Friday, October 9, 2015

MENINGKATKAN KWALITAS SHALAT KITA


Shalat merupakan ibadah yang sangat penting di dalam ajaran Islam. Rasulullah menggambarkan bahwa islam itu diibaratkan sebuah bangunan yang saling menguatkan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. 

حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى، قَالَ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ، عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ ـ رضى الله عنهما ـ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏ "‏ بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَالْحَجِّ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ ‏"‏‏.‏


Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Musa dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan dari 'Ikrimah bin Khalid dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada ilah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadlan". (HR: Bukhari) 

Dalam bangunan tersebut, shalat digambarkan menduduki posisi sebagai tiang, siapapun tidak dapat menolak bahwa posisi tiang atau pilar dalam satu bangunan kedudukannya sangat penting. Satu bangunan jika tiang/pilarnya rapuh, dapat dipastikan bangunan tersebut akan runtuh, apalagi kalau tidak ada pilarnya, bangunan tersebut tidak akan bisa berdiri. Yang ada hanyalah onggokan-onggokan material yang tidak membentuk bangunan.

الصَّلاَةُ عِمَاَدُ الدِّيْنِ . فَمَنْ أَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنِ .  وَ مَنْ هَدَمَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ


“Shalat itu tiang agama. Barangsiapa mendirikan shalat, sungguh dia telah mendirikan agama; dan barangsiapa meruntuhkan shalat, sungguh ia telah meruntuhkan agama.” (H.R. Al-Baihaqy dari Umar r.a., Al-Ihya 2:9)


Bukan itu saja, dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda bahwa shalat merupakan amalan seseorang yang mula-mula akan dihisab Allah pada hari kiamat nanti. Jika shalat seseorang baik, maka amalan-amalan yang lainpun akan baik.

Yang perlu kita garis bawahi di sini adalah, bagaimana agar shalat kita baik dan berkualitas, sehingga secara otomatis amalan-amalan yang lain ikut baik? Jika shalat kita masih kedodoran, bagaimana cara yang harus kita upayakan untuk memperbaiki kwalitas shalat kita? Apakah perasaan kita masih merasa berat untuk melakukan shalat? Apakah shalat yang kita lakukan selama ini masih sebatas menggugurkan kewajiban? Jika itu yang kita rasakan, maka kita harus cepat-cepat introspeksi, karena semua itu adalah indikator bahwa shalat kita masih perlu peningkatan.


Kwalitas shalat kita tidak dapat hanya dinilai dari kerajinan kita, atau ketepatan kita dalam melakukan gerakan-gerakan shalat, tetapi juga harus dinilai dari efek yang didapatkan setelah kita melakukan shalat. Salah satu fungsi shalat adalah agar kita mengingat Allah, seseorang yang ingat Allah tentunya mereka akan hidup menurut yang diingatnya, bukan justru menentangnya. Salah satu tujuan diperintahkannya kita shalat adalah agar kita tercegah dari perbuatan keji dan mungkar, apakah dalam menjalani hidup kita sudah jauh dari perbuatan keji dan munkar? Jika ada orang rajin shalat, tetapi mereka masih senang korupsi, maka kwalitas shalatnya perlu dipertanyakan? Jika orang rajin shalat tetapi mereka tidak mau berzakat, tidak memperdulikan nasib anak yatim dan selalu menghina orang-orang miskin maka shalat mereka belum sempurna. Bahkan dalam surat Al-Ma’uun diberi predikat orang-orang yang mendustakan agama! Mudah-mudahan kita dijauhkan dari semua itu!

Lantas, bagaimana cara kita memperbaiki kualitas shalat kita? Dalam hal ini saya tidak akan berbicara banyak karena keterbatasan ilmu saya. Saya hanya akan memberikan satu hal yang saya harapkan dapat membantu memperbaiki shalat kita. Untuk lainnya Anda bisa berusaha sendiri, berjihad sendiri untuk peningkatan kwalitas shalat Anda. Modal utama yang harus kita bawa adalah hati yang bersih, niat yang lurus dan usaha yang sungguh-sungguh. Dengan modal tersebut niscaya Allah akan membukakan jalan-jalannya.

Adapun satu hal yang ingin saya sharingkan adalah pelurusan sudut pandang yang barangkali selama ini masih kita pakai untuk menilai cara peribadatan kita. Selama ini banyak yang masih menganggap bahwa semua peribadatan kita adalah Allah yang membutuhkan. Seolah-olah Allah seperti dewa-dewa atau kekuata super dalam dunia animime yang membutuhkan sesaji-sesaji agar mereka tidak marah dan menimpakan malapetaka kepada kita. Padahal, sesungguhnya Allah itu maha kuasa dan maha segala-galanya sehingga Dia tidak butuh peribadatan dari makhluk-makhluk-Nya!

Sendainya saja seluruh manusia di planet bumi ini kafir dan berbuat maksiat, semua itu tidak akan mempengeruhi eksistensi Allah! Dia tetap Maha Kuasa dan Maha Segala-galanya. Dia tetap Maha Pengasih dan Penyayang yang senantiasa memberikan rahmat kepada seluruh makhluk-Nya. Sebaliknya, jika seluruh manusia di planet bumi ini bertakwa kepada Allah, semua itu tidak akan berpengaruh apa-apa bagi Allah.
Jadi, yang butuh ibadah itu manusia bukan Allah. Dia memerintahkan manusia untuk melakukan peribadatan, atau memerintahkan shalat, semata-mata hanya untuk kebutuhan manusia sendiri. Bukan untuk kebutuhan Allah. Karena Dia tidak butuh apa-apa, Dia sudah luarbiasa dan Maha Segala-galanya!

Kita melakukan shalat karena butuh, karena rasa terima kasih dan cinta. Inilah yang hebat! Jika kita melakukan peribadatan dengan motivasi seperti ini, pasti hasilnya akan berbeda. Ini merupakan langkah awal menuju shalat yang berkwalitas. Sebab, orang yang butuh dan cinta itu akan rela melakukan apa saja untuk meraih sesuatu yang diinginkannya. Jika Anda butuh uang, pasti Anda akan rela bekerja keras membanting tulang dan memeras keringat demi uang yang Anda cintai! Jika Anda mencintai seorang wanita/pria, pasti Anda akan berusaha dengan sekuat kemampuan Anda untuk mendapatkan pujaan hati Anda. Mudah-mudahan bermanfaat. Wallahu a’lam bi Showab!












No comments:

Post a Comment