Monday, October 8, 2012

PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK



Manusia hidup dalam lingkungan tertentu. Di dalam lingkungan tersebut setiap orang memperoleh berbagai pengalaman yang turut berpengaruh dalam perkembangan pribadinya. Dalam arti luas, semua pengalaman hidup yang berpengaruh positif terhadap perkembangan pribadi seseorang adalah pendidikan. Oleh Karena itu, lingkungan dimana seseorang hidup merupakan lingkungan pendidikan baginya. Terdapat tiga jenis lingkungan pendidikan (Tri Pusat Pendidikan), yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan ini perlu kita pahami mengingat proses pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan proses pendidikan diperoleh berlangsung melalaui pergaulan atau interaksi social baik didalam keluarga, sekolah, mapun masyarakat. Salah satu lingkungan yang paling fundamental dalam pendidikan adalah keluarga.

Keluarga merupakan unit social terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat di setiap tempat di dunia (universe).  Dalam arti sempit, keluarga adalah unit social yang terdiri atas dua orang (suami, istri) atau lebih (ayah, ibu, anak) berdasarkan ikatan pernikahan, sedangkan dalam arti luas, keluarga adalah unit social berdasarkan hubungan darah atau keturunan, yang terdiri atas beberapa keluarga dalam arti sempit.


Sebagi unit sosial terkecil, tentu saja keluarga memiliki fungsi yang sangat penting terhadap perkembangan seorang anak. Salah satu fungsi tersebut adalah melaksanakan pendidikan. Dalam hal ini, orang tua (ibu dan ayah) adalah pengemban tanggung jawab pendidikan anak. Orang yang berperan sebagai pendidik bagi anak di dalam keluarga utamanya adalah ayah dan ibu.


Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar tanggung jawab kodrati dan atas dasar kasih sayang yang secara naluriah muncul pada diri orang tua. Sejak anak lahir orang tua sudah terpanggil untuk menolongnya, melindunginya, dan membantunya. Pelaksanaan pendidikan berlangsung tidak dengan cara-cara artificial, melainkan secara alamiah atau berlangsung secara wajar. Karena itu, pendidikan dalam keluarga disebut pendidikan informal.


Sejak kelahirannya, anak mendapatkan pendidikan dari dan di dalam keluarga. Pendidikan yang dilakukan dalam keluarga sejak anak masih kecil akan menjadi dasar bagi pendidikan dan kehidupannya di masa datang, seperti yang dikemukakan oleh M.I. Soelaeman (1985) bahwa pengalaman dan perlakuan yang didapat anak dari lingkungannya semasa masih kecil dan dari keluarganya menggariskan semacam pola hidup bagi kehidupan selanjutnya. Pengalaman yang diterima anak semasa kecil akan menentukan sikap hidupnya di kemudian hari. Sehubungan dengan itu keluarga merupakan peletak dasar pendidikan anak.


Berkenaan dengan tanggung jawab keluarga (orang tua) dalam pendidikan anak, Rasulullah bersabda;

"Setiap bayi dilahirkan atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya memeluk Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR. Bukhari)

Anak tak ubahnya selembar kertas putih. Apa yang pertama kali ditorehkan di dalam jiwanya, maka itulah yang akan membentuk karakternya. Apabila yang ditanamkan pada jiwa seorang anak adalah tentang agama, keluhuran budi pekerti dan perilaku-perilaku mulia, ajaran-ajaran tersebut akan membentuk semacam zat antibodi (zat kebal) terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar dan dari dirinya sendiri. Seperti membenci kekerasan, kesombongan, tidak membangkang terhadap orang tua, rajin belajar dan rajin beribadah, dan sebagainya. Sebaliknya jika yang ditanamkan di dalam jiwa seorang anak adalah hal-hal yang negatif maka karakter yang membentuk kepribadian anakpun merupakan antibodi terhadap pengaruh positif, seperti malas beribadah, malas belajar, suka kekerasan, angkuh dan sombong, gila pujian, dan sebagainya.

Menurut Al-Ghazali, anak-anak adalah amanah ditangan ibu bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal harganya. Apabila dia dibiasakan pada sesuatu yang baik dan dididik niscaya ia akan tumbuh besar dengan sifat-sifat baik dan akan bahagia di dunia dan akherat. Sebaliknya bila dia dibiasakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak diperdulikan seperti halnya hewan, niscaya dia akan hancur dan binasa.

***
 

 


 

 
 
 

1 comment:

  1. Sayang sekali media sekarang tidak memberi ampun terhadap keluarga-keluarga yang mendidik anak mereka. Apa saja dapat dilihat di media, baik itu kekerasan, sex,gosip-gosip yang tidak sehat dan pertikaian elit politik yang tidak memberikan keteladanan.

    Saat ini orang tua memang harus bekerja ekstra keras untuk mendidik anak-anak mereka. Jika hanya mengandalkan sekolah tidak cukup.

    Salah contoh kegagalan pendidikan dapat kita lihat dengan nyata, misalnya tawuran pelajar yang memakan korban jiwa, belum lama ini ada remaja yang sedang fly menabrak pak polisi dan pengguna jalan yang lain.Bayangkan, remaja itu ketika mendendarai mobilnya hanya memakai cawat dan kutang. Bukankah itu sangat memiriskan kita?

    ReplyDelete