Tuesday, January 26, 2016

ANTARA DUSTA DAN MUNAFIQ


Salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia di dalam hidup ini adalah kemampuan berkata-kata, kemampuan menyalurkan hasrat hati, dan keinginan jiwa melalui ucapan dengan bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan informasi, menyalurkan perasaan, gagasan, dan emosi. Dengan bahasa manusia juga dapat mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.


Bahasa yang dalam bahasa Inggrisnya disebut language berasal dari bahasa latin yang berarti “lidah”. Anda tentu sudah paham betul bahwa lidah merupakan alat ucap yang paling sering digunakan daripada alat ucap yang lain. Ngomong-ngomong soal lidah, meskipun dia tidak bertulang tetapi memiliki kemampuan yang luar biasa, bentuknya memang kecil tetapi dapat mempengaruhi kehidupan manusia.


Lidah bisa menempatkan seseorang pada posisi yang tinggi, Lidah juga bisa menempatkan seseorang pada posisi yang paling rendah. Karena lidahnya seseorang dipuji, karena lidahnya pula orang dicacimaki. Lidah itu meskipun kecil bentuknya tetapi besar akibatnya. Hampir sebagian besar kesulitan-kesulitan yang menimpa manusia pada mulanya disebabkan oleh lidah. Pepatah mengatakan, “manusia akan selamat jika dia pandai menjaga lidahnya”. Artinya jika manusia tidak dapat memfungsikan lidah dengan benar akan mengakibatkan bencana, sebaliknya jika manusia dapat memfungsikan lidah dengan baik dan benar mereka akan mendapatkan keberuntungan. Salah satu contoh  paling umum yang dapat menimbulkan bencana adalah mempergunakan lidah untuk berdusta.

Bagi sementara orang, dusta itu memang sangat mengasyikkan. Ketika sedang ngobrol dengan teman kadang-kadang dusta itu terlontar dari mulut tanpa terasa. Saya kira kita sudah tidak asing lagi dengan dusta. Dusta ialah tidak adanya kesesuaian antara berita dengan kenyataan. Berita tidak sesuai dengan kenyataannya. Dusta adalah kebohongan. Bentuknya bisa mengada-ada, menambah-nambah, ataupun mengurangi. Itu merupakan bentuk-bentuk tidak sesuainya berita dengan kenyataan.

Apa bahaya dusta dalam kehidupan manusia? Pertama, bagi dirinya sendiri, orang yang berdusta sebenarnya membahayakan dirinya sendiri. Ia akan dikucilkan dari pergaulan. Sekali berdusta mungkin orang masih percaya. Dua kali dia berdusta mungkin orang masih bisa mentolerir. Ke tiga kali berdusta orang sudah tidak akan percaya lagi. Akhirnya dia dikucilkan dalam pergaulan. Lain hari, walaupun dia serius berbicara orang tidak akan mempercayai kata-katanya lagi.

Sebagai ilustrasi, ada suatu cerita tentang seorang penggembala kambing.  Penggembala itu sedang menggembalakan kambingnya di tanah lapang dekat hutan. Suatu hari, karena kesepian, dia iseng. Timbulah suatu keinginan untuk menggoda orang-orang kampung. Dia berteriak-teriak:



“Tolong ada Srigala! Ada Srigala!”Teriaknya dengan keras.

Mendengar teriakan ini suasana menjadi gempar. Orang kampung nyaris keluar semua. Mereka berlarian serabutan untuk menolong penggembala itu.

                “Mana Serigalanya? Mana?”Teriak orang-orang kampung itu.

Melihat tingkah laku orang kampung, penggembala itu tertawa cengengesan merasa senang karena dia berhasil menipu orang-orang kampung. Ketika mereka menyadari dibohongi oleh penggemla itu mereka mengumpat sejadi-jadinya dan meninggalkan tempat itu dengan kemarahan yang meluap-luap.

Pada kesempatan yang lain peristiwa itu terjadi lagi. Dan keluarlah orang-orang kampung untuk menolong penggembala kambing tersebut. Untuk kedua kalinya mereka dibohongi.

Pada suatu hari Serigalanya benar-benar datang. Tentu saja Sang penggembala berteriak-teriak ketakutan meminta tolong pada orang-orang kampung. Tetapi orang-orang kampung sudah tidak percaya lagi. Mereka menganggap teriakan penggembala itu hanya bohong, maka tidak ada satupun orang kampung yang keluar memberikan pertolongan. Akhirnya kambing-kambing itu dimakan serigala! 

Dari cerita tersebut dapat kita ketahui bahwa yang rugi adalah penggembala itu sendiri. Satu kali dia bohong orang masih percaya, dua kali orang masih mentolerir, ketiga kalinya sudah tidak ada yang percaya lagi. Dan dia terkucil dari pergaulan akibat dusta. Karena tidak seorangpun yang senang berteman dengan seorang pendusta, karena seorang pendusta tidak akan segan-segan menjual temannya sendiri. Mengkambinghitamkan temannya sendiri. Merusak pergaulan di dalam kehidupan ini.

Bahaya yang kedua, sifat dusta menyuburkan watak munafik. Nabi Muhammad bersabda :

“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. Apabila berbicara selalu berdusta, apabila berjanji dia selalu ingkar, apabila dipercaya dia selalu berkhianat.”

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Hadits lain yang menunjukkan dicelanya perbuatan dusta adalah hadits‘Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

عَنْ عَبْدُاللهِ بْنِ عَمَرْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَرْبَعٌ مَنْ
كُنَّ فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا. وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَلْصَةُ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيْهِ خَلِصَةُ
مِنَ النِّفَاقِ حَتَّىيَدَعَهَا. اِذَائْتُمِنَ خَانَ وَاِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَاِذَا عَاهَذَا خَدَرَ وَاِذَا خَاصَمَ فَجَرَ.


“Ada 4 sifat barang siapa yang memilikinya maka sungguh ia seorang munafik sejati, dan barang siapa yang memiliki 1 sifat diantara semua sifat-sifat itu, sungguh ia sedang berjalan menuju kearah munafik sampai ia meninggalkannya.Apabila dipercaya ia khianat, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, apabila bekerjasama ia curang.” 


Adakah bahaya-bahaya lain yang diakibatkan oleh dusta? Saya kira kita perlu mengelaborasi masalah dusta ini agar kita tidak menjadi pendusta, apalagi menjadi orang munafiq! Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita dan menjadikan kita orang-orang yang jujur! Amiin! Wallahu a'lam bishowab!










No comments:

Post a Comment