Friday, July 19, 2013

Puasa Adalah Perisai

GEBYAR RAMADHAN 2



Dari Abu Hurairah ra. Berkata: “Nabi SAW. bersabda: “Banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak memperoleh bagian apapun dari puasanya kecuali lapar. Banyak orang yang bangun malam, tetapi tidak memperoleh apapun dari bangun malamnya kecuali berjaga.”

Tidak ada gunanya menahan lapar dan haus jika mereka tidak menahan diri dari ucapan-ucapan kotor dan tindakan-tindakan berdosa. Puasa kitapun akan batal jika kita berbohong, mengolok-olok orang lain, tidak mengakui adanya  Allah, dan mengumbar hawa nafsu. Dalam bulan Ramadhan umat islam benar-benar dianjurkan mengontrol hawa nafsunya  dan menuju kehidupan yang lebih baik.  

Dari Abu ‘Ubaidah ra, dia berkata: “Saya mendengar Rasulullah bersabda: “Puasa adalah perisai selama dia tidak merusak perisai itu.”

Perisai adalah pelindung dari serangan musuh. Demikian pula dengan puasa yang melindungi dari musuh manusia, yaitu Setan dalam segala bentuknya. Hadits di atas jika dihubungkan dengan hadits yang lainnya sebenarnya memerintahkan kita agar menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan puasa itu sia-sia. Adakalanya kita  menghabiskan waktu dengan pembicaraan yang tidak penting. Para ulama berpendapat bahwa berdusta, mengumpat, menfitnah, dsb, sebenarnya membatalkan puasa, sebagaimana halnya makan dan minum , tetapi sebagian besar ulama mempercayai bahwa puasa tersebut tidak sepenuhnya batal, namun hilang keberkahannya. Ulama Islam telah menyebut enam hal untuk diperhatikan selama berpuasa:


Pertama, hendaknya menjaga mata dari sesuatu yang tidak boleh dilihat, bahkan ada yang melarang melihat istri sendiri dengan nafsu, apalagi melihat perempuan-perempuan lain. Pandangan mata adalah seperti anak panah Setan. Barangsiapa takut kepada Allah, kemudian menjauhkan diri dari melihat yang maksiat, maka Allah akan mengaruniakan kepadanya kekuatan iman, dan ia akan merasakan manis dan nikmatnya iman dalam hatinya (hadits dikutip dari bukut Fadhilah Ramadhan yang disusun oleh M. Zakariyya Kandahlawi).

Kedua, hendaknya kita menjaga lidah dari berdusta, bicara sia-sia, bertengkar, memfitnah, mengumpat dan sebagainya. Orang-orang yang berpuasa hendaknya menjauhi pembicaraan yang sia-sia, bersenda gurau, bertengkar dan sebagainya. Apabila ada orang yang mendahului bertengkar, maka katakanlah: “Aku sedang berpuasa”.

Ketiga, hendaknya kita tidak menggunjing. Apa itu menggunjing. Dalam bukunya yang berjudul Fadhilah Ramadhan. M. Zakariyya Kandahlawi menjelaskan dengan mengutip beberapat hadits.

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apakah menggunjing itu?” Rasulullah Saw. menjawab: “Menceritakan sesuatu mengenai saudaramu dibelakangnya, yang dia tidak suka jika keadaannya diceritakan.” Kemudian sahabat itu bertanya.”Bagaimana jika memang benar demikian keadaan saudaraku itu?” Jawab Nabi SAW:” Jika benar demikian (apabila yang diceritakan itu benar), itulah menggunjing (ghibah), tetapi jika yang diceritakan itu salah, maka sesungguhnya kamu telah memfitnahnya.”


Keempat, anggota badan lainnya hendaklah dijauhkan dari dosa dan hal-hal yang diharamkan. Pada saat ifthar (berbuka) hendaknya sangat berhati-hati, jangan sampai barang-barang yang diragukan kehalalannya masuk ke dalam perut. Apabila seseorang berpuasa, kemudian saat ifthar berbuka dengan makanan haram, maka ia bagaikan orang sakit yang minum obat supaya sembuh, tetapi juga minum racun, yang dapat membinasakannya.

Kelima, setelah berpuasa tidak dianjurkan untuk mengisi perut penuh-penuh saat ifthar (berbuka) maupun sahur, sekalipun dengan makanan halal, karena tujuan puasa tidak akan tercapai. Tujuan berpuasa adalah menjadi orang bertakwa. Orang bertakwa adalah yang dapat mengekang hawa nafsunya. 

Imam al-Ghazali mengajukan pertanyaan yang sama: “Apabila tujuan berpuasa adalah untuk menundukkan hawa nafsu dalam melawan iblis, bagaimana mungkin hal ini dilakukan dengan makan secara berlebih-lebihan pada saat ifthar?” Jika demikian halnya, kita hanya mengubah waktu makan saja dan tidak berpuasa dengan sungguh-sungguh. Sesungguhnya dengan menyantap berbagai jenis makanan, bahkan kita menghabiskan makan lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainya. Akibatnya bukan mengurangi hawa nafsu, namun justru meningkatkannya. Manfaat puasa yang sesungguhnya timbul sebagai hasil dari kelaparan dalam arti yang sebenarnya. Nabi saw bersabda: “Setan mengalir melalui tubuh manusia seperti darah, maka tutuplah jalannya melalui berlapar.” Apabilaa perut lapar, maka ruhani menjadi kuat. Disamping lapar, puasa dapat menjadikan kita bisa merasakan orang-orang yang miskin dan kekurangan, sehingga menimbulkan rasa belas kasihan kepada mereka.

Keenam, setelah berpuasa hendaklah selalu merasa cemas apakah puasanya diterima oleh Allah atau tidak. Demikian pula dengan ibadah-ibadah lainnya. Siapapun tidak pernah akan mengerti apakah ada bagian-bagian penting telah tertinggal dan ada bagian-bagian penting lainnya yang kurang diperhatikan. Bagi orang yang lebih tinggi lagi ketakwaannya, ditambah lagi menjadi tujuh hal, yakni selama berpuasa hendakknya hati jangan sampai berpaling kepada siapapun, kecuali hanya kepada Allah, sehingga selama berpuasa, tidak perlu khawatir lagi apakah ada makanan untuk berbuka atau tidak!

Tip : Ceramah Tentang Ramadhan Oleh Kyai H. Zainudin. MZ

***




 

 
 
 
 

No comments:

Post a Comment