Sunday, July 20, 2014

Ilmu Dalam Perspektif Islam


Sejatinya, manusia itu terlahir di dunia ini tidak memiliki ilmu apapun. Inilah kondisi asli manusia ketika mereka dilahirkan di dunia ini.

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (16:78)

Dengan pendengaran, penglihatan dan akal, manusia dapat memperoleh pengetahuan, dapat mengamati seluk beluk alam raya, sehingga mengetahui rahasia-rahasia alam dan memanfaatkan pemberian Allah yang begitu banyaknya. Dengan perlengkapan tersebut manusia dapat mengoptimalkan sesuai dengan selera mereka. Tentu saja masing-masing pilihan itu akan membawa konsekuensi masing-masing. Yang jelas, Orang yang tidak mendayagunakan alat-alat pemberian Allah itu, berarti dia melepaskan diri dari sifat-sifat kemanusiaannya. Mereka tidak berbeda dengan hewan, karena mereka tidak memiliki ilmu pengetahuan sebagai benteng kepribadiannya.

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَّا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَّا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (7:179)

Dalam ayat lain, Allah menggugah kesadaran kita untuk senantiasa mempergunakan nikmat yang telah diberikan oleh Allah, yaitu akal pikiran agar selalu dioptimalkan untuk mencapai kemanusiaan sejati. Contohnya adalah surat Ali ‘Imran ayat 190 – 191, didamana Allah memberitahu tanda-tandanya orang yang menggunakan akal mereka. Yaitu orang-orang yang selalu hidup sadar dalam segala situasi dan kondisi, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ


191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.  (3:190-191)



Bila kita amati, sesungguhnya ayat ini telah membuka pintu selebar-lebarnya bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Supaya kemajuan tersebut tidak menyingkirkan aspek-aspek spiritual atau malah meniadakan Allah di dalam keteraturan alam yang dipandang atau diteliti, Allah memberikan tuntunan-Nya agar pada saat melakukan harus tetap dalam keadaan dzikir kepada Allah SWT. Ketika mata memandang hamparan alam raya, birunya lautan yang seakan tidak bertepi. Lautan yang berisi ikan dengan aneka bentuk dan warna, mutiara-mutiara yang menampakkan cahaya di dasar lautan, dsb. Jika mata memandang tetapi hati jauh dari Allah, yang dilihat hanya fenomenanya saja hingga sulit menjangkau hakikat yang ada dibalik fenomena tersebut. Dari perhatian yang sungguh-sungguh terhadap alam, lahirlah ilmu pengetahuan dan teknologi.


Ilmu Allah terhampar di seluruh penjuru langit dan bumi. Bahkan langit dan bumi itu sendiri merupakan realitas ilmu Allah. Hamparan ilmu Allah itulah yang kemudian dipelajari oleh manusia dalam bentuk saint dan teknologi. Sains adalah penguasaan teoritis, sedangkan teknologi adalah praktis.

Manusia tidak pernah menciptakan ilmu. Kita hanya merumuskan kenyataan. Ya, sekedar memformulasikan realitas. Kemudian memanfaatkan rumusan itu untuk membuat alat-alat yang bermanfaat buat kehidupan manusia.

Newton yang dikenal sebagai penemu gravitasi bumi, misalnya, bukanlah pencipta gravitasi bumi. Allahlah yang menciptakan gaya gravitasi untuk mengendalikan gerakan benda-benda di alam semesta ini. Sedangkan Newton adalah sekedar menemukan dan kemudian merumuskan.

Maka, jika kita sombong atas ilmu pengetahuan yang kita miliki, itu namanya melampaui batas. Manusia yang   tidak tahu diri. Dan sifat sombong itu pada gilirannya akan membawa kerusakan di muka bumi ini. Wallahu a'lam!













No comments:

Post a Comment