Manusia hidup dalam lingkungan
tertentu. Di dalam lingkungan tersebut setiap orang memperoleh berbagai
pengalaman yang turut berpengaruh dalam perkembangan pribadinya. Dalam arti
luas, semua pengalaman hidup yang berpengaruh positif terhadap perkembangan
pribadi seseorang adalah pendidikan. Oleh Karena itu, lingkungan dimana
seseorang hidup merupakan lingkungan pendidikan baginya. Terdapat tiga jenis
lingkungan pendidikan (Tri Pusat Pendidikan), yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan ini perlu kita pahami mengingat proses
pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan proses pendidikan diperoleh
berlangsung melalaui pergaulan atau interaksi social baik didalam keluarga,
sekolah, mapun masyarakat. Salah satu lingkungan yang paling fundamental dalam
pendidikan adalah keluarga.
Keluarga merupakan unit social
terkecil yang bersifat universal, artinya terdapat di setiap tempat di dunia
(universe). Dalam arti sempit, keluarga
adalah unit social yang terdiri atas dua orang (suami, istri) atau lebih (ayah,
ibu, anak) berdasarkan ikatan pernikahan, sedangkan dalam arti luas, keluarga
adalah unit social berdasarkan hubungan darah atau keturunan, yang terdiri atas
beberapa keluarga dalam arti sempit.
Sebagi unit sosial terkecil,
tentu saja keluarga memiliki fungsi yang sangat penting terhadap perkembangan
seorang anak. Salah satu fungsi tersebut adalah melaksanakan pendidikan. Dalam
hal ini, orang tua (ibu dan ayah) adalah pengemban tanggung jawab pendidikan
anak. Orang yang berperan sebagai pendidik bagi anak di dalam keluarga utamanya
adalah ayah dan ibu.
Pendidikan dalam keluarga
dilaksanakan atas dasar tanggung jawab kodrati dan atas dasar kasih sayang yang
secara naluriah muncul pada diri orang tua. Sejak anak lahir orang tua sudah
terpanggil untuk menolongnya, melindunginya, dan membantunya. Pelaksanaan
pendidikan berlangsung tidak dengan cara-cara artificial, melainkan secara
alamiah atau berlangsung secara wajar. Karena itu, pendidikan dalam keluarga disebut
pendidikan informal.
Sejak kelahirannya, anak
mendapatkan pendidikan dari dan di dalam keluarga. Pendidikan yang dilakukan
dalam keluarga sejak anak masih kecil akan menjadi dasar bagi pendidikan dan
kehidupannya di masa datang, seperti yang dikemukakan oleh M.I. Soelaeman
(1985) bahwa pengalaman dan perlakuan yang didapat anak dari lingkungannya
semasa masih kecil dan dari keluarganya menggariskan semacam pola hidup bagi
kehidupan selanjutnya. Pengalaman yang diterima anak semasa kecil akan menentukan
sikap hidupnya di kemudian hari. Sehubungan dengan itu keluarga merupakan
peletak dasar pendidikan anak.
Berkenaan dengan tanggung jawab
keluarga (orang tua) dalam pendidikan anak, Rasulullah bersabda;
"Setiap bayi dilahirkan
atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya memeluk Yahudi,
Nasrani atau Majusi." (HR. Bukhari)
Anak tak ubahnya selembar kertas putih. Apa yang pertama kali
ditorehkan di dalam jiwanya, maka itulah yang akan membentuk karakternya.
Apabila yang ditanamkan pada jiwa seorang anak adalah tentang agama, keluhuran
budi pekerti dan perilaku-perilaku mulia, ajaran-ajaran tersebut akan membentuk
semacam zat antibodi (zat kebal) terhadap pengaruh-pengaruh negatif dari luar
dan dari dirinya sendiri. Seperti membenci kekerasan, kesombongan, tidak
membangkang terhadap orang tua, rajin belajar dan rajin beribadah, dan
sebagainya. Sebaliknya jika yang ditanamkan di dalam jiwa seorang anak adalah
hal-hal yang negatif maka karakter yang membentuk kepribadian anakpun merupakan
antibodi terhadap pengaruh positif, seperti malas beribadah, malas belajar,
suka kekerasan, angkuh dan sombong, gila pujian, dan
sebagainya.
Menurut Al-Ghazali, anak-anak adalah
amanah ditangan ibu bapaknya. Hatinya masih suci ibarat permata yang mahal
harganya. Apabila dia dibiasakan pada sesuatu yang baik dan dididik niscaya ia
akan tumbuh besar dengan sifat-sifat baik dan akan bahagia di dunia dan
akherat. Sebaliknya bila dia dibiasakan dengan tradisi-tradisi buruk, tidak
diperdulikan seperti halnya hewan, niscaya dia akan hancur dan binasa.
***
Sayang sekali media sekarang tidak memberi ampun terhadap keluarga-keluarga yang mendidik anak mereka. Apa saja dapat dilihat di media, baik itu kekerasan, sex,gosip-gosip yang tidak sehat dan pertikaian elit politik yang tidak memberikan keteladanan.
ReplyDeleteSaat ini orang tua memang harus bekerja ekstra keras untuk mendidik anak-anak mereka. Jika hanya mengandalkan sekolah tidak cukup.
Salah contoh kegagalan pendidikan dapat kita lihat dengan nyata, misalnya tawuran pelajar yang memakan korban jiwa, belum lama ini ada remaja yang sedang fly menabrak pak polisi dan pengguna jalan yang lain.Bayangkan, remaja itu ketika mendendarai mobilnya hanya memakai cawat dan kutang. Bukankah itu sangat memiriskan kita?