Tuesday, October 20, 2015

THUMU'NINAH


Pernahkah Anda shalat seperti di kejar binatang buas? Terburu-buru, tidak tenang, bahkan tidak meresapi dan menghayati bacaan-bacaannya. Saya kira, orang seperti kita, dimana keimanannya belum mendarahdaging, pernah melakukan itu. Dan, saya kira hal itu manusiawi, sebab keimanan itu sifatnya jazid wa yanqus, naik turun, fluktuatif. Kita tidak perlu larut meratapinya, tetapi yang harus kita lakukan adalah terus-menerus berusaha memperbaikinya.

Rasulullah shalat tidak terburu-buru. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat dengan tuma’ninah (rileks), yaitu sikap tenang atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan perbuatannya, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan sempurna, seperti yang digambarkan dalam hadits berikut:

فَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ ثُمَّ فَرِّجْ اَصَابِعِكَ ثُمَّ امْكُثْ حَتَّى يَأْخُذُ كُلَّ عُضْوٍ مَأْخَذَهُ {رواه ابن خزيمة و ابن حبان}

“Apabila kamu rukuk letakkanlah ke dua telapak tanganmu pada lututmu, kemudian renggangkanlah jari-jarimu, lalu diamlah, sehingga setiap anggota badan (ruas tulang belakang) kembali pada tempatnya.(HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).

عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ فَقَالَ اِذَا هَمَمْتَ اِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَءْ مَاتَيَسَّرَمَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى  تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ ذَالِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا
{رواه البخاري و مسلم }


Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Shalallahu’alaihi wasallam pernah masuk masjid. Nabi bersabda:”Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan rukuk, kemudian bangkitlah sehingga I’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad, tetapi dalam Muslim tidak terdapat sebutan sujud ke dua).



Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Shalallahu’alaihi wasallam pernah masuk masjid. Nabi bersabda:”Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan rukuk, kemudian bangkitlah sehingga I’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad, tetapi dalam Muslim tidak terdapat sebutan sujud ke dua).

Abu Sangkan, dalam bukunya yang berjudul Pelatihan Shalat Khusuk, menyatakan bahwa shalat itu berbeda dengan olah raga. Menurut dia,  shalat sepenuhnya bersifat terapi, baik fisik maupun jiwa. Gerakan tubuh pada saat shalat, tidak dilakukan dengan hentakan atau gerakan keras seperti halnya olah raga senam dalam peregangan otot, akan tetapi gerakan shalat dilakukan dengan rileks dan pengendoran tubuh secara alamiah, seperti gerakan orang ngulet saat bangun tidur. Orang tai chi pun melakukan meditasi dengan gerakan ngulet, yaitu gerakan yang telah dipola mengikuti alur tubuh secara alami. Di dalam tuma’ninah, aspek meditasi jelas sekali. Saat beridiri, benar-benar berdiri, tetapi berdirilah yang tenang dan kendor agar seluruh organ tubuh berada dalam posisinya secara alami. Tidak seperti Berdirinya orang dewasa yang terlihat kaku dan terpola oleh pikirannya, karena menganggap jika berdiri seharusnya seperti peragawan, tegap seperti militer, atau seperti berdirinya orang sedang memamerkan baju yang baru dibelinya dari Paris, arloji dari Swiss, serta sepatu kulit dari Italia. Postur orang dewasa seperti inilah yang membuat orang gampang merasa jenuh dan stress karena berdiri tidak secara alami. Banyak dokter terkemuka meyakini bahwa penyakit-penyakit modern dan penuaan dini antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan orang dalam menghadapi stress.
Ada beberapa resep yang barangkali bermanfaat untuk membantu shalat kita agar thumu’ninah selain yang dikemukan Abu Sangkan di atas.

Upayakan memahami bacaan-bacaan shalat! Dengan memahami bacaannya, insya Allah kita akan semakin menikmati shalat. Jika kita dapat menikmati shalat pasti dalam shalat kita akan thumu’ninah. Untuk bacaan Al-Quran dapat Anda lakukan seperti yang diperintahkan dalam surat Al-Muzzammil. Dimana kita diperintahkan bangun malam untuk menstudi Al-Quran. Setengahnya, jika tidak mampu kurangi, dan jika Anda mampu tambahlah. Karena sesungguhnya dengan rattil Al-Quran itu Allah akan menancapkan nilai-nilai Al-Quran ke dalam dada Anda.
Dalam melakukan semua itu kita harus mencamkan di dalam kesadaran kita, bahwa semua itu adalah untuk kebutuhan kita. Allah memerintahkan beribadah adalah untuk kebutuhan kita bukan untuk kebutuhan Allah. Ini penting! Allah tidak butuh apa-apa dari makhluk-Nya. Dia Maha Kaya, Maha Kuasa dan Maha Segala-galanya sehingga tidak butuh apa-apa lagi. Justru makhluk-Nya lah yang membutuhkan Allah.

Oleh karena itu, Jadikanlah shalat sebagai kebutuhan selain kewajiban, bagaimana kita bisa thumu’ninah jika kita tidak merasa butuh? Bagaimana shalat kita akan berkwalitas jika shalat yang kita lakukan kita anggap sebagai beban? Mudah-mudahan bermanfaat! Wallahu a’lam bi showab!
















No comments:

Post a Comment