Pernahkah Anda shalat seperti di kejar
binatang buas? Terburu-buru, tidak tenang, bahkan tidak meresapi dan menghayati
bacaan-bacaannya. Saya kira, orang seperti kita, dimana keimanannya belum
mendarahdaging, pernah melakukan itu. Dan, saya kira hal itu manusiawi, sebab
keimanan itu sifatnya jazid wa yanqus, naik turun, fluktuatif. Kita tidak perlu
larut meratapinya, tetapi yang harus kita lakukan adalah terus-menerus berusaha
memperbaikinya.
Rasulullah shalat tidak terburu-buru. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melakukan shalat dengan tuma’ninah (rileks), yaitu
sikap tenang atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan perbuatannya,
dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan
sempurna, seperti yang digambarkan dalam hadits berikut:
فَإِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ
عَلَى رُكْبَتَيْكَ ثُمَّ فَرِّجْ اَصَابِعِكَ ثُمَّ امْكُثْ حَتَّى يَأْخُذُ
كُلَّ عُضْوٍ مَأْخَذَهُ {رواه ابن خزيمة و ابن حبان}
“Apabila
kamu rukuk letakkanlah ke dua telapak tanganmu pada lututmu, kemudian
renggangkanlah jari-jarimu, lalu diamlah, sehingga setiap anggota badan (ruas
tulang belakang) kembali pada tempatnya.(HR Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُ أَنَّ النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ الْمَسْجِدَ
فَقَالَ اِذَا هَمَمْتَ اِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ ثُمَّ اقْرَءْ
مَاتَيَسَّرَمَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ ثُمَّ
ارْفَعْ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى
تَطْمَئِنَّ جَالِسًا ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا ثُمَّ افْعَلْ
ذَالِكَ فِى صَلاَتِكَ كُلِّهَا
{رواه البخاري و مسلم }
Dari
Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Shalallahu’alaihi wasallam pernah masuk masjid.
Nabi bersabda:”Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang
mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan rukuk,
kemudian bangkitlah sehingga I’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah
sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga
tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam
keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu.” (HR.
Bukhari, Muslim dan Ahmad, tetapi dalam Muslim tidak terdapat sebutan sujud ke
dua).
Dari
Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Shalallahu’alaihi wasallam pernah masuk masjid.
Nabi bersabda:”Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang
mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan rukuk,
kemudian bangkitlah sehingga I’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah
sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga
tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam
keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu.” (HR.
Bukhari, Muslim dan Ahmad, tetapi dalam Muslim tidak terdapat sebutan sujud ke
dua).
Abu
Sangkan, dalam bukunya yang berjudul Pelatihan Shalat Khusuk, menyatakan bahwa
shalat itu berbeda dengan olah raga. Menurut dia, shalat sepenuhnya bersifat terapi, baik fisik
maupun jiwa. Gerakan tubuh pada saat shalat, tidak dilakukan dengan hentakan
atau gerakan keras seperti halnya olah raga senam dalam peregangan otot, akan
tetapi gerakan shalat dilakukan dengan rileks dan pengendoran tubuh secara
alamiah, seperti gerakan orang ngulet saat bangun tidur. Orang tai chi pun
melakukan meditasi dengan gerakan ngulet, yaitu gerakan yang telah dipola
mengikuti alur tubuh secara alami. Di dalam tuma’ninah, aspek meditasi jelas
sekali. Saat beridiri, benar-benar berdiri, tetapi berdirilah yang tenang dan
kendor agar seluruh organ tubuh berada dalam posisinya secara alami. Tidak seperti
Berdirinya orang dewasa yang terlihat kaku dan terpola oleh pikirannya, karena
menganggap jika berdiri seharusnya seperti peragawan, tegap seperti militer,
atau seperti berdirinya orang sedang memamerkan baju yang baru dibelinya dari
Paris, arloji dari Swiss, serta sepatu kulit dari Italia. Postur orang dewasa
seperti inilah yang membuat orang gampang merasa jenuh dan stress karena
berdiri tidak secara alami. Banyak dokter terkemuka meyakini bahwa
penyakit-penyakit modern dan penuaan dini antara lain disebabkan oleh
ketidakmampuan orang dalam menghadapi stress.
Ada
beberapa resep yang barangkali bermanfaat untuk membantu shalat kita agar thumu’ninah
selain yang dikemukan Abu Sangkan di atas.
Upayakan memahami bacaan-bacaan
shalat! Dengan memahami bacaannya, insya Allah kita akan semakin menikmati
shalat. Jika kita dapat menikmati shalat pasti dalam shalat kita akan thumu’ninah.
Untuk bacaan Al-Quran dapat Anda lakukan seperti yang diperintahkan dalam surat
Al-Muzzammil. Dimana kita diperintahkan bangun malam untuk menstudi Al-Quran.
Setengahnya, jika tidak mampu kurangi, dan jika Anda mampu tambahlah. Karena
sesungguhnya dengan rattil Al-Quran itu Allah akan menancapkan nilai-nilai
Al-Quran ke dalam dada Anda.
Dalam melakukan semua itu kita harus mencamkan
di dalam kesadaran kita, bahwa semua itu adalah untuk kebutuhan kita. Allah
memerintahkan beribadah adalah untuk kebutuhan kita bukan untuk kebutuhan
Allah. Ini penting! Allah tidak butuh apa-apa dari makhluk-Nya. Dia Maha Kaya,
Maha Kuasa dan Maha Segala-galanya sehingga tidak butuh apa-apa lagi. Justru
makhluk-Nya lah yang membutuhkan Allah.
Oleh karena itu, Jadikanlah shalat
sebagai kebutuhan selain kewajiban, bagaimana kita bisa thumu’ninah jika kita
tidak merasa butuh? Bagaimana shalat kita akan berkwalitas jika shalat yang
kita lakukan kita anggap sebagai beban? Mudah-mudahan bermanfaat! Wallahu a’lam
bi showab!
No comments:
Post a Comment