Sejatinya, manusia itu terlahir di
dunia ini tidak memiliki ilmu apapun. Inilah kondisi asli manusia ketika mereka
dilahirkan di dunia ini.
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ
لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ
وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu
dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberikan
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (16:78)
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ
الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ
لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ
كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan
sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu
sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai. (7:179)
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ
190.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
191.
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (3:190-191)
Bila
kita amati, sesungguhnya ayat ini telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Supaya kemajuan tersebut tidak
menyingkirkan aspek-aspek spiritual atau malah meniadakan Allah di dalam
keteraturan alam yang dipandang atau diteliti, Allah memberikan tuntunan-Nya
agar pada saat melakukan harus tetap dalam keadaan dzikir kepada Allah SWT.
Ketika mata memandang hamparan alam raya, birunya lautan yang seakan tidak
bertepi. Lautan yang berisi ikan dengan aneka bentuk dan warna, mutiara-mutiara
yang menampakkan cahaya di dasar lautan, dsb. Jika mata memandang tetapi hati
jauh dari Allah, yang dilihat hanya fenomenanya saja hingga sulit menjangkau
hakikat yang ada dibalik fenomena tersebut. Dari perhatian yang sungguh-sungguh
terhadap alam, lahirlah ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu Allah terhampar di seluruh penjuru langit dan bumi. Bahkan
langit dan bumi itu sendiri merupakan realitas ilmu Allah. Hamparan ilmu Allah
itulah yang kemudian dipelajari oleh manusia dalam bentuk saint dan teknologi.
Sains adalah penguasaan teoritis, sedangkan teknologi adalah praktis.
Manusia tidak pernah menciptakan ilmu. Kita hanya merumuskan
kenyataan. Ya, sekedar memformulasikan realitas. Kemudian memanfaatkan rumusan
itu untuk membuat alat-alat yang bermanfaat buat kehidupan manusia.
Newton yang dikenal sebagai penemu gravitasi bumi, misalnya,
bukanlah pencipta gravitasi bumi. Allahlah yang menciptakan gaya gravitasi
untuk mengendalikan gerakan benda-benda di alam semesta ini. Sedangkan Newton
adalah sekedar menemukan dan kemudian merumuskan.
Maka, jika kita sombong atas ilmu pengetahuan yang kita miliki, itu namanya melampaui batas. Manusia yang tidak tahu diri. Dan sifat sombong itu pada gilirannya akan membawa kerusakan di muka bumi ini. Wallahu a'lam!
No comments:
Post a Comment