Dalam
Kamus Bahasa Indonesia syukur diartikan
rasa terimakasih kepada Allah, dan bersyukur adalah berterima kasih;
mengucapkan syukur. Kata syukur sebenarnya merupakan kata serapan dari bahasa
Arab. Seperti biasanya kata serapan, setelah menjadi bahasa Indonesia kemudian
mengalami perkembangan makna. Dari kata syukur, kemudian lahirlah syukuran yang
diwujudkan dengan mengadakan selamatan untuk bersyukur kepada Tuhan (karena
mendapat rezeki nomplok, terhindar dari musibah, sembuh dari penyakit, dsb).
Dalam masyarakat Jawa syukuran biasanya dilakukan dengan tumpengan atau
mengadakan kenduri satu RT atau RW untuk berterima kasih kepada Tuhan atas
nikmat yang telah dikaruniakan. Adalagi yang membagi-bagikan hadiah untuk
mensyukuri nikmat yang telah diperolehnya.
Membagi-bagikan
hadiah bukan perbuatan tercela, bahkan merupakan perwujudan dari rasa berbagi
kita kepada orang lain. Tetapi, apakah hanya dengan membagi-bagi hadiah,
kenduri seperti itu rasa syukur kita kepada Allah sudah cukup? Jika kita
mendapatkan bantuan hibah, misalnya, dari pemerintah berujud uang untuk
peningkatan ekonomi, bagaimana ujud terima kasih kita? Mengucapkan terima kasih
sudahlah pasti, tetapi yang lebih penting dari itu adalah menggunakan uang
tersebut sesuai kehendak yang membantu. Bagaimana dengan rasa syukur kita
kepada Allah? Seperti telah kita ketahui bahwa Allah telah memberi banyak
kenikmatan bagi kita, bahkan manusia tidak akan mampu jika disuruh menghitung
kenikmatan yang telah diperintahkan oleh Allah. Sebagai bentuk rasa syukur kita
atas kenikmatan itu adalah menggunakan segala kenikmatan itu untuk berlaku
karya sesuai dengan yang diperintahkan Allah. Untuk mengetahui dan memahami
kehendak Allah kita harus memahi kitab yang telah diturunkan oleh Allah untuk
manusia. Nah, kira-kira begitulah kesimpulannya!
Bersyukur
kepada Allah adalah kewajiban mutlak bagi manusia. Disamping membawa dan
menambah nikmat serta karunia kepada umat manusia juga akan menjauhkan mereka
dari musibah, serta melindungi mereka dari siksa-Nya. Dalam surat Ibrahim ayat
7 Allah berfirman:
“Sesungguhnya
kika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu. Dan jika kamu
mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”
Syukur
kepada Allah selain dengan ucapan dan kata-kata, hendaklah dinyatakan dan
direalisasikan dalam bentuk amalan nyata, serta diwujudakan dalam pola hidup
keseharian. Selain penyataan syukur kepada Allah, sebagai seorang muslim harus
dapat menggunakan serta memanfaatkan nikmat dan karunia Allah yang disyukuri
untuk meraih keridhaan-Nya, sebagai sarana untuk meraih kemanfaatan diri
sendiri dan kemaslahatan umat secara keseluruhan.
Kesehatan,
kekayaan, pangkat, atau kedudukan, semuanya merupakan nikmat dan karunia Allah
yang apabila tidak dimanfaatkan untuk melakukan amal kebajikan yang berguna
bagi diri sendiri maupun bagi sesama manusia, baik di dunia maupun di akherat
maka akan sia-sia. Karena itu, harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, dijadikan
sarana untuk menempuh jalan keridhaan-Nya, serta digunakan untuk menciptakan
kemaslahatan umat, hingga kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki dapat diraih
secara sempurna.
No comments:
Post a Comment