Dimaksud dengan ayat di sini
adalah tanda-tanda, bukan ayat yang terdapat di dalam kitab suci. Semua itu ada
ayat-ayatnya, cintapun ada ayat-ayatnya, tentu saja kalau kita peka dalam
melihat sesuatu. Seperti korupsi misalnya. Apakah Anda sudah tahu ayat-ayat korupsi? Mungkin ada yang cuek melihat ayat-ayat yang
terpampang jelas di depan mata karena mereka enggan merasa didzolimi dan
tertipu. Ada juga yang menghibur diri dengan memaksakan diri meyakini paham
jabariyah yang beranggapan bahwa manusia diciptakan di dunia ini seperti wayang
yang hanya menurut saja sama sang dalang tanpa bisa mengubah diri menurut
keiinginannya. Nah, kalau begitu kan sudah selesai, tidak perlu meratapi nasib.
Semua kan sudah ada yang ngatur! Silahkan beranggapan seperti itu jika Anda
ingin menderita seumur-umur!
Allah memerintahkan kita untuk
melakukan iqra’ terhadap apa yang kita hadapi. Membaca dalam arti yang
seluas-luasnya, tidak sekedar melafalkan huruf-huruf yang kita baca. Termasuk
di dalamnya membaca kenyataan alam, baik organis-biologis maupun budaya. Jadi,
kalau kita memakai kaca mata Tuhan sebenarnya tidak ada alasan bagi kita
bersikap cuek atau masa bodoh terhadap kenyataan yang kita hadapi, paling tidak
kita harus berusaha mengetahuinya agar kita termotivasi untuk menyingkirkan
segala tantangan dan rintangan yang kita hadapi.
Jika kita merujuk pada omongan
para pakar di media maupun orang-orang awam di warung-warung angkringan, konon
negeri kita yang tercinta ini tengah dilanda virus korupsi yang sangat parah.
Nah, oleh karena itu, tidak ada salahnya bagi kita untuk mengenali ayat-ayat
korupsi agar kita tahu bahwa diri kita ini sakit atau tidak! Berikut ini akan
saya sampaikan satu ayat korupsi yang tidak kentara sehingga orang-orang
mengabaikannya, mudah-mudahan bermanfaat.
Pengaburan Masalah
Nah, inilah yang jarang
diperhatikan, terutama oleh orang-orang awam. Seperti telah kita ketahui
bersama bahwa dalam satu kehidupan, baik keluarga bahkan negara pasti memiliki
permasalahan. Faktor penyebabnya beraneka ragam. Berbagai permasalahan itu
dapat bersifat politis, ekonomi, hukum, budaya, administratif, atau teknikal.
Kadang-kadang terjadi bahwa para
pejabat pimpinan mengaburkan bentuk dan sifat permasalahan, karena dengan
pengaburan itu, penyelesaiannya dapat direkayasa sedemikian rupa sehingga
menguntungkan pejabat yang bersangkutan dalam arti kedudukannya, karirnya,
statusnya maupun penghasilannya. Segi negatif lainnya dari pengaburan masalah
adalah membuat interpretasi sedemikian rupa, sehingga permasalahan yang
sebenarnya sederhana, dibuat menjadi sangat rumit. Akibatnya, tindakan
penyelesaian menjadi berbelit-belit dan menyita tenaga, waktu, pikiran dan
perasaan. Tindakan demikian dapat terjadi karena dua hal, yaitu pertama sebagai
kamuflase untuk menutup-nutupi kekurangmampuan pejabat yang bersangkutan
mendifinisikan situasi problematik secara tepat, atau kedua sebagai cara untuk memperoleh sesuatu di luar
ketentuan yang berlaku. Mudah-mudahan bermanfaat!
No comments:
Post a Comment