PEMILU

KAMPANYE PEMILU 2014

Meskipun bukan pakar politik, agaknya kurang afdol kalau tidak membincangkan politik disaat pesta demokrasi, seperti pada PEMILU 2014 ini. Para pakar politik, biasanya akan melakukan prediksi perolehan suara, calon kuat yang akan memimpin bangsa dan segala tetekbengek tentang perpolitikan. Biarlah itu menjadi garapan mereka. Tidak ada jeleknya kalau kita melakukan kilas balik ketika parpol-parpol peserta PEMILU tengah mempersiapkan dirinya menjadi pemenang, yaitu ketika mereka sedang melakukan kampanye untuk menarik masa. Ada satu kebiasaan yang belum berubah, sejak penulis masih kecil sampai sekarang, ketika usia penulis hampir setangah abad, yaitu pengerahan masa ketika berkampanye.

Bagi para politikus yang mendambakan kekuasaan, biasanya berpikiran bahwa unjuk taring itu perlu. Dengan show of force citra sebagai partai yang kuat akan terpatri di hati rakyat sehingga diharapkan mereka akan berbondong-bondong memilihnya. Salahkah mereka? Politik memang akrab dengan pencitraan jadi perilaku seperti itu sebenarnya sah-sah saja. Tetapi, yang menjadi masalah adalah ketika show of force yang mereka lakukan kadang-kadang kebablasan sehingga justru mengganggu lingkungan. Kadang-kadang perilaku mereka tidak mendidik dan menyulut emosi warga.

Kadang-kadang ketika mereka beraksi, melakukan kampanye untuk partainya, mereka tidak sadar bahwa aksi mereka ditonton oleh orang banyak, bahkan oleh anak-anak kecil seperti terlihat pada gambar di atas. Dengan santainya mereka bernyanyi sambil berjoget erotis melakukan gerakan orang bersenggama. Adegan nungging tembak dari belakang, gaya ngebor, dll. Ketika mereka menuju dan pulang dari lokasi kampanye biasanya didahului konvoi kendaraan dengan knalpot blombongan yang memekakkan telinga. Bahkan ada yang bertindak ekstrim yaitu menuntun kendaraannya sembari menggembar-gemborkan mesinnya. Nah, inilah yang sering menyulut emosi warga! Inikah pendidikan politik?


Barangkali pelajar-pelajar pada gambar di atas sedang meniru kampanye parpol ketika sedang merayakan kelulusannya. Mereka berkonvoi sembari menggembar-gemborkan kendaraannya dengan baju dicorat-coret dengan pilox. Agaknya kita perlu menanmkan kesadaran bahwa apa yang kita lakukan itu di ruang publik. Ditonton orang banyak. Oleh orang tua, para ABG, bahkan oleh anak-anak. Jadi, secara tidak disadari mereka lakukan telah mengajari hal-hal yang tidak baik kepada orang lain. Usia penulis saat ini hampir setengah abad. Dari dulu sewaktu penulis masih kecil sampai sekarang model kampanye parpol mengalami perubahan yang signifikan. Bagaimana dengan hasil PEMILUnya? Bagaimana dengan hasil pemilu 2014 ini? Apakah akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik?

Bagaimana dengan para CALEG-nya? Apakah mereka menghalalkan segala cara untuk meraup suara? Lihat saja di lingkungan sekitar Anda, apakah ada CALEG yang bagi-bagi duit? Apakah masih ada serangan fajar, bagi-bagi duit menjelang pencoblosan? Dan, bagaimana dengan calon presidennya? Silahkan dilihat dan disimpulkan sendiri! Kalau jawabanya “Ya” kita patut mengelus dada. Apakah pemimpin-pemimpin seperti itu akan mampu mengantarkan rakyat Indonesia seperti yang diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945?

Tetapi kita tidak perlu putus asa! Agaknya inilah yang menjadi senjata ampuh untuk pertahanan kita. Karena Tuhan tidak membolehkan kita putus asa. Dalam perputaran sejarah kehidupan suata bangsa memang pernah mengalami pasang-surut. Roda itu berputar, kadang di atas kadang di bawah, tetapi bannya jangan sampai kempes sehingga kita akan berada di bawah terus. Perubahan itu akan terjadi jika kita sendiri yang mengubahnya.Ini adalah wajah kita. Apakah kulitnya mulus atau bopeng-bopeng ini adalah wajah kita! Jangan sampai kita membenci diri kita sendiri.

Meskipun ini termasuk level yang paling lemah, jika kita tidak berdaya, minimal kita tidak ikut-ikutan dan selalu berdoa kepada Tuhan bagi negeri kita tercinta ini agar cita-cita para leluhur kita benar-benar menjadi kenyataan.

Barangkali mulai saat ini kita perlu menanamkan kesadaran bahwa Politik harus tetap dipahami sebagai bagian dari kebudayaan manusia untuk membangun peradaban. Makna politik jangan justru dipersempit menjadi sekadar alat untuk meraih kekuasaan. Dalam konteks ini, kampanye yang berbudaya bisa menjadi tawaran yang menarik untuk mengenalkan, menawarkan program-program perjuangan parpol agar publik jatuh simpati dan memilihnya saat pencoblosan.

Publik tidak menyukai penampilan parpol yang garang, misalnya dengan kampanye berkonvoi yang ‘intimidatif’. Cara macam ini hanya memuaskan nafsu politik pendukung parpol. Namun sesungguhnya justru kontraproduktif terhadap pencapaian parpol terkait dengan dukungan suara publik. Kesantunan, perilaku etis menjadi tuntutan publik.

Kampanye berbudaya merupakan kampanye yang berbasis pada etika dan estetika. Secara etis, kampanye tersebut tidak menabrak nilai-nilai, norma, moral dan hukum (baca: tertib sosial). Secara estetis, kampanye tersebut menampilkan keindahan yang mampu menyentuh emosi publik untuk simpati.

Kreativitas menjadi ukuran dari mutu kampanye berbudaya. Kreativitas meliputi pengolahan ide dan bentuk ekspresi. Ide kampanye berbudaya bisa berangkat dari tema besar yang dipilih sesuai orientasi nilai parpol; misalnya tema kerakyatan, keadilan, kemakmuran, kejujuran, ketinggian ahlaq dan lainnya. Adapun bentuk ekspresinya bisa berupa pawai alegoris yang tertib dan santun; karnaval dengan mengeksplorasi berbagai simbol budaya; eksposisi (pasar seni, pasar murah); pementasan musik/teater modern atau tradisional/tari; pemutaran film, forum-forum dialog, aksi sosial, festival seni/non seni dan lainnya.

Kampanye berbasis budaya memberi publik (1) inspirasi, di mana publik mengalami pencerahan secara kreatif, (2) hiburan berkualitas, (3) referensi baik berupa ilmu-pengetahuan maupun berbagai pencapaian yang sifatnya material dan non-material dan (4) penyadaran terkait dengan politik sebagai bagian dari membangun kebudayaan dan peradaban. Cara macam ini sejatinya merupakan pendidikan politik yang bermartabat. Parpol memang tidak harus tampil garang,namun bisa juga tampil ramah,santun, cerdas, kreatif dan elegan. Selamat memilih calon-calon pemimpin bangsa! 






No comments:

Post a Comment