Monday, February 19, 2018

KENDALIKANLAH HAWA AMARAHMU

Hawa amarah itu bagaikan api yang bergolak, jika dibiarkan akan melalap dan menghanguskan segalnya. Rimba rayapun akan hangus menjadi abu jika api dibiarkan bergolak. Bangunan-bangunanpun akan roboh menjad abu jika membiarkan api amarah terus merajalela.

Pengendalian hawa amarah itu termat penting, buktinya ketika Rasulullah dimintai seseorang untuk memberi wasiat beliau sampai mengulang tiga kali wasiat mengendalikan hawa amarah. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki memohon kepada Nabi shalallahu 'alaihi wassalam, "Berilah aku wasiat." Beliau bersabda, "Jangan marah!" Lalaki itu mengulangi permohonannya berulangkali, tapi beliau (tetap) bersabda, "Jangan marah!" (Hr. Bukhari).

Apa artinya itu? Artinya mengendalikan hawa amarah adalah perbuatan yang sangat penting dan utama. Bahkan oleh Allah SWT. tindakan itu dikategorikan sebagai salah satu tanda ketakwaan manusia. (

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ


Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, 

الَّذِينَ يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاء وَالضَّرَّاء وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ 


134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. 


Sebagai manusia normal, tentu kita semua pernah mengalami keadaan emosi meletup yang dinamakan marah. Marah adalah emosi dasar yang muncul ketika suatu motif dasar atau penting yang seharusnya dipenuhi terhambat. Secara fitrah, marah itu kewajaran. Cuma, masalahnya adalah bila amarah itu tak dapat dikendalikan, dapat memunculkan persoalan serius yang merugikan diri dan orang lain.

Media massa tak jarang merilis berita peristiwa penganiayaan akibat amarah yang tak dapat dikendalikan. Berawal dari rasa cemburu, sakit hati, dan kebencian yang sangat, tindakan sadis dijadikan bentuk pelampiasannya. Tentu saja, Islam sangat tidak mengehendaki hal ini. Islam mengajarkan pengendalian diri. Selain menahan syahwat, kaum muslimin juga harus kuat dalam mengendalikan amarah.

Sekali lagi, marah itu kewajaran. Cuma masalahnya adalah bila amarah tak dapat dikendalikan, dapat memunculkan persoalan serius yang merugikan diri dan orang lain. Untuk itu, sebagaimana wasiat Nabi tadi, amarah harus dikenalikan, jangan sampai dilampiaskan sembarangan. Beliau sudah menunjukkan kiat melakukannya. Setidaknya ada dua kita praktis yang akan membuat amarah menjadi redam dan dapat dikendalikan. Pertama, dengan merilekskan badan.

"Jika salah seorang dari kalian marah, sedang ia dalam posisi berdiri, maka hendaknya ia duduk, karena itu dapat meredam amarahnya. Jika belum mampu, maka hendaknya ia berbaring. (Hr. Abu Dawud dan Ahmad).

Kedua, dengan berwudhu.

"Sesungguhnya marah itu dari setan, dan sesungguhnya setan itu dari api, dan api itu hanya bisa pada oleh air. Maka jika salah seorang dari kalian marah, berwudhulah!" (HR. Abu Dawud).

Akhirnya, marilah kita bersama-sama melatih mengendalikan hawa amarah kita, agar kehadiran kita di tengah umat tidak menimbulkan masalah, tetapi sebaliknya menebar rahamah!.
Wallahu a'lam!







 

No comments:

Post a Comment