Wednesday, February 13, 2013

Tawakal Kepada Allah

Pada postingan yang lalu kita telah membahas masalah tawakal, yaitu sifat mulia yang dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Seperti telah kita bicarakan pada postingan yang lalu, tawakal kepada Allah adalah berserah diri dan berpegang teguh kepada-Nya. Inilah inti dari tawakal. Tetapi sikap berserah diri kadang-kadang disalah artikan sebagai pasrah, tidak melakukan usaha apapun untuk mencapai tujuannya, mengharapkan apa yang diimpikan jatuh dari langit. Kalau kita bersikap seperti itu, berarti kita tidak bertawakal. Sikap yang benar adalah, kita berusaha dengan sungguh-sungguh terlebih dahulu, dan kemudian hasilnya kita serahkan kepada Allah!


Ada lagi yang perlu kita perhatikan, yaitu satu pertanyaan yang harus kita jawab dengan jujur? Sudahkah kita benar-benar bertawakal kepada Allah? Jangan-jangan kita berserah diri dengan hawa nafsu kita? Mungkin Anda menganggap berserah diri kepada Allah adalah tidak melakukan apa-apa, kecuali berdoa dengan ucapan-ucapan permohonan kepada Allah agar apa yang kita kehendaki dikabulkan-Nya, atau kita melakukan amalan-amalan tertentu tetapi tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mewujudkan mimpi kita. Ini namanya tidak berserah diri kepada Allah. Atau, kalau dikatakan berserah diri, itu namanya bukan berserah diri kepada Allah. Mungkin ada seorang pejabat ingin kaya tetapi tidak lewat jalan yang benar, misalnya dengan cara korupsi, menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya, kemudian dia berserah diri kepada Allah. Kalau ini bukan tawakal lagi namanya, tetapi dagelan, bahkan boleh dikatakan menghina Allah! Berserah diri  kepada Allah berarti mengikuti ajaran-ajaran-Nya, yaitu berpegang teguh dengan Al-Qur’an seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Bukan menurut kemauannya sendiri! Seperti yang sering kita dengar dari para dai dan kyai, Allah itu melalaui Rasulnya menurunkan kitab yang di dalamnya tidak ada keraguan, dan menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Dengan al-Qur’an Allah menyampaikan maksud atau tujuannya. Apakah kemauan Allah tentang kehidupan ini, hanya dapat diketahui melalui al-qur’an. Tanpa memahami al-Qur’an, kemauan dan harapan Allah tidak mungkin diketahui oleh manusia. 

Menurut pandangan dan penilaian al-Qur’an, manusia itu terlahir tidak memiliki ilmu apa-apa. Oleh Allah mereka dibekali hati, pendengaran, penglihatan sebagai alat deteksi untuk memahami ilmu. Boleh dikatakan manusia itu tidak mampu mencipta tetapi hanya menyusun dari yang sudah ada. (baca surat An-Nahl ayat 78). 

Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang memuat nilai-nilai kehidupan untuk manusia, baik bagi manusia yang ingin membangun  kehidupan yang dicontohkan [secara paripurna] oleh Rasulullah [sebagai pengemban misi suci] maupun para Syaithon dan antek-anteknya [sebagai pengemban misi kebathilan]. Manusia diberi hak memilih mau beriman atau kafir! Di dalam kitab itupun dilukiskan perjuangan mereka dalam menegakkan dan mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang mereka cintai. Kita dapat meneladani sepakterjang mereka melalui sejarah para rasul sebagai model kehidupan Nur atau sejarah hidup para penentangnya sebagai model kehidupan dzulumat , semua terlukis di dalam al-Qur’an Dan masing-masing akan mendapatkan kepastian kehidupan sesuai dengan nilai pilihan mereka

Nah, seharusnya, ketika kita bertawakal kepada Allah menyandarkan diri kita kepada Allah dengan ajarannya, yaitu Al-Qur’an yang memuat nilai-nilai kehidupan, baik yang Nur maupun yang bathil.  Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah, adalah merupakan sajian [hidangan]. Isinya adalah nilai-nilai kehidupan  yang Nur [yang diperagakan oleh para Rasul beserta para pendukungnya] dan nilai-nilai bathil [yang diperagakan oleh para Syaithon dan antek-anteknya].  Jika Anda ingin bertawakal kepada Allah, maka sandarkanlah diri Anda dnegan ajaran Allah yang dibawa oleh para Rasul. Sebaliknya, jika ingin berserah diri kepada para syaithon maka sandarkanlah diri Anda pada ajaran-ajaran Syaithon dan antek-anteknya yang menjadi perusak kehidupan ini.

Ya Allah! Jadikanlah diri kami, keluarga kami, sahabat-sahabat kami dan bangsa kami menjadi orang-orang yang bertawakal kepada-Mu! Sehingga tidak ada lagi pejabat yang korupsi, sehinggi negeri ini benar-benar menjadi negeri yang gemah ripah log ji nawi tata titi tentrem karta raharja! Amiin!

               




No comments:

Post a Comment