Salah satu nikmat yang diberikan
oleh Allah kepada manusia di dalam hidup ini adalah kemampuan berkata-kata,
kemampuan menyalurkan hasrat hati, dan keinginan jiwa melalui ucapan dengan
bahasa sebagai alat komunikasi. Dengan bahasa manusia dapat menyampaikan
informasi, menyalurkan perasaan, gagasan, dan emosi. Dengan bahasa manusia juga
dapat mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
Bahasa yang dalam bahasa
Inggrisnya disebut language berasal dari bahasa latin yang berarti “lidah”.
Anda tentu sudah paham betul bahwa lidah merupakan alat ucap yang paling sering
digunakan daripada alat ucap yang lain. Ngomong-ngomong soal lidah, meskipun
dia tidak bertulang tetapi memiliki kemampuan yang luar biasa, bentuknya memang
kecil tetapi dapat mempengaruhi kehidupan manusia.
Lidah bisa menempatkan seseorang
pada posisi yang tinggi, Lidah juga bisa menempatkan seseorang pada posisi yang
paling rendah. Karena lidahnya seseorang dipuji, karena lidahnya pula orang
dicacimaki. Lidah itu meskipun kecil bentuknya tetapi besar akibatnya. Hampir
sebagian besar kesulitan-kesulitan yang menimpa manusia pada mulanya disebabkan
oleh lidah. Pepatah mengatakan, “manusia akan selamat jika dia pandai menjaga
lidahnya”. Artinya jika manusia tidak dapat memfungsikan lidah dengan benar akan
mengakibatkan bencana, sebaliknya jika manusia dapat memfungsikan lidah dengan
baik dan benar mereka akan mendapatkan keberuntungan. Salah satu contoh paling umum yang dapat menimbulkan bencana
adalah mempergunakan lidah untuk berdusta.
Bagi sementara orang, dusta itu
memang sangat mengasyikkan. Ketika sedang ngobrol dengan teman kadang-kadang
dusta itu terlontar dari mulut tanpa terasa. Saya kira kita sudah tidak asing
lagi dengan dusta. Dusta ialah tidak adanya kesesuaian antara berita dengan
kenyataan. Berita tidak sesuai dengan kenyataannya. Dusta adalah kebohongan. Bentuknya
bisa mengada-ada, menambah-nambah, ataupun mengurangi. Itu merupakan
bentuk-bentuk tidak sesuainya berita dengan kenyataan.
Apa bahaya dusta dalam kehidupan
manusia? Pertama, bagi dirinya sendiri, orang yang berdusta sebenarnya
membahayakan dirinya sendiri. Ia akan dikucilkan dari pergaulan. Sekali
berdusta mungkin orang masih percaya. Dua kali dia berdusta mungkin orang masih
bisa mentolerir. Ke tiga kali berdusta orang sudah tidak akan percaya lagi.
Akhirnya dia dikucilkan dalam pergaulan. Lain hari, walaupun dia serius
berbicara orang tidak akan mempercayai kata-katanya lagi.
Sebagai ilustrasi, ada suatu
cerita tentang seorang penggembala kambing.
Penggembala itu sedang menggembalakan kambingnya di tanah lapang dekat
hutan. Suatu hari, karena kesepian, dia iseng. Timbulah suatu keinginan untuk
menggoda orang-orang kampung. Dia berteriak-teriak:
“Tolong ada Srigala! Ada Srigala!”Teriaknya
dengan keras.
Mendengar
teriakan ini suasana menjadi gempar. Orang kampung nyaris keluar semua. Mereka
berlarian serabutan untuk menolong penggembala itu.
“Mana
Serigalanya? Mana?”Teriak orang-orang kampung itu.
Melihat
tingkah laku orang kampung, penggembala itu tertawa cengengesan merasa senang
karena dia berhasil menipu orang-orang kampung. Ketika mereka menyadari
dibohongi oleh penggemla itu mereka mengumpat sejadi-jadinya dan meninggalkan
tempat itu dengan kemarahan yang meluap-luap.
Pada
kesempatan yang lain peristiwa itu terjadi lagi. Dan keluarlah orang-orang
kampung untuk menolong penggembala kambing tersebut. Untuk kedua kalinya mereka
dibohongi.
Pada suatu hari Serigalanya
benar-benar datang. Tentu saja Sang penggembala berteriak-teriak ketakutan
meminta tolong pada orang-orang kampung. Tetapi orang-orang kampung sudah tidak
percaya lagi. Mereka menganggap teriakan penggembala itu hanya bohong, maka
tidak ada satupun orang kampung yang keluar memberikan pertolongan. Akhirnya
kambing-kambing itu dimakan serigala!
Dari cerita tersebut dapat kita ketahui
bahwa yang rugi adalah penggembala itu sendiri. Satu kali dia bohong orang
masih percaya, dua kali orang masih mentolerir, ketiga kalinya sudah tidak ada
yang percaya lagi. Dan dia terkucil dari pergaulan akibat dusta. Karena tidak
seorangpun yang senang berteman dengan seorang pendusta, karena seorang
pendusta tidak akan segan-segan menjual temannya sendiri. Mengkambinghitamkan
temannya sendiri. Merusak pergaulan di dalam kehidupan ini.
Bahaya yang kedua, sifat dusta
menyuburkan watak munafik. Nabi Muhammad bersabda :
“Tanda-tanda orang munafik itu ada
tiga. Apabila berbicara selalu berdusta, apabila berjanji dia selalu ingkar,
apabila dipercaya dia selalu berkhianat.”
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ
وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Hadits lain yang menunjukkan dicelanya
perbuatan dusta adalah hadits‘Abdullah bin Mas’ud radliyallaahu ‘anhu,
dia berkata, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
عَنْ
عَبْدُاللهِ بْنِ عَمَرْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَرْبَعٌ مَنْ
كُنَّ
فِيْهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا. وَمَنْ كَانَتْ فِيْهِ خَلْصَةُ مِنْهُنَّ
كَانَتْ فِيْهِ خَلِصَةُ
مِنَ
النِّفَاقِ حَتَّىيَدَعَهَا. اِذَائْتُمِنَ خَانَ وَاِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَاِذَا
عَاهَذَا خَدَرَ وَاِذَا خَاصَمَ فَجَرَ.
“Ada 4 sifat barang siapa yang memilikinya
maka sungguh ia seorang munafik sejati, dan barang siapa yang memiliki 1 sifat
diantara semua sifat-sifat itu, sungguh ia sedang berjalan menuju kearah
munafik sampai ia meninggalkannya.Apabila dipercaya ia khianat, apabila
berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, apabila bekerjasama ia
curang.”
Adakah bahaya-bahaya lain yang diakibatkan oleh dusta? Saya kira kita perlu mengelaborasi masalah dusta ini agar kita tidak menjadi pendusta, apalagi menjadi orang munafiq! Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita dan menjadikan kita orang-orang yang jujur! Amiin! Wallahu a'lam bishowab!
No comments:
Post a Comment