Tuesday, February 16, 2016

Mewujudkan Keadilan dalam Kehidupan Kita

Tidak ada satu bangsapun di muka bumi ini yang tidak menginginkan keadilan. Kata itu mudah diucapkan tetapi sulit diwujudkan. Di mana-mana orang mencari keadilan baik dalam lingkup bangsa, masyarakat, keluarga, bahkan masing-masing pribadi selalu memperjuangkan keadilan. Terlepas keadilan itu hanya menurut tafsirnya sendiri atau memang untuk kepentingan universal dengan didasarkan menurut ajaran Allah.


Ditingkat global, sudahkah dunia ini menikmati keadilan dan tidak ada penjajahan maupun penindasan dimuka bumi ini? Bagaimana dengan bangsa kita? Apakah keadilan sosial bagi seluruh bangsa yang tercantum pada sila ke lima pancasila benar-benar sudah mengujud menjadi kenyataan? Dan bagaimana dengan diri Anda sendiri? Sudahkah bersikap adil terhadap istri Anda, anak-anak Anda, atau masyarakat di sekitar Anda? Pertanyaan-pertanyaan tersebut patut kita renungkan jika kita benar-benar ingin menjadi pejuang keadilan, paling tidak di lingkungan sekitar kita.

Keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat dan porsinya. Keserasian dan keteraturan dalam memperlakukan sesuatu dapat menghadirkan kebahagiaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan : (1) tidak berat sebelah/tidak memihak, (2) berpihak pada kebenaran, dan (3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.

Keadilah diungkap oleh Al-Quran antara lain dengan kata-kata al’adl, al-qisth, al-mizan. Untuk memahami tentang keadilan, tidak berlebihan jika kita merujuk ke Al-Quran karena kata-kata tersebut memang terambil dari Al-Quran. Pertama-tama, marilah kita lihat bagaimana Allah menciptakan alam ini dengan prinsip keseimbangan dan keadilan.

Menurut Al-Quran, alam semesta inipun diciptakan oleh Allah dan bisa harmoni karena prinsip keadilan yang terdapat di dalamnya, Surat 55:7-8 :

7. dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan).
8. supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.

Dan Allah tetapkan keadilan. Jadi, bumi mengitari matahari, matahari berjalan pada orbitnya, kemudian bintang-bintang, galaksi-galaksi yang ada di kesemestaan ini kenapa tidak bertabrakan? Karena Allah telah menciptakannya dengan prinsip adil. Jadi adil itu artinya proporsional. Adil itu artinya seimbang. Bahkan ternyata didalam AQ ketika Allah menetapkan aturan-aturan hidup, itu juga dibangun atas keadilan. Misalnya dalam surat Al- An’am ayat 116 juga disebutkan bahwa ternyata Allah menyebutkan ketika Allah membuat aturan-aturan hidup manusia juga dibangun di atas keadilan.

115. telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar lagi Maha mengetahui.

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Allah memerintahkan kepada kita untuk bersikap adil. Jadi ternyata dari ayat-ayat tersebut terlihat jelas bahwa Allah menciptakan kesemestaan ini dengan keseimbangan. Adil itu seimbang. Sebab kalau tidak adil, tidak seimbang, tidak harmoni, maka akan terjadi kehancuran. Lalu. Allah pun menetapkan aturan-aturan kepada manusia dalam surat Al An’am ayat 115 diatas, 

Allah menurunkan ketentuan-ketentuan, firman-firman, kalimat-kaliamat dalam kitab sucinya juga sidqan wa ‘adlan, dibangun dengan kebenaran dan keadilan. Lalu di dalam surat An Nahl ayat 90, diungkap bahwa manusia itu kalau ingin harmoni hidupnya, ingin stabil, perlu suatu gaya hidup yanga adil, yang proporsional :

90. Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Contoh sederhana sesuatu yang tidak seimbang, sesuatu yang tidak proporsional misalnya dalam berolah raga atau dalam hal makan. Kita tahu bahwa berolahraga itu baik dan menyehatkan selama tidak dilakukan melewati batas. Jika melewati batas olah raga yang menyehatkan itu justru akan menanggu kesehatan kita. Banyak kasus orang mati mendadak ketika mereka sedang berolahraga karena kena serangan jantung. Begitu juga makan. Para ahli kesehatan menyarankan kita untuk makan makanan yang bergizi, kalau bisa empat sehat lima sempurna. Tetapi, jika berlebihan, makanan itu justru menimbulkan malapetaka, misalnya terserang kolestrol, asam urat, kegemukan yang justru membawa kematian. Segala sesuatu kalau diluar takaran dan ukuran akan mengalami disharmoni. Akan mengalami ketidakadilan, itulah satu gambaran bahwa keadilan, sikap pronorsional itu harus melekat dalam kehidupan kita jika kita menginginkan harmoni.

Banyak orang tidak puas karena merasa terdzolimi dan melakukan demo-demo di jalan menuntut keadilan. Mereka merasa tertindas dan hidup mereka tidak sejahtera. Jargonnya biasanya meminta keadilan! Apakah Anda termasuk orang-orang yang suka turun di jalan melakukan demo menuntut keadilan? Jika Anda tidak diperalat orang lain, atau Anda sudah benar-benar memenuhi kewajiban-kewajiban Anda, maka hal itu wajar dilakukan. Tetapi kita juga harus ingat keadilan itu jika dilihat skalanya ada yang besar dan ada yang kecil. Dan biasanya orang yang bisa mewujudkan keadilan yang besar itu mereka sudah mampu mewujudkan keadilan pada skala yang lebih kecil. Misalnya adil terhadap diri sendiri, keluarga dan masyarakat disekitar kita.

Perlu digarisbawahi bahwa adil itu bukan sama rata sama rasa seperti konsep komunis. Tetapi adil itu sesuai dengan porsinya. Misalnya ada orang yang punya tiga anak. Anak pertama mahasiswa, anak kedua SMA dan anak ketiga masih duduk di bangku sekolah dasar, tentu saja tidak sama dalam memperlakukan ketiga anak tersebut. Misalnya yang kuliah dikasih uang jajan sama seperti yang di SD dengan alasan ingin adil sama anaknya. Hal seperti ini tidak bisa disebut adil karena tuntutan-tuntutan anak itu beda. Jadi adil itu bukan sama rata, tetapi memberikan kepada seseorang sesuai haknya. 

Analogi lain dalam membelikan baju atau sepatu. Kalau baju yang kecil maupun besar sama haknya. Bicara uang penggunaannya. Boleh jadi anak yang kuliah pakai sepatu yang harganyya 200.000, tetapi yang SD justru 300.000. Yang kecil lebih mahal, maksudnya performa. Yang SD butuh sepatu yang bagus karena dia dalam masa pertumbuhan dan yang besar sudah tidak dalam masa pertumbuhan. Murah nggak apa-apa karena tidak mengganggu formasi kaki. Yang SD harus bagus karena kakinya sedang tumbuh.

Dalam sebuah cermahnya ustadz Aam Amirudin menyatakan, di dalam kitab suci Al Quran adil itu ada ruang lingkupnya. Pertama, kita harus adil terhadap diri kita. Nabi pernah menegur seorang sahabat yang rajin ibadah tetapi dia tidak adil terhadap dirinya. Ada seorang perempuan mengadu kepada Rasul. Ya Rasulullah, saya punya suami yang rajin ibadah, ibadahnya sangat-sangat hebat. Lalu kata wanita itu, ya rasul, suami saya itu kalau malam nggak pernah tidur. Shalat saja sampai dikamarnya ada tambang, jadi kalau capai untuk sandaran. Kalau siang dia puasa terus nggak pernah berbuka. Jadi siang malam nggak tidur ibadah terus. Setelah mendengar laporan dari wanita itu Nabi menegur pada suami wanita itu. Beliau bertanya : Kata istrimu kamu begini … begini …. Begini ….? Betul ya rasul jawab sang suami. Karena saya ingin dekat dengan surgamu. 

Apa kata nabi? Ketahuilah aku adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Aku tiap malam nggak pernah begadang untuk ibadah. Aku malam ada tidur. Nanti tengah malam aku bangun shalat. Siang aku nggak pernah puasa tiap hari kecuali bulan ramadhan. Kalau kamu mau, puasa yang maksimal itu puasanya Nabi Daud sehari puasa, sehari berbuka. Ini gambaran bahwa kita harus adil terhadap diri kita.

Sering orang nonton TV pencet-pencet remot untuk mencarai saluran tv meskipun matanya sudah ngantuk, remotnya berkali-kali sudah jatuh tetapi dia tidak menghentikannya. Kenapa begitu? Tubuhnya sudah berteriak-teriak minta istirahat, tetapi dia tidak adil terhadap diri mereka sendiri. Tidak adil terhadap tubuhnya dan dipaksa nonton. Kalau mata sudah ngantuk, tubuh sudah lelah, itu sebenarnya tubuh kita sudah berteriak-teriak, kamu harus tidur, kamu harus istirahat. Kalau kita cuek dan tidak memperhatikannya berarti kita tidak adil terhadap tubuh kita sendiri.


Yang kedua, kita harus adil terhadap keluarga.  Terhadap pasangan atau istri, terhadap anak-anak, saudara, dan tetangga. Menemukan kesalah istri atau suami lalu mereka melakukan generalisir. Kesalahan suami atau istri satu kali lalu dianggap kesalahan itu dilakukan selama pernikahan. Misalnya sang suami kalau mau ngasih uang pada saudaranya selalu bilang pada istrinya, mah tadi saya ngasih adik saya sekian …. ! satu saat adik sang suami mau KKN misalnya. Tanpa pikir panjang sang suami ngasih uang satu juta misalnya, secara spontan. Tiba-tiba adiknya ketemu denga istri sang suami, lalu mengucapkan. Terimakasih ya mbak, saya dikasih uang satu juta oleh mas Bejo ….! Istrinya langsung emosi karena sang suami ngasih uang tanpa bilang-bilang. Pulang kantor langsung bertanya dengan nada penuh emosi.

            “Ayah. Benar nggak kemarin ngasih uang satu juta pada adik?”
            “Benar.”
            “Ya Allah, jadi selama berumah tangga setahun ayah nggak pernah ngomong kalau ngasih uang sama adik ….? Padahal aku nggak pernah ngelarang kamu ngasih uang pada keluarga!”

Kalau menemui kesalahan Istri atau suami jangan menggeneralisir peristiwa tersebut, padahal kasusnya cuma sekali dan mungkin dia sedang khilaf. Jadi kalau kita menemukan kesalahan suami atau istri jangan digeneralisir. Termasuk jika ada kecurigaan selingkuh …. Jadi selama dua puluh tahun kamu selingkuh. Padahal, baru mau dan baru belajar sudah ketahuan. Belum ahli. Misalnya ada salah satu anak kita gagal memasuki perguruan tinggi faforit, lalu menyalahkan seratus persen pada istri dan menafikan kebaikan-kebaikan istrinya.
            “Mama ini kerjaannya apa sih koq sampai anak kita gagal memasuki perguruan tinggi faforit?”

Itulah contoh-contoh kecil tentang keadilan. Jika kita ingin mewujudkan keadilan dalam skala yang besar, hendaknya kita selesaikan dalam lingkup yang lebih kecil. Ingat sabda Rasulullah, sebenarnya kita ini adalah pemimpin dan nanti akan ditanyakan tentang kepemimpinan kita, akan ditanya apakah ketika kita memimpin bersikap adil?

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan keadilan dalam lingkup kecil adalah :

Adil terhadap Allah

Bagaimana cara berlaku adil kepada Allah. Pertama, jangan menyekutukan dengan apapun karena dalam hidup ini ada orang yang sama sekali tidak percaya kepada Tuhan. Tetapi ada juga yang percaya tetapi Tuhannya kelewat banyak. Yang adil dalam hal ini adalah, percaya kepada Tuhan, dan Tuhan itu jangan disekutukan dengan sesuatu. Hal ini sangat adil jika dilakukan oleh manusia, karena Allahlah yang menciptakan manusia, mengasihinya, membimbing dan mendidikanya serta memberikan nikmat yang tidak dapat kita hitung jumlahnya.

Adil terhadi diri kita sendiri (hal ini telah dijelaskan di atas)

Adil terhadap anak. 

Kita tidak boleh membeda-bedakan anak kita. Masih menurut Aam Amirudin : Nabi Bertemu terhadap satu keluarga. Mereka mempunyai anak kecil dua. Sang ayah menggendong atau memangkunya, sementara yang lain dibiarkan tanpa diperhatikan. Lalu, Nabi berkata kepada sang ayah :

“Takwahlah kamu kepada Allah dan kamu harus adil sama anak-anakmu!”

Jika anak-anak masih kecil, jika yang satu dipangku disebelah kanan, yang lainpun harus dipangku disebelah kiri, terkecuali anak itu memang tidak mau dipangku. Nah, ruapanya pada saat itu rasul melihat peristiwa itu sehingga beliau menegur laki-laki itu.
Adil terhadap dua orang yang berselisih

Kepada dua orang/kelompok yang sedang berselisih kita harus bersikap adil. Ini dijelaskan dalam surat Al Hujurat ayat 9.

9. dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil.

Ketika ada orang yang berselisih kita harus mendamaikannya dengan penuh keadilan. Di situ ada kata-kata wa in thaifataani minal mu’miniina iqtataluu kalau ada dua kelompok orang beriman itu beselisih, maka damaikan di antara ke duanya. Kalau salah satunya melewati batas, kita harus mengingatkannya supaya tidak berlaku dzalim terhadap yang lain. Damaikanlah antara ke duanya dengan adil. Kita tidak boleh berfihak kepada salah satu yang berselisih. Karena  sangat mungkin setelah kita hadir justru tidak tambah damai. Misalnya ada perselisian, salah satu di antaranya meminta tolong kepada kita. Seharusnya kita bersikap adil, tidak justru mengompori, “temanmu itu memang goblok. Sudahlah, hajar saja!”. Kalau bersikap demikian namanya tidak mendamaikan tapi memprovokasi hingga perselisihan itu semakin tajam.

Ada lagi yang lebih parah, dan ini sering terjadi di kantor-kantor/instansi-instansi terutama instansi pemerintah. Biasanya jika ada teman kerja yang kelewat rajin justru diledek oleh temannya. Alah! Kenapa rajin-rajin dan terlalu bersemangat, besok akhir bulan gajinya kan sama! Canda seperti ini kadang menjadi virus keburukan. Boleh jadi pegawai yang rajin itu merenung setelah di ledek temannya. Oh, iya, ya! Benar juga kata si Fulan, kenapa harus rajin-rajin, gajinya nantikan tetap sama!

Untuk unsur-unsur keadilan yang lain silahkan dielaborasi sendiri. Dengan memahami hakekat keadilah mudah-mudahan kehidupan keluarga kita, masyarakat kita dan bangsa kita semakin berkualitas. Amiin! Wallahu a’lam bishowab!




1 comment: