Pada postingan yang lalu kita
telah membahas masalah tawakal, yaitu sifat mulia yang dimiliki oleh
orang-orang yang beriman. Seperti telah kita bicarakan pada postingan yang
lalu, tawakal kepada Allah adalah berserah diri dan berpegang teguh kepada-Nya.
Inilah inti dari tawakal. Tetapi sikap berserah diri kadang-kadang disalah
artikan sebagai pasrah, tidak melakukan usaha apapun untuk mencapai tujuannya,
mengharapkan apa yang diimpikan jatuh dari langit. Kalau kita bersikap seperti
itu, berarti kita tidak bertawakal. Sikap yang benar adalah, kita berusaha
dengan sungguh-sungguh terlebih dahulu, dan kemudian hasilnya kita serahkan
kepada Allah!
Ada lagi yang perlu kita
perhatikan, yaitu satu pertanyaan yang harus kita jawab dengan jujur? Sudahkah
kita benar-benar bertawakal kepada Allah? Jangan-jangan kita berserah diri
dengan hawa nafsu kita? Mungkin Anda menganggap berserah diri kepada Allah
adalah tidak melakukan apa-apa, kecuali berdoa dengan ucapan-ucapan permohonan
kepada Allah agar apa yang kita kehendaki dikabulkan-Nya, atau kita melakukan
amalan-amalan tertentu tetapi tidak berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
mewujudkan mimpi kita. Ini namanya tidak berserah diri kepada Allah. Atau,
kalau dikatakan berserah diri, itu namanya bukan berserah diri kepada Allah.
Mungkin ada seorang pejabat ingin kaya tetapi tidak lewat jalan yang benar,
misalnya dengan cara korupsi, menyalahgunakan jabatan dan wewenangnya, kemudian
dia berserah diri kepada Allah. Kalau ini bukan tawakal lagi namanya, tetapi
dagelan, bahkan boleh dikatakan menghina Allah! Berserah diri kepada Allah berarti mengikuti
ajaran-ajaran-Nya, yaitu berpegang teguh dengan Al-Qur’an seperti yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah. Bukan menurut kemauannya sendiri! Seperti yang
sering kita dengar dari para dai dan kyai, Allah itu melalaui Rasulnya
menurunkan kitab yang di dalamnya tidak ada keraguan, dan menjadi petunjuk bagi
orang-orang yang bertakwa. Dengan al-Qur’an Allah menyampaikan maksud atau
tujuannya. Apakah kemauan Allah tentang kehidupan ini, hanya dapat diketahui
melalui al-qur’an. Tanpa memahami al-Qur’an, kemauan dan harapan Allah tidak
mungkin diketahui oleh manusia.
Menurut pandangan dan penilaian
al-Qur’an, manusia itu terlahir tidak memiliki ilmu apa-apa. Oleh Allah mereka
dibekali hati, pendengaran, penglihatan sebagai alat deteksi untuk memahami
ilmu. Boleh dikatakan manusia itu tidak mampu mencipta tetapi hanya menyusun
dari yang sudah ada. (baca surat An-Nahl ayat 78).
Al-Qur’an adalah sebuah kitab yang memuat
nilai-nilai kehidupan untuk manusia, baik bagi manusia yang ingin
membangun kehidupan yang dicontohkan
[secara paripurna] oleh Rasulullah [sebagai pengemban misi suci] maupun para
Syaithon dan antek-anteknya [sebagai
pengemban misi kebathilan]. Manusia diberi hak memilih mau beriman atau kafir!
Di dalam kitab itupun dilukiskan perjuangan mereka dalam menegakkan dan
mempertahankan nilai-nilai kehidupan yang mereka cintai. Kita dapat meneladani
sepakterjang mereka melalui sejarah para rasul sebagai model kehidupan Nur atau
sejarah hidup para penentangnya sebagai model kehidupan dzulumat , semua
terlukis di dalam al-Qur’an Dan masing-masing akan mendapatkan kepastian
kehidupan sesuai dengan nilai pilihan mereka
Nah, seharusnya, ketika kita bertawakal
kepada Allah menyandarkan diri kita kepada Allah dengan ajarannya, yaitu
Al-Qur’an yang memuat nilai-nilai kehidupan, baik yang Nur maupun yang bathil. Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah, adalah merupakan sajian
[hidangan]. Isinya adalah nilai-nilai kehidupan
yang Nur [yang diperagakan oleh para Rasul beserta para pendukungnya]
dan nilai-nilai bathil [yang diperagakan oleh para Syaithon dan
antek-anteknya]. Jika Anda ingin bertawakal kepada Allah, maka
sandarkanlah diri Anda dnegan ajaran Allah yang dibawa oleh para Rasul.
Sebaliknya, jika ingin berserah diri kepada para syaithon maka sandarkanlah
diri Anda pada ajaran-ajaran Syaithon dan antek-anteknya yang menjadi perusak
kehidupan ini.
Ya Allah!
Jadikanlah diri kami, keluarga kami, sahabat-sahabat kami dan bangsa kami
menjadi orang-orang yang bertawakal kepada-Mu! Sehingga tidak ada lagi pejabat
yang korupsi, sehinggi negeri ini benar-benar menjadi negeri yang gemah ripah
log ji nawi tata titi tentrem karta raharja! Amiin!
No comments:
Post a Comment