Sebenarnya jika dilihat secara utuh, pengajaran itu merupakan bagian
dari pendidikan. Hanya saja cakupan pendidikan lebih luas dari
pengajaran. Contohnya, orang tua lebih banyak mendidik sedangkan guru
lebih banyak mengajar, namun idealnya sangatlah bagus jika seorang guru
dapat mengajar sekaligus mendidik. Demikian juga orang tua. Tetapi pada
prakteknya hal ini sulit untuk dilakukan, karena tidak semua orang tua
memiliki ilmu yang mencukupi untuk melakukan itu. Namun demikian, jika
orang tua menginginkan anaknya menjadi lebih baik, mereka perlu
meningkatkan kemampuannya dengan belajar, banyak membaca dan mempelajari
keterampilan. Kalau orang itu mau melakukan itu akan sangat berpengaruh
terhadap kreativitas anaknya, sebab lingkungan ikut menentukan proses
terbentuknya pribadi anak.
Belajar merupakan masalah setiap orang,
sehingga tidak mengherankan bila belajar merupakan istilah yang tidak asing
lagi bagi kita. Begitu sangat terkenalnya istilah belajar, sehingga seolah-olah
setiap orang sudah dengan sendirinya mengerti akan istilah belajar.
Moh. Surya (1981:32) setelah membandingkan
batasan belajar dari beberapa ahli, menyimpulkan bahwa belajar ialah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.
Dimyati Mahmud (1989:121) menyatakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang dapat diamati dan yang
tidak dapat diamati secara langsung, dan terjadi pada diri seseorang karena
pengalaman.
Sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi samar-samar, dari kurang mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dari anak pembangkang menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dll. Jadi, perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
Hasil belajar ranah kognitif berorientasi pada kemampuan “berpikir”, mencakup pengertian yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati” yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Ketiga hasil belajar dalam perilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan. Pengelompokan kedalam tiga ranah bertujuan membantu usaha untuk menguraikan secara jelas dan spesifik hasil belajar yang diharapkan (Dikdasmen Diknas, 2004:2-3)
Agar mendapatkan hasil maksimal, kegiatan pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mampu mewujudkan menjadi masyarakat belajar.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran perlu menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan meningkatkan kecakapan hidup peserta didik dalam berpikir logis, kritis, kreatif, mandiri, kerjasama, bertanggung jawab, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, serta dalam membentuk peradaban dan martabat bangsa. Kegiatan pembelajaran pada hakekatnya adalah proses pengembangan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam .kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:
Berpusat pada peserta didik Setiap siswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, kecepatan dan gaya belajar. Siswa tertentu lebih mudah belajar dengan mendengar (tipe auditif, siswa lain lebih mudah dengan melihat (tipe visual, atau dengan cara melakukan kegiatan melalui gerak (tipe kinestetika). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik siswa.
Sebagai pertanda bahwa seseorang telah melakukan proses belajar adalah terjadinya perubahan perilaku pada diri orang tersebut. Perubahan perilaku tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi samar-samar, dari kurang mengerti menjadi mengerti, dari tidak terampil menjadi terampil, dari anak pembangkang menjadi penurut, dari pembohong menjadi jujur, dll. Jadi, perubahan sebagai hasil kegiatan belajar dapat berupa aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif.
Hasil belajar ranah kognitif berorientasi pada kemampuan “berpikir”, mencakup pengertian yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan “perasaan”, “emosi”, “sistem nilai” dan “sikap hati” yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik berorientasi pada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Ketiga hasil belajar dalam perilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan. Pengelompokan kedalam tiga ranah bertujuan membantu usaha untuk menguraikan secara jelas dan spesifik hasil belajar yang diharapkan (Dikdasmen Diknas, 2004:2-3)
Agar mendapatkan hasil maksimal, kegiatan pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mampu mewujudkan menjadi masyarakat belajar.
Dalam pelaksanaannya, pembelajaran perlu menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran mampu mengembangkan dan meningkatkan kecakapan hidup peserta didik dalam berpikir logis, kritis, kreatif, mandiri, kerjasama, bertanggung jawab, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, serta dalam membentuk peradaban dan martabat bangsa. Kegiatan pembelajaran pada hakekatnya adalah proses pengembangan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam .kebersamaan, dan mengaktualisasikan diri. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran perlu:
Berpusat pada peserta didik Setiap siswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, kecepatan dan gaya belajar. Siswa tertentu lebih mudah belajar dengan mendengar (tipe auditif, siswa lain lebih mudah dengan melihat (tipe visual, atau dengan cara melakukan kegiatan melalui gerak (tipe kinestetika). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik siswa.
- Mengembangkan kreativitas peserta didik
- Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang
- Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika
- Menyediakan pengalaman belajar yang beragam
No comments:
Post a Comment