GEBYAR RAMADHAN 2
Dari Abu Hurairah ra. Berkata: “Nabi SAW. bersabda: “Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh bagian apapun dari puasanya kecuali lapar. Banyak orang yang bangun malam, tetapi tidak memperoleh apapun dari bangun malamnya kecuali berjaga.”
Tidak ada gunanya menahan lapar
dan haus jika mereka tidak menahan diri dari ucapan-ucapan kotor dan
tindakan-tindakan berdosa. Puasa kitapun akan batal jika kita berbohong,
mengolok-olok orang lain, tidak mengakui adanya
Allah, dan mengumbar hawa nafsu. Dalam bulan Ramadhan umat islam
benar-benar dianjurkan mengontrol hawa nafsunya
dan menuju kehidupan yang lebih baik.
Dari Abu ‘Ubaidah ra, dia
berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Puasa adalah perisai selama dia
tidak merusak perisai itu.”
Perisai adalah pelindung dari
serangan musuh. Demikian pula dengan puasa yang melindungi dari musuh manusia,
yaitu Setan dalam segala bentuknya. Hadits di atas jika dihubungkan dengan
hadits yang lainnya sebenarnya memerintahkan kita agar menghindarkan diri dari
perbuatan-perbuatan yang menyebabkan puasa itu sia-sia. Adakalanya kita menghabiskan waktu dengan pembicaraan yang
tidak penting. Para ulama berpendapat bahwa berdusta, mengumpat, menfitnah,
dsb, sebenarnya membatalkan puasa, sebagaimana halnya makan dan minum , tetapi
sebagian besar ulama mempercayai bahwa puasa tersebut tidak sepenuhnya batal,
namun hilang keberkahannya. Ulama Islam telah menyebut enam hal untuk
diperhatikan selama berpuasa:
Pertama, hendaknya menjaga mata
dari sesuatu yang tidak boleh dilihat, bahkan ada yang melarang melihat istri
sendiri dengan nafsu, apalagi melihat perempuan-perempuan lain. Pandangan mata
adalah seperti anak panah Setan. Barangsiapa
takut kepada Allah, kemudian menjauhkan diri dari melihat yang maksiat, maka
Allah akan mengaruniakan kepadanya kekuatan iman, dan ia akan merasakan manis
dan nikmatnya iman dalam hatinya (hadits dikutip dari bukut Fadhilah
Ramadhan yang disusun oleh M. Zakariyya Kandahlawi).
Kedua, hendaknya kita menjaga
lidah dari berdusta, bicara sia-sia, bertengkar, memfitnah, mengumpat dan
sebagainya. Orang-orang yang berpuasa hendaknya menjauhi pembicaraan yang
sia-sia, bersenda gurau, bertengkar dan sebagainya. Apabila ada orang yang
mendahului bertengkar, maka katakanlah: “Aku sedang berpuasa”.
Ketiga, hendaknya kita tidak
menggunjing. Apa itu menggunjing. Dalam bukunya yang berjudul Fadhilah
Ramadhan. M. Zakariyya Kandahlawi menjelaskan dengan mengutip beberapat hadits.
Seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah SAW: “Apakah menggunjing itu?” Rasulullah Saw. menjawab:
“Menceritakan sesuatu mengenai saudaramu dibelakangnya, yang dia tidak suka
jika keadaannya diceritakan.” Kemudian sahabat itu bertanya.”Bagaimana jika
memang benar demikian keadaan saudaraku itu?” Jawab Nabi SAW:” Jika benar
demikian (apabila yang diceritakan itu benar), itulah menggunjing (ghibah),
tetapi jika yang diceritakan itu salah, maka sesungguhnya kamu telah
memfitnahnya.”
Keempat, anggota badan lainnya
hendaklah dijauhkan dari dosa dan hal-hal yang diharamkan. Pada saat ifthar
(berbuka) hendaknya sangat berhati-hati, jangan sampai barang-barang yang
diragukan kehalalannya masuk ke dalam perut. Apabila seseorang berpuasa,
kemudian saat ifthar berbuka dengan makanan haram, maka ia bagaikan orang sakit
yang minum obat supaya sembuh, tetapi juga minum racun, yang dapat
membinasakannya.
Kelima, setelah berpuasa tidak
dianjurkan untuk mengisi perut penuh-penuh saat ifthar (berbuka) maupun sahur,
sekalipun dengan makanan halal, karena tujuan puasa tidak akan tercapai. Tujuan
berpuasa adalah menjadi orang bertakwa. Orang bertakwa adalah yang dapat
mengekang hawa nafsunya.
Imam al-Ghazali mengajukan
pertanyaan yang sama: “Apabila tujuan berpuasa adalah untuk menundukkan hawa
nafsu dalam melawan iblis, bagaimana mungkin hal ini dilakukan dengan makan
secara berlebih-lebihan pada saat ifthar?” Jika demikian halnya, kita hanya
mengubah waktu makan saja dan tidak berpuasa dengan sungguh-sungguh.
Sesungguhnya dengan menyantap berbagai jenis makanan, bahkan kita menghabiskan
makan lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainya. Akibatnya bukan
mengurangi hawa nafsu, namun justru meningkatkannya. Manfaat puasa yang
sesungguhnya timbul sebagai hasil dari kelaparan dalam arti yang sebenarnya.
Nabi saw bersabda: “Setan mengalir melalui tubuh manusia seperti darah, maka
tutuplah jalannya melalui berlapar.” Apabilaa perut lapar, maka ruhani menjadi
kuat. Disamping lapar, puasa dapat menjadikan kita bisa merasakan orang-orang
yang miskin dan kekurangan, sehingga menimbulkan rasa belas kasihan kepada
mereka.
Keenam, setelah berpuasa
hendaklah selalu merasa cemas apakah puasanya diterima oleh Allah atau tidak.
Demikian pula dengan ibadah-ibadah lainnya. Siapapun tidak pernah akan mengerti
apakah ada bagian-bagian penting telah tertinggal dan ada bagian-bagian penting
lainnya yang kurang diperhatikan. Bagi orang yang lebih tinggi lagi
ketakwaannya, ditambah lagi menjadi tujuh hal, yakni selama berpuasa hendakknya
hati jangan sampai berpaling kepada siapapun, kecuali hanya kepada Allah,
sehingga selama berpuasa, tidak perlu khawatir lagi apakah ada makanan untuk
berbuka atau tidak!
Tip : Ceramah Tentang Ramadhan Oleh Kyai H. Zainudin. MZ
Tip : Ceramah Tentang Ramadhan Oleh Kyai H. Zainudin. MZ
***
No comments:
Post a Comment