Thursday, January 21, 2016

KESEHATAN ADALAH MODAL UTAMA KEHIDUPAN

Kesehatan adalah modal paling utama dalam kehidupan ini. Kita hanya bisa beraktifitas melakukan berbagai kegiatan di dalam hidup ini jika kita memiliki “kesehatan”.

Kecenderungan kita adalah, pentingnya satu kenikmatan itu baru kita rasakan  kalau  sudah berkurang kualitasnya, atau bahkan setelah hilang sama sekali dari diri kita. Kita baru merasakan pentingnya gigi kalau kita sedang sakit gigi, kita baru merasakan pentingnya mata jika mata kita sudah dapat digunakan untuk melihat lagi. Kita tidak merasakan nikmatnya kesehatan telinga kita kalau kita belum tuli, dll.

Sepanjang semuanya sehat, normal, kita kurang menjaga dan memeliharanya. Padahal Al-Quran (Ibrahim : 7 ) telah mengingatkan :

7. dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

Kalau kalian pandai bersyukur dalam arti pandai menjaga nikmat menjaga karunia Allah kepadamu Aku akan menambah nikmat kepadamu, tetapi kalau kalian ingkar, tidak pandai bersyukur, kalau kamu tidak menjaga nikmat itu awas adzabku pedih adanya…. ! 

Begitulah kesehatan ini menjadi modal hidup kita dan dalam ibadah-ibadah kita. Lawan sehat adalah sakit. Berbicara masalah kesehatan kita tidak bisa melupakan masalah jasmani dan rohani, karena manusia itu terdiri dari dua elemen tersebut. Jasmani dan rohani! Dalam menyikapi kesehatan, kadang-kadang kita kehilangan keseimbangan. Perhatikan saja keadaan di sekeliling kita, kita sendiri, keluarga kita, tetangga-tetangga kita, atau masyarakat di sekitar kita, mereka berpayah-payah mengurusi jasmani mereka.

Satu hari tiga kali kita mandi membersihkan tubuh kita, kita hiasi tubuh kita dengan parfum yang bagus-bagus, dengan parfum yang wangi demi menjaga penampilan kita. Jika tubuh kita sedikit terganggu, misalnya terserang penyakit kepala atau demam, cepat-cepat kita lari ke dokter untuk mendapatkan obat. Pernahkah kita berpikir seperti itu untuk menambah kesehatan dan keindahan rohani kita? Yaitu menghiasinya dengan sifat-sifat yang baik. Dengan sabar, ikhlas, tawakal, dll. Sesibuk itukah kalau rohani kita yang diserang penyakit?  

Apa berbedaan dari dua penyakit ini? Yang pertama, penyakit dhohir banyak dokternya. Jantung ada dokternya, ginjal ada dokternya, paru-paru ada dokternya, lever, dll. Apalagi di zaman spesialisasi ini, cari saja dokter ahlinya. Sementara itu penyakit rohani dokternya hanya agama dan kemauan yang kuat dari yang terkena penyakit untuk mengobati diri. Sulit cari doter yang bisa mengobati penyakit sombong, iri, dengki dan kikir ! Hanya melalaui agama dan kemaun yang kuat dari orang yang terkena penyakit untuk mengobati diri melalui riadhoh, latihan-latihan.

Perbedaan yang lain. Bila yang terserang penyakit dhohir, kita lebih tahu dari orang lain. Tetapi apabila yang diserang penyakit batin orang lain lebih tahu dari kita, bahkan kadang-kadang orang yang kena penyakit hati parah tidak merasa kalau dia sakit. Kalau kita sombong, kikir, angkuh, kita sering menganggap wajar-wajar saja.

Makanya Sayidin Umar bin Khatab sering bertanya : Hai Kau lihat aku sombong atau tidak, kau litah aku pelit atau tidak, angkuh atau tidak. Kalau diberi tahu, belaiu senangnya bukan main, tidak jarang orang yang memberi tahu diberi hadiah oleh beliau. Itu bedanya kelas kita dengan Sayidina Umar. Kalau kita dberi tahu orang lain marah kita bukan main. Ngapain ngurusin orang lain, urusin diri sendiri saja! Atau kadang-kadang kita salah terima.

Ngomong-omong tentang penyakit, sehebat-hebat penyakit jasamani dia hanya merusak dunia, paling-paling mati. Tetapi kalau penyakit rohani merusak dunia dan menghancurkan akhirat. Kita diserang kanker, mati resiko dunia saja. Kalau masuk neraka tidak ada yang tanya, kenapa kamu masuk neraka, kanker pak? Yang menyebabkan masuk neraka itu penyakit rohani. Kalau kita diserang penyakit rohani rusaklah dunia, hancurlah akherat. Kita diserang penyakit sombong di dunia kita dikucilkan, diakherat juga jelas tempatnya. Kita diserang kikir bin pelit. Di dunia siapa yang mau bergaul dengan orang pelit, diakherat jelas tempatnya.

Heran. Kalau kita diserang penyakit dhohir kita panik ngutangsana- ngutang sini cepat-cepat lari kedokter karena kita kepingin diserang penyakit jasmani. Kalau kita diserang penyakit rohani, kita sering tenang-tenang saja. Padahal kalau kita diserang penyakit rohani, celaka dunia akherat. Kalau kita bersungguh-sungguh mencari obat untuk penyakit jasmani, bukankah kita harus lebih bersungguh untuk mencari obat penyakit rohani kita.?





No comments:

Post a Comment